Bogordaily.net – Tingginya kasus Covid-19 yang terjadi saat ini, membuat keterisian rumah sakit hampir mencapai 100 persen.
Banyak warga yang kesulitan untuk mendapatkan rumah sakit yang masih bisa menampung pasien.
Sehingga tak jarang orang yang melakukan isolasi mandiri agar tidak menularkan virus ke orang lain.
Namun ternyata tidak sedikit pasien Covid-19 meninggal saat menjalani isolasi mandiri (isoman).
Tim Koalisi Warga LaporCovid-19 mencatat sebanyak 451 pasien Covid-19 meninggal saat isoman.
Mereka meninggal karena berbagai macam alasan, mulai dari terlambat mendapatkan pertolongan karena rumah sakit penuh, hingga karena tidak terpantau dengan baik oleh pemerintah.
“Pasien Covid-19 meninggal karena terlambat ditangani bahkan saat membutuhkan fasilitas isolasi mandiri,” kata Inisiator LaporCovid-19, Ahmad Arif seperti dikutip dari Tribunnews, Selasa (13 Juli 2021).
Arief mengatakan, ada pula pasien yang beranggapan hanya menderita sakit biasa sehingga terlambat diperiksa dan baru terkonfirmasi positif Covid-19 setelah meninggal.
Arief juga mengatakan, pihaknya menemukan banyak warga yang takut ke fasilitas kesehatan karena isu akan dinyatakan terpapar Covid-19 oleh pihak rumah sakit atau dicovidkan.
“Kami temukan ada pasien yang enggak mau ke rumah sakit karena berbagai alasan. Ada yang takut dicovidkanlah, dan terutama ini di daerah,” ujar Arif.
Kasus seperti ini kata Arief banyak terjadi di Jawa Timur. Warga cenderung menyangkal dirinya telah positif Covid-19.
Sehingga telat mendapatkan penanganan medis untuk dirinya dan akhirnya meninggal di rumah.
Seperti salah satu contoh kasus terbaru terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta.
“Mereka beranggapan sakit biasa dan cenderung denial dengan Covid-19. Sehingga akhirnya terlambat diperiksa ditangani dan dikonfirmasi positif setelah meninggal,” kata Arif.
Adapun 451 kematian saat isoman ini berasal dari 12 provinsi dan 62 kota/kabupaten yang terlacak.
Dari 12 provinsi itu, Jawa Barat menjadi provinsi yang paling banyak ditemui pasien Covid-19 isolasi mandiri yang meninggal yakni sebanyak 160 orang.
Sementara kota yang terbanyak mengalami kematian adalah Bekasi sebanyak 81, dan kabupaten yang terbanyak mengalami kematian adalah Sleman yaitu sebanyak 44 orang.
“Jumlah yang terdata ini merupakan fenomena puncak gunung es, karena tidak semuanya terberitakan dan atau terlaporkan,” katanya.
Ia menambahkan, para pasien Covid-19 kesulitan untuk mendapatkan rujukan rumah sakit. Sehingga ruang isolasi mandiri sejak pertengahan Juni bulan lalu.
Ia menyebutkan, seringkali pasien isoman anak kos tidak bisa mendapatkan ruang isolasi karena dipingpong dari satu pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) ke Puskesmas yang lain.
Tak hanya itu, pihaknya juga pernah dimintai bantuan mencari rumah sakit rujukan Covid-19.
Namun, pasien tersebut meninggal karena terlambat ditangani, bahkan sebagian meninggal saat perjalanan.
“Jadi, permasalahan semakin kompleks. Orang yang meninggal saat isoman semakin intens,” pungkasnya.***