Bogordaily.net – Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyerukan agar pemerintah Indonesia memperkuat upaya diversifikasi vaksin Covid-19.
Langkah ini perlu diambil karena kini sebagian negara di dunia punya kebijakan khusus soal vaksin.
Dicky menekankan pentingnya diversifikasi atau keragaman vaksin bagi warga Indonesia.
Tujuannya agar mereka lebih mudah bila ingin berpergian ke luar negeri, salah satunya untuk tujuan Umrah yang segera dibuka lagi.
“Harus ada diversifikasi vaksin. Negara-negara di dunia mulai ada travel bubble dengan status pengendalian pandemi yang sama. Kalau ngandelin satu jenis vaksin saja sulit, bisa merugikan,” kata Dicky dalam konferensi virtual Indonesia Industry Outlook 2021, seperti dikutip dari Republika pada Rabu (28 Juli 2021).
Dicky mengingatkan pemerintah Indonesia supaya selektif dalam menggunakan vaksin bagi masyarakat. Ia mengimbau masyarakat tak disuntikkan vaksin yang efikasinya rendah.
“Vaksin yang dipakai harus pilihan dan lebih miliki efikasi tinggi dalam respon ancaman varian baru. Inilah perlunya diversifikasi, termasuk riset dalam negeri seperti vaksin merah putih,” ujar Dicky.
Dicky memantau varian baru Covid-19 kian bertambah dan membahayakan, salah satunya varian Delta.
“Tak bisa hanya mengandalkan vaksin tertentu saja seperti Sinovac, Sinopharm, Astrazeneca karena ada varian baru tantangan jadi makin besar. Masih ada peluang efikasi turun karena varian baru yang lebih berbahaya,” lanjut Dicky.
Selain itu, Dicky menyayangkan partisipasi vaksinasi yang cenderung rendah di angka 8,71 persen dari 208.265.720 orang yang ditargetkan pemerintah.
Menurutnya, perlu diupayakan untuk peningkatan partisipasi vaksin di berbagai sektor.
“Game changer (perubahan besar) vaksin agar keluar dari pandemi ialah orang mau divaksin itu baru berhasil,” ucap Dicky.
Berdasarkan edaran keputusan Menteri Kesehatan, ada tujuh macam vaksin COVID-19 yang disetujui untuk digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia.
Adapun vaksin tersebut yakni: Vaksin Sinovac, PT Bio Farma, Novavax, Oxford-AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, Moderna dan Sinopharm.***