Bogordaily.net – Pada umumnya manusia memiliki siklus untuk istirahat, yakni dengan tidur. Namun tidak bagi Cucu (45), ia tampaknya sudah lupa bagaimana rasanya bisa tertidur nyenyak setiap malam maupun siang hari.
Warga Kampung Warung Jati, RT 02/10, Desa Ciptagumati, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat itu sudah bertahun-tahun tak bisa tidur.
Namun tak pasti sejak tahun berapa, hanya saja sejak 2014 ia sudah mengalami masalah sulit tidur.
Dia berkisah pada 2014 lalu mulai mengalami sulit tidur tatkala merasa gelisah. Entah apa yang di pikirkannya, namun yang jelas ia mengaku sama sama sekali tak bisa tidur nyenyak tiap malam.
“Awalnya itu tahun 2014, ngerasa enggak bisa tidur. Kalau mau tidur itu gelisah, paling bisa tidur hanya dua jam atau tiga jam, terus bangun lagi. Tapi sekarang sudah enggak bisa tidur sama sekali,” kata Cucu seperti dikutip dari detikcom, Selasa (31 Agustus 2021).
Cucu mengaku tak tahu apa yang menyebabkan dirinya bisa seperti ini. Padahal sebelum tahun 2014 atau saat usianya baru menginjak 38 tahun kehidupan Cucu berjalan normal.
“Enggak tahu kenapa, keluarga saya juga enggak ada yang seperti saya. Memang dulu sempat jatuh di bagian kepala, tapi sudah lama. Pokoknya waktu anak kedua saya masih kecil, saya juga lupa tahun berapa. Tapi pas jatuh itu ya normal aja setelahnya,” ujar Cucu.
Cucu tak tahan dengan apa yang dirasakannya. Ia lantas memutuskan berobat ke RSUD Cikalongwetan sekitar tahun 2014 lalu, hingga dirinya diberikan obat tidur.
Usai mengonsumsi obat tersebut, sedikit demi sedikit ia mulai kembali dapat merasakan kantuk dan tertidur.
“Setelah dikasih obat itu agak lumayan, jadi bisa lebih tenang sama bisa tidur. Tapi ya tetap enggak bisa lama tidurnya,” terang Cucu.
Tampaknya tubuh Cucu menuntut lebih terhadap obat yang dikonsumsinya. Kian hari Cucu kian ketergantungan akan obat untuk membantunya menghilangkan cemas agar bisa tidur.
Selama setahun penuh ia terus diberikan obat tersebut oleh rumah sakit. Hingga akhirnya ia berhenti mengkonsumsi obat tersebut setahun kemudian lantaran tak merasakan lagi khasiatnya.
“Karena semakin kesini obatnya engga mempan lagi. Jadi dosisnya ditambah. Setahun penuh sejak berobat itu dikasih obat tidur tapi malah badan saya jadi gerak-gerak sendiri di bagian kaki sama kepala. Karena kan itu obat keras,” ucap Cucu.
Akibat kondisinya tersebut, kini Cucu hanya bisa terkulai di tempat tidur. Padahal sebelum mengalami efek samping mengonsumsi obat tersebut, Cucu berkisah bisa beraktivitas dengan normal kendati memang tak bisa tertidur.
“Kalau dulu mending, enggak bisa tidur juga aktivitas normal. Kalau malam, biasanya jam 1 malam itu saya jalan-jalan keliling kampung. Ke rumah kakak, orang tua, tetangga. Kalau sekarang enggak bisa. Mau jalan juga malah jadi miring badannya. Kalau duduk juga terus gerak-gerak, malah sakit,” cerita Cucu sambil terisak.
Saat ini Cucu memilih tinggal di rumah anak pertamanya di Kampung Pasirhalang, RT 02/14, Desa Mandalamukti, Kecamatan Cikalongwetan, KBB.
Hal itu dilakukan supaya ia bisa lebih dekat dengan keluarga besarnya. Terlebih ada dua anaknya yang beranjak dewasa yang terus memerhatikan dan mengurusnya.
Beruntung Cucu tak patah arang ingin bisa kembali sembuh dan kembali seperti sediakala. Ia mencoba berbagai pengobatan mulai dari modern hingga tradisional.
Terakhir ia diantar keluarga dan kerabatnya berobat ke RS Santosa pada Juli 2021. Di sana Cucu dilakukan scanning pada bagian kepala.
Cerita mencengangkan terselip saat Cucu menjalani pengobatan di RS Santosa. Untuk melakukan scanning, ia harus menerima bius agar tertidur.
Dua kali dibius, ternyata tak ada efeknya sama sekali. Memang tubuh Cucu bisa berhenti bergerak, namun matanya tetap tak bisa tertidur.
“Kemarin baru ke (RS) Santosa, discan kepalanya. Hasilnya belum keluar. Ia sempat dibius, tapi enggak mempan. Dokter juga sampai bingung kenapa bisa seperti ini. Katanya mereka juga baru dapat pasien seperti saya,” jelas Cucu.
Cucu berharap ada pihak yang bisa membantunya mendapatkan kesembuhan. Ia tak mau terus membebani keluarga dengan kondisinya yang seperti ini.
“Ya inginnya cepat sembuh, soalnya sedih kadang suka nangis. Badan juga sakit karena gerak-gerak sendiri,” harap Cucu.***