BOGORDAILY- Kepolisian Resor Bogor telah mengantongi identitas penembak anggota ormas di sebuah indekos, Selasa 28 Juni malam. Data dari kepolisian, pelaku diketahui berinisial AG, tamu indekos yang merupakan warga Kota Bogor. Ia kabur usai menembak Ahmad Suhendar alias Endang alias BE di halaman indekos.
“Identitas sudah ada, mudah-mudahan segera ketemu. Doakan sajalah,” kata Kapolres Bogor, Ajun Komisaris Besar Polisi Suyudi Ario Seto, Kamis (30/6/2016).
Kendati demikian, Suyudi belum bisa memastikan apakah pelaku merupakan aparat atau warga sipil. Ia hanya memastikan, polisi tengah mengejar pelaku. “Masih banyak kemungkinan, ya. Bisa saja. Jenis senjatanya belum kami ketahui. Motifnya karena kesal saja,” katanya.
Endang tewas usai ditembak saat mengikuti sweeping ormas di indekos di Kampung Tunggilis, Jalan Karadenan, Desa Pasir Jambu, Kabupaten Bogor, Selasa malam lalu. Ia mengalami luka tembak di pelipis mata bagian kanan.
Keterangan yang diperoleh di lokasi kejadian, Suhendar datang ke lokasi untuk melakukan sweeping karena diduga kost-kostan tersebut dihuni oleh Pekerja Seks Komersial (PSK). Korban yang datang bersama rekannya itu, kemudian berteriak di halaman kost-kostan. Rupanya, teriakan inilah yang kemudian membuat AG tersinggung dan memicu keributan.
“Terjadi keributan antara korban dan saudara AG. Korban kemudian mengacak-acak kamar. Korban dan saudara AG kemudian keluar rumah. Kemudian terdengar letusan,” tulis Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Yusri Yunus melalui pesan singkat kepada wartawan, Rabu (28/6/2016).
Proyektil peluru yang bersarang di kepala korban, kata Kombes Yusri, telah berhasil diangkat oleh tim dokter RS Polri Keramat Jati Jakarta Timur.
“Proyekti berwarna kuning terbuat dari kuningan, ujungnya berlubang diameter proyektil lebih kecil dari proyektil peluru senpi revolver organik,” kata Kombes Yusri.
ANAKNYA SUSAH TIDUR
Tak ada firasat yang dirasakan Fitria Rahmadani (22), istri dari Ahmad Suhendar (26) alias Endang yang tewas ditembak di kos-kosan pada Selasa (28/6/2016) malam lalu. Ia tak menyangka suaminya tewas dengan cara yang mengenaskan.
Padahal, sesaat sebelum kejadian, ia sempat bertelepon dengan suaminya. “Pukul 21.00 WIB kemarin saya sempet telepon dia, saya tanya di mana, terus dia jawab lagi di Cilebut mau jalan pulang. Ya sudah dari situ saya tungguin,” katanya seperti dilansir tribunnews.
Lanjutnya, sebelumnya suami sempat pamit untuk pergi ke Cilebut sekitar pukul 16.00 WIB.
Ia mendapat informasi kalau tujuannya ke Cilebut ini untuk mengamankan perselisihan antara tukang ojek lokal dengan tukang ojek online.
Lalu, sekitar pukul 20.00 WIB, saat perjalanan pulang, ia melihat kondisi kos-kosan di Desa Pasirjambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini terbuka. Selain itu, korban melihat di kamar kos yang berada di pinggir Jalan Raya Pemda ini terdapat perempuan dan pria di satu kamar. “Katanya suami saya mau ngebubarin orang-orang di dalam kamar itu. Tapi malah yang dikamar itu gak terima. Katanya di kamar itu ada tiga pasang,” ujarnya.
Lalu, cekcok mulut pun tak terhindarkan hingga akhirnya korban tewas ditembak. Kabar kematian suaminya itu ia dapatkan sekitar pukul 22.30 WIB. “Saya disuruh datang ke lokasi dan bener suami saya udah tergeletak. Saya lihat dengan mata saya sendiri di kepalanya sudah banyak darah,” ungkap wanita berdarah Aceh ini. Kepergian suaminya ini tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Namun, ada sesuatu yang tak biasa terjadi pada anaknya, Gilang yang baru berusia tiga tahun. Dalam seminggu terakhir, anaknya susah tidur dan hanya bisa tidur bila suaminya sudah pulang. “Biasanya anak saya gak gitu. Ini seminggu terakhir, anak saya suka nanyain terus kalau bapaknya belum pulang. Bisa tidur kalau suami saya sudah pulang,” tuturnya.
Korban memang dikenal dekat dengan anak satu-satunya ini. Selama ini, korban memang tidak memiliki pekerjaan tetap. Korban pernah bekerja di sebuah tempat pemancingan sekitar lima tahun lalu.
Namun, saat aktif bergabung dengan organisasi masyarakat (ormas), pekerjaanya ditinggalkan dan memilih total di ormasnya. “Ya kalau uang mah ada aja setiap hari biar gak tentu juga. Kalau ada pengamanan ormas, dia suka ikut. Terus dia juga suka ikut bantuin temannya yang debt collector,” kata Fitria.
(de/met/tib)