Friday, 22 November 2024
HomeBeritaUngkapan Hati Nicky Clara, Fashionpreneur yang Melibatkan Para Peyandang Disabilitas

Ungkapan Hati Nicky Clara, Fashionpreneur yang Melibatkan Para Peyandang Disabilitas

Bogordaily.net – Nicky Clara merupakan fashionpreneur yang melibatkan penyandang disabilitas untuk berdaya dan mengembangkan kompetensinya di industri kreatif, yaitu mode.

Tak hanya itu, Nicky Clara juga diketahui memberikan edukasi di dunia digital kepada teman-teman disabilitas. Tujuannya adalah untuk memberikan harapan bagi teman-teman disabilitas bahwa hidup mereka tidak akan diam di tempat saja.

Wanita berusia 31 tahun ini memiliki segudang prestasi dan pencapaian, terutama dibidang inklusivitas dan pemberdayaan penyandang disabilitas. Salah satunya lewat Thisable Enterprise yang digagas Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia dimana ia menjabat sebagai Chief Operating Officer Thisable.

Ia juga merupakan founder dari Tenoon, sebuah social enterprise yang memberdayakan kaum marjinal, difabel serta melestarikan budaya tenun. Nicky juga ikut menggaral platform Berdayabareng.com yang menyalurkan pendidikan, pekerjaan, serta tempat berbagi cerita bagi para difabel dan disabilitas.

Nah seperti apa kiprah dan pandangan Nicky dalam isu seputar inklusivitas. Berikut petikan dari ungkapan seorang fashionpreneur, Nicky Clara.

Dibandingkan lima tahun lalu, tentunya isu inklusivitas kini sangat lebih terdengar, terutama bagi para milenial yang saat ini sudah semakin peka.

Trigger-nya adalah ketika Asian Paragames 2018 lalu dimana Pemerintah, media, dan seluruh stakeholders yang terlibat menyadari bahwa ternyata banyak teman-teman disabilitas yang bisa mengharumkan nama bangsa dan mereka ada di sekitar kita.

Tanamkan mindset bahwa kita adalah manusia yang berdaya. Cari bidang atau tempatkan teman-teman disabilitas sesuai dengan kemampuannya.

So it will become the right man for the right job. Teman-teman disabilitas itu bukannya tidak bisa melakukan suatu pekerjaan, tapi mereka hanya terbatas di beberapa kemampuan.

Tetapi ketika ada akses, dan mereka diberikan bidang sesuai kemampuannya, mereka bisa bersinar dengan caranya sendiri. Jangan menempatkan orang dimana ia mempunyai keterbatasan di bidang tersebut.

Dirinya percaya, bahwa setiap orang yang lahir di dunia ini punya reason to being alive dan kita harus mencari apa purpose dari diri kita. Di masa pandemi ini, terlalu banyak hal atau kejadian negatif yang terjadi di sekeliling kita yang membuat mental health/heroes/hal yang valuable di diri kita menjadi terlupakan. Dan kita mulai membandingkan dengan orang lain.

Sebelum kita memikirkan atau memberdayakan orang lain, kita harus memikirkan atau memberdayakan diri kita sendiri terlebih dahulu. Dan kita harus sama-sama berusaha untuk ciptakan lingkungan Indonesia yang lebih inklusif.

Terkadang kita lupa bahwa sebenarnya yang paling related untuk menjadi Heroes kita adalah diri kita sendiri. Sampai kita melupakan bahwa diri kita sangat berharga dan dibutuhkan serta memiliki arti untuk hidup kita sendiri.

Banyak masalah yang kita alami berhubungan dengan mental health. Mental health ini membuat kita bahwa kita percaya bahwa ada hal-hal yang membuat kita valuable di dalam diri kita dan itu adalah Heroes kita sebenarnya.

Gagal merupakan bagian dari proses. Jangan berhenti ketika kita gagal, take a small step one at a time, sampai kita raih mimpi kita.

Sekali lagi, ‘Limitation is only a mindset’. Keterbatasan bukanlah suatu hambatan dalam menciptakan karya dan memberikan kontribusi nyata. Karena sejatinya, keterbatasan hanyalah sebuah pikiran dalam diri untuk membuat kita berhenti berdaya.

Keluar dari mental block yang selama ini mengganggu. Keluar dari anggapan diri bahwa kita adalah objek yang dikasihani dan ubah menjadi “Saya adalah subjek yang bisa berdaya”. Karena kita adalah masyarakat Indonesia yang setara dan memiliki hak yang sama.

It only starts with a small step (Semuanya dimulai dari langkah kecil-red). Dan semuanya itu butuh proses. Yang terkadang kita lupa dengan beredarnya media sosial, kita terbiasa membandingkan diri kita dengan yang lain.

Dan kita terlupa bahwa sejak kita kecil, kita punya mimpi. Permasalahannya, kadang mimpi kita dimulai dari ‘A Big Dream’ (mimpi besar), tapi ketika kita merasa mimpi kita terlalu besar akhirnya kita mundur. Lalu akhirnya menggantinya dengan mimpi lain.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here