Bogordaily.net – Peternak di Thailand memberikan ganja sebagai makanan pada ayam. Hal itu dilakukan lantaran ganja diyakini menu makan baru ini telah meningkatkan kualitas daging dan telur yang dihasilkan.
Hal tersebut menyusul kebijakan baru Pemerintah Thailand yang melegalkan penggunaan dan pembudidayaan ganja mulai 9 Juni 2022 silam.
Adapun ganja yang menjadi pakan ayam diberikan dalam berbagai bentuk. Misalnya, air yang direbus dengan daun ganja, campuran pakan ayam, dan daun ganja yang dihancurkan.
Peternak meyakini ganja dapat menggantikan antibiotik, serta meningkatkan kualitas telur dan daging
ayam.
Peneliti di Universitas Chiang Mai tengah mempelajari dampak dari pemberian ganja sebagai pakan ayam.
Di mana mereka mempelajari 1.000 ekor ayam di peternakan organik Pethlanna Ong-ard, di Lampang. Hasilnya menunjukkan bahwa ganja dapat membantu mengurangi ketergantungan petani pada antibiotik hingga membuat daging jadi berkualitas unggul.
“Saya mencoba menemukan level yang cocok untuk dapat membantu meningkatkan kekebalan dan kinerja tanpa efek buruk,” kata Chompunut dilansir The Guardian, Senin, 20 Juni 2022.
Selama pengamatannya, Chompunut melihat ayam-ayam tersebut apa dampak ganja terhadap pertumbuhan mereka, kerentanan terhadap penyakit, dan untuk melihat apakah daging dan telur mereka berbeda kualitasnya, atau apakah mengandung cannabinoids.
Dengan memberikan makan berupa air direbus dengan daun ganja, sementara yang lain diberi makan yang dicampur dengan daun yang dihancurkan.
Kadar tetrahydrocannabinol (THC), zat psikoaktif tanaman yang membuat orang merasa tinggi, dan cannabidiol (CBD), senyawa yang tidak memberikan pengguna tinggi, dalam daun berkisar antara 0,2 hingga 0,4%. Tidak ada perilaku abnormal yang diamati pada ayam.
“Pada tingkat intensitas yang kami berikan kepada mereka, itu tidak akan membuat ayam tinggi (adanya perubahan),” katanya.
Walaupun belum dipublikasikan hasil positif terhadap kualitas ayam itu. Ternyata ayam yang diberi suplemen ganja cenderung mengalami sedikit kasus bronkitis burung, dan kualitas dagingnya dinilai dari komposisi protein, lemak dan kelembapannya, serta kelembutannya lebih unggul.***