BOGOR DAILY– Sudah hampir dua minggu terakhir, warga Kecamatan Rumpin sulit mendapatkan gas elpiji tiga kilogram. Padahal tabung gas yang populer disebut gas melon ini banyak digunakan masyarakat kelas bawah. Langkanya gas bersubsidi ini, membuat resah warga yang akhir – akhir ini memang dilanda keresahan karena himpitan kesusahan hidup.
Menurut Ela (23) seorang warga Desa Rumpin, selain susah didapatkan, saat ini harga gas melon semakin mahal. “Biasanya harga gas melon itu 20 ribu. Sekarang ini kalau ada juga, harganya naik menjadi 24 sampai 25 ribu. Ini memberatkan kehidupan kami sebagai warga biasa.” tutur ibu muda ini.
Hal senada diungkapkan Sumantri (45) seorang pemilik warung di jalan raya Rumpin, yang biasa menjual gas elpiji tiga kilogram. Dia mengungkapkan, sudah hampir dua minggu terakhir pengiriman gas melon di warung miliknya tersendat. “Nggak tahu kendalanya apa. Padahal biasanya pengiriman gas dari agen selalu lancar dan tidak pernah telat,” ucapnya.
Ia menambahkan, sudah mencoba mempertanyakan kekosongan pengiriman gas melon ini ke pihak agen. Bahkan dirinya berusaha mencari ke agen lainnya. “Tapi sama saja, semua bilangnya memang stok terbatas dan ada yang kosong.” katanya sambil menunjukan tumpukan gas tiga kilogram kosong di warungnya.
Bukan hanya di Kecamatan Rumpin, kelangkaan gas juga dialami warga Kecamatan Kemang. Menurut Fika (36) seorang ibu rumah tangga, dirinya terpaksa mencari gas dari warung yang cukup jauh dari rumahnya. “Udah jauh, harganya lebih mahal. Mohon deh pemerintah bantu kesusahan warga ini,” ujarnya.
Sedangkan menurut Hasan (53) penjual gas melon di Desa Jampang, Kecamatan Kemang kelangkaan gas berimabs pada kenaikan harga per tabungnya “Biasanya warung saya dikirim dengan harga 18 ribu rupiah. Namun sekarang harganya jadi 20 ribu rupiah. Itupun jatahnya dikurangi dan pengirimannya pun telat,” pungkasnya