BOGOR DAILY– Kebijakan sekolah lima hari atau full day school yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menuai kritik.
ADVERTISEMENT
Aturan tersebut dinilai bakal memberikan dampak luar biasa kepada siswa. Terlebih pada pelajar yang juga peserta didik di pondok-pondok pesantren.
Seperti para santri di Pondok Pesantren Nurul Imdad, Kota Bogor. Lurah Pondok Pesantren Nurul Imdad, Asep Hermawan, mengatakan banyak santrinya yang juga sebagai siswa-siswi di sekolah konvensional.
Maka, full day school dianggapnya akan mengganggu aktivitas siswa yang juga sebagai santri. Mengganggu dalam artian sama sekali tidak menyisakan waktu senggang untuk santrinya.
“Santri kita kebanyakan bersekolah di luar. Banyak di antaranya yang masih duduk di bangku SMP. Kalau benar diberlakukan, tidak akan ada celah untuk beristirahat,” jelasnya
Rata-rata santri dari pondok pesantren yang berlokasi di Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah itu pulang sekolah pukul 15.00 WIB.
Sehingga menurut Asep, masih ada jeda waktu untuk santrinya beristirahat sebelum beraktivitas di Pondok Pesantren. “Biasanya, pulang sekolah dia pakai untuk beristirahat sampai mennggu waktu magrib,” terangnya.
Hals enada juga diutarakan orang tua murid. Seperti yang diungkapkan Siti Romlah (30). Warga Kampung Kalong Dagul, Desa Kalong Sawah, Kabupaten Bogor itu menilai full day school akan mengganggu kegiatan anaknya yang duduk di bangku madrasah diniyah. “Karena kegiatan anak sudah padat pagi hari sampai siang sekolah biasa, jika fullday seperti kurang istirahat,” ujarnya.