BOGOR DAILY– Beberapa perlintasan kereta api di Desa Kranggan Kecamatan Gunungputri dan Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal, membahayakan pengendara. Seperti dialami Memed Adiwilaga dan Nusyirwan, Rabu (9/8/17).
Keduanya nyaris menjadi korban ketika melintas di perlintasan kereta api di Desa Kranggan. Mobil Toyota Cemry yang mereka gunakan hancur bagian depan karena diseruduk kereta dari Jakarta menuju Stasiun Nambo.
Memed menceritakan, saat itu mereka dari rumah temannya di Kampung Kranggantua, Desa Kranggan. Sekitar Pukul 13:00, mereka pulang melewati perlintasan kereta dan keduanya baru pertama kali lewat jalur itu.
“Kami tidak menyangka itu perlintasan kereta karena tidak ada rambu-rambu dan palang. Saya kira jembatan karena posisi jalannya menajak,” ujarnya.
Mereka baru tahu setelah posisi mobil di atas tanjakan dan dekat rel kereta. Lebih kaget lagi setelah beberapa meter ada klakson kereta dan beruntung mobil yang dikemudikan Nusyirwan itu masih bisa ngerem.
“Kalau tidak, mungkin mobil kami sudah hancur keseret kereta. Kami sudah mendatangi pihak Stasiun Nambo untuk meminta pertanggung jawabannya. Tapi, kami malah dicuekin,” ujarnya.
Wraga pun telah berulang kali menuntut agar P T KAI memasang palang dan rambu-rambu peringatan. “Warga sekitar juga mengeluh banyak jadi korban. Kami menuntut pertanggung jawaban pihak PT KAI agar tidak ada lagi warga menjadi korban sia-sia,” terangnya.
Berbahayanya beberapa perlintasan kerata api menuju Stasiun Nambo ini juga dibenarkan Hasanuddin (27), warga Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal. Kata dia, sudah beberapa kali mobil ditabrak kereta saat melintasi jalur kereta tak berpalang itu.
Dikonfirmasi terpisah Wakil Kepala Stasiun Nambo, Abdul Roup menerangkan, persoalan pengadaan palang pintu bukanlah wewenang mereka. Makanya, mereka tidak bisa berbuat banyak. “Itu wewenang Kabupaten Bogor. Pihak stasiun hanya bisa mengkomunikasikannya,” ujarnya