Saturday, 23 November 2024
HomeKota BogorUnpak dan Belantara Foundation Gelar Webinar tentang Orang Utan

Unpak dan Belantara Foundation Gelar Webinar tentang Orang Utan

Bogordaily.net – Unpak dan Belantara Foundation menggelar webinar tentang orang utan.

Webinar dilakukan oleh Program Studi (Prodi) Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana dan Biologi FMIPA Universitas Pakuan (Unpak). Bersama Belantara Foundation.

Dalam webinar dibahas tentang cara meneliti orang utan di alam, hingga kisah seru para peneliti muda secara hybrid.

Kegiatan diadakan di Auditorium Rektorat Universitas Pakuan, Bogor. Selain itu juga secara daring diadakan melalui aplikasi zoom dan live streaming youtube Belantara Foundation.

Webinar cerita pengalaman para konservasionis muda yang dikombinasi dengan pelatihan ini dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Episode 7 (BLS Eps.7).

Materi berbagi kisah seru dan pembelajaran dari peneliti muda yang terlibat aktif dalam penelitian dan pemantauan harimau sumatra, gajah sumatera, dan orang utan.

Juga diselingi dengan penjelasan tentang metode yang kuat untuk digunakan dalam mengamati ketiga spesies kharismatik tersebut beserta habitatnya.

Gandeng Enam Universitas

Kegiatan ini juga menggandeng enam universitas sebagai kolaborator yang akan mengadakan acara “nonton dan diskusi bareng” BLS Eps.7 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas.

Enam universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Nasional, Universitas Andalas, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tanjungpura.

Selain untuk turut memeriahkan Hari Konservasi Alam Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus.

Pelaksanaan BLS Episode 7 ini juga dilaksanakan untuk memperingati Global Tiger Day yang jatuh pada 29 Juli, World Elephant Day yang diperingati setiap 12 Agustus, dan International Orangutan Day yang jatuh pada setiap tanggal 19 Agustus.

Kegiatan rutin Belantara Foundation ini terlaksana berkat kolaborasi apik dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana dan Prodi Biologi FMIPA Universitas Pakuan.

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas.

Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Tanjungpura, IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG).

Forum HarimauKita (FHK), Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), Forum Konservasi Orangutan Indonesia (FORINA), Eat & Run, dan Biologeek, serta didukung oleh PT Sharp Electronics Indonesia.

Tujuan Webinar

Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna pada paparannya mengatakan bahwa webinar dan pelatihan metode kajian orang utan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kapasitas stakeholders.

Seperti mahasiswa, praktisi, jurnalis, pemerintah, dan sektor swasta yang berminat untuk mengaplikasikannya di lapangan baik itu untuk penelitian maupun pengelolaan dan perlindungan satwa liar dan habitatnya di Indonesia.

Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyebutkan Indonesia merupakan salah satu negara “Biodiversity Country” yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi.

Sehingga menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa liar kharismatik, seperti harimau Sumatera dan gajah Sumateraa serta orang utan.

“Di dunia, hanya Indonesia yang memiliki 3 jenis orangutan. Terdapat tiga jenis orangutan penghuni hutan tropis di Indonesia. Yaitu orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus), orangutan sumatra (Pongo abelii) dan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis). Indonesia juga pernah memiliki 3 anak jenis harimau, serta memiliki 2 anak jenis gajah asia,” kata Dolly.

“Orang utan memiliki peran penting untuk keberlanjutan ekosistem antara lain membantu penyebaran biji di kawasan hutan. Sehingga mampu membantu regenerasi hutan secara alami dan menjaga keseimbangan ekosistem”, lanjut Dolly yang juga anggota Commission on Ecosystem Management IUCN.

Jumlah Orang Utan

Menurut analisis Population Habitat Viability Analysis (PHVA) tahun 2016, diperkirakan terdapat 71.820 individu orangutan di Pulau Sumatra dan Kalimantan, yang tersebar pada 51 populasi yang terpisah di kawasan seluas sekitar 17,5 juta hektar.

Selaras, Co-Chair IUCN IdSSG, Sunarto, pada presentasinya mengemukakan keunikan Indonesia sebagai satu-satunya negara yang memiliki tiga jenis orangutan.

Fakta bahwa kondisi orangutan masuk daftar merah International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dalam kategori kritis (Critically Endangered) adalah sebuah tantangan bagi Indonesia.

Berbagai upaya perlindungan dan pelestarian orangutan perlu diperkuat melalui kerja sama dan sinergi program dari semua pemangku kepentingan.

Tidak hanya itu, orangutan merupakan satwa yang dilindungi oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Permen LHK No.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

“Diperlukan kolaborasi dan sinergi program para pihak dari berbagai sektor termasuk pemerintah, universitas/akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sektor swasta serta pemangku kepentingan terkait untuk pemantauan dan perlindungan orangutan beserta habitatnya di Indonesia” pungkas Sunarto.

Peran Akademisi

Senada, Wakil Dekan Bidang Akademik Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Anna Permanasari menyampaikan dalam pembukaan BLS Episode 7, bahwa sektor akademisi memainkan peran penting dalam pelestarian satwa liar.

Salah satunya dengan cara melakukan kajian serta mencari cara-cara yang inovatif dan efektif untuk menjaga dan melestarikan satwa liar yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

“Kami akan terus mendorong civitas akademika Universitas Pakuan agar terus terlibat lebih aktif dalam penelitian satwa liar di habitat alaminya. Kemudian, mendiseminasikan hasil penelitian tersebut kepada masyarakat dan pemangku kepentingan terkait sehingga dapat menjadi bahan evaluasi dan dasar pengelolaan dan perlindungan yang efektif”. Penting juga untuk mensinergikan antara penelitian-penelitian yang dilakukan oleh baik mahasiswa maupun dosen dengan apa yang menjadi kebutuhan dalam upaya pelestarian spesies-spesies terancam punah, agar intervensi yang dilakukan menjadi semakin efektif, pungkasnya.

Pentingnya Penelitian

Ketua Forum Konservasi Orangutan Indonesia (FORINA) Aldrianto Priadjati mengatakan pentingnya penelitian dan pemantauan orangutan dan habitatnya yang komprehensif dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk mendukung upaya pelestariannya.

FORINA menyambut gembira atas kepedulian civitas academika dan para generasi muda dalam mendukung upaya konservasi satwa kharismatik Indonesia.

Turut hadir peneliti muda sebagai narasumber yang memiliki pengalaman dan terlibat aktif dalam penelitian dan pemantauan harimau sumatra, gajah sumatra dan orangutan secara berturut-turut yaitu Tarmizi, Anggota Representatif FHK untuk Provinsi Sumut dan Aceh; Dwi Adhari Nugraha, Pengurus Bidang Riset Forum Konservasi Gajah Indonesia; dan Prima Lady, Peneliti Orangutan Magister Biologi Universitas Nasional.

Tentang Belantara Foundation

Belantara Foundation adalah organisasi nirlaba global yang berbasis di Indonesia yang bekerja untuk melindungi lanskap Indonesia dengan membangun proyek keberlanjutan lokal di daerah-daerah yang disisihkan untuk konservasi, proteksi, dan pengembangan masyarakat berkelanjutan. Informasi lebih lengkap mengenai Belantara Foundation dapat dilihat di www.belantara.or.id. (Muhammad Irfan Ramadan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here