BOGOR DAILY- Tagar bertuliskan ‘savepersitafans’ berseliweran di media sosial. Begitu pula dengan ucapan dukacita atas kematian Banu Rusman pada Kamis (12/10). Remaja berusia 17 tahun itu jadi korban bentrokan antara suporter militer vs sipil usai pertandingan babak 16 besar Liga 2 antara Persita Tangerang melawan PSMS Medan di Stadion Mini Persikabo, Cibinong, Rabu (11/10). Sementara sejumlah korban masih dirawat di RSUD Cibinong karena luka berat.
Buntut dari kerusuhan tersebut, seorang suporter Persita bernama Banu Rusman (17) harus meregang nyawa. Pemuda asal Tangerang Selatan itu mengalami luka sobek di bagian kepala. Akhirnya ia mengembuskan napas terakhir di RSUD Cibinong, Kamis (12/10).
Tadi malam jenazah Banu tiba di rumah duka di Kapling Serpong, RT 02/04, Kelurahan Serpong, Tangerang Selatan, sekitar pukul 20:10 WIB. Kakak ipar korban, Aria mengatakan, jenazah akan dibawa ke Pekalongan, Jawa Tengah, untuk dimakamkan. “Dimakamkan di Pekalongan, desanya di Seragi Timur,” kata Aria.
Sementara itu, 17 korban luka lainnya masih dalam perawatan di RSUD Cibinong. Sebagian dari mereka adalah perempuan dengan rentang usia 17-25 tahun. Kabar ini langsung diumumkan di akun Instagram resmi Persita dan menjadi trending topik di Twitter dan sejumlah media sosial lainnya.
Sekadar diketahui, bentrok antara suporter militer dan sipil itu terjadi di Stadion Mini Persikabo usai pertandingan. Dari informasi yang dihimpun, keributan berawal saat sejumlah suporter Persita yang berjumlah sekitar 20 orang tiba-tiba turun ke pinggir lapangan. Mereka melempari tribun yang diisi suporter militer dari PSMS Medan yang didominasi dari Divisi Infanteri 1 Kostrad Cilodong. Saat itu pula suporter militer turun ke lapangan mengejar suporter sipil hingga terjadi aksi saling serang.
Kapolres Bogor AKBP AM Dicky membenarkan soal tewasnya salah seorang suporter. Namun ia tak ingin berkomentar banyak lantaran masih melakukan penyelidikan. “Iya, nanti ya sedang kami selidiki. Mohon maaf,” kata Dicky lewat telepon.
Kerusuhan antara suporter sipil dan militer bukan kali pertama. Suporter militer para pendukung PS TNI juga pernah terlibat kerusuhan dengan suporter Persegres Gresik di awal-awal Liga 1 pada Mei 2016. Sejumlah korban sipil mengalami luka-luka saat kerusuhan itu.
Tahun ini saja sembilan suporter tewas meregang nyawa akibat bentrok. Dua di antaranya merupakan suporter dari Persita yang Agustus lalu baru menyaksikan di Liga 2 melawan Lampung Sakti. Sedangkan insiden bentrok suporter yang terjadi di wilayah Cibinong sudah berulang kali terjadi meski pengamanan pun sudah dilakukan.
Seperti saat laga Persita vs PSMS Medan Rabu (11/10). Kabag Ops Polres Bogor Kompol Faisal Pasaribu mengatakan, jajarannya sudah mengerahkan 300 pasukan pengendali massa untuk mengamankan pertandingan. Namun, bentrokan tak terelakkan. Faisal mengklaim pihaknya berhasil membubarkan keributan sepuluh menit kemudian.
“Kami sudah berhasil membubarkan keributan antarsuporter ini. Dalam kejadian ini kami tak mengamankan suporter, baik dari kubu Persita maupun dari PSMS Medan,” singkat Kompol Faisal Pasaribu usai kerusuhan.
Kematian Banu semakin menambah catatan buruk keamanan pertandingan sepak bola di Indonesia. Data Save Our Soccer (SOS) mencatat ada 57 korban tewas suporter Indonesia sejak 1995.
Terpisah, Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal Edy Rahmayadi berjanji akan mengusut aksi kerusuhan yang melibatkan suporter militer. Perwira bintang tiga itu menegaskan akan menghukum para personelnya jika terbukti menjadi pelaku kekerasan terhadap suporter sipil di Indonesia. “Sudah pasti akan saya hukum. Akan saya hukum,” kata Edy, Kamis (12/10).
Edy yang juga Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) pun mengakui kerusuhan tersebut melibatkan para personel militer. “Iya, itu kebanyakan memang dari Kostrad. Ada beberapa juga yang dari masyarakat (sipil),”terangnya.