Bogordaily.net – Ini bukan wisata biasa, berjalan kaki bersama rombongan berkeliling Rumah Cagar Budaya di Menteng Jakarta sambil melihat sejarah arsitektur di Indonesia.
Ada peribahasa yang menyatakan “Butuh sebuah desa untuk membesarkan seorang anak” dan oleh karena itu, dibutuhkan sebuah komunitas untuk melestarikan sebuah warisan.
Perkumpulan Pelestari Kawasan Bersejarah Menteng bersama dengan Indonesian Heritage
Society, menyelenggarakan wisata rumah cagar budaya di Menteng Jakarta dengan jalan kaki atau Walking Tour yang eksklusif.
Menampilkan warisan unik dan istimewa khas Menteng, yaitu kawasan bersejarah di Jakarta yang hingga kini masih menjadi tempat teramat khusus di Kota Jakarta, yang memiliki sejumlah bangunan yang masih tersisa dari masa sebelum perang.
Bangunan-bangunan ini, banyak diantaranya properti residensial. Memberi kita gambaran sekilas mengenai bagaimana Menteng dulu, ketika menjadi kawasan pertama di Batavia yang baru direncanakan pada dekade pertama abad ke-20.
Seiring berjalannya waktu dan dengan laju kehidupan Jakarta yang semakin cepat dan pesat, sambil tetap mempertahankan fungsinya sebagai lingkungan hunian dan pemerintahan yang berharga dan tenang.
Menteng menghadapi tantangan serius dalam menjaga keseimbangan antara sejarah dan nilai perekonomian yang tinggi.
Lokasi Menteng yang strategis di jantung kota Jakarta otomatis berdampak pada harga properti dan tarif pajak yang yang melesat tinggi, membuat banyak penghuni asli Menteng tidak mampu lagi membayar biaya perawatan dan pajak yang besar sehingga mereka menjual rumahnya untuk pindah dari sana.
Walaupun gaya arsitektur khas Menteng masih dipertahankan oleh beberapa pemilik rumah yaitu dalam mengintegrasikan beberapa detail bangunan asli dalam struktur yang dimodifikasi atau diperluas, bangunan peninggalan asli Menteng seringkali berada dalam kondisi rusak parah sehingga sulit diperbaiki dan dipertahankan, dan oleh karena itu sering kali dihancurkan untuk membangun rumah baru yang gaya arsitekturnya mengikuti trend masa kini.
Pada hari Sabtu, 20 April 2024, empat rumah asli Menteng yang tercatat sebagai cagar budaya menyambut sekitar 100 peserta dari masyarakat umum, Friends of the Indonesian Heritage Society, dan anggota komunitas budaya lainnya.
Para tamu diajak berkeliling dengan pemandu untuk melihat sejarah dan keunikan arsitektur rumah-rumah tersebut.
Karena walking tour ini pertama kali diadakan, hanya sejumlah kecil rumah cagar budaya yang dipilih karena dapat dijangkau mudah dengan berjalan kaki.
Tur ini diakhiri dengan presentasi oleh Sven Verbeek Wolthuys, yang bertempat di Tugu Kunstkring Paleis, sebuah bangunan asli pra-perang yang merupakan contoh sukses pemugaran bangunan cagar budaya di Indonesia.
Nenek moyang Sven tiba di Batavia (Jakarta) pada tahun 1776.
Budayawan ini telah menerbitkan buku “250 Tahun Jakarta Tempo Dulu” dan sedang dalam proses menulis buku tentang “Menteng: Tata kota yang prestisius, arsitektur yang khas, dan tantangan untuk melestarikannya”.
Buku ini akan diterbitkan pada tahun 2025. Indonesian Heritage Society yang telah berdiri selama 54 tahun memiliki misi membantu lembaga-lembaga kebudayaan nasional untuk mempromosikan dan meningkatkan apresiasi terhadap warisan budaya Indonesia baik di dalam maupun luar negeri.
“Kami sangat senang dengan animo masyarakat yang sangat besar untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kesadaran akan warisan budaya kita; kami berterima kasih kepada komunitas diplomatik yang telah mendukung upaya kami, dan berharap, bersama dengan Menteng Heritage Society, kami dapat menyelenggarakan acara serupa di masa depan dengan fokus pada bagian utara kawasan Menteng,” kata Ketua Indonesian Heritage Society, Anya Sani Robertson.
Sementara itu, Halida Hatta, Ketua Umum Perkumpulan Pelestari Kawasan Bersejarah Menteng (Menteng Heritage Society), mengatakan, Perkumpulan Pelestari Kawasan Bersejarah Menteng, dibentuk pada awal tahun 2024.
“Melihat Menteng sebagai tempat yang penting dalam sejarah Indonesia. Pembuatan teks proklamasi, yang diikuti dengan deklarasi kemerdekaan Indonesia, terjadi di jantung Menteng. Menteng juga merupakan tempat rekonsiliasi dan memelihara persahabatan antar bangsa dan masyarakat. Kita semua memiliki keinginan yang sama untuk menghormati warisan sejarah dan pada saat yang sama mempelajari dan menghargai peradabannya untuk mendapatkan kekuatan dalam menghadapi masa depan,” jelasnya.
Bambang Eryudhawan, arsitek dengan spesialisasi urban design dan pelestarian cagar budaya dan sejarah mengapresiasi kegiatan walking tour ini dan berharap di masa datang lebih banyak rumah yang bisa dikunjungi dan bisa memberikan dampak bagi khalayak luas bahwa Menteng ini dilestarikan, untuk masa depan.
Ke depannya tidak hanya kawasan Menteng tapi juga merambah kawasan lain.
Saat peserta mengikuti wisata jalan kaki yang memikat ini, mereka tidak hanya berjalan di Menteng, tetapi juga melintasi waktu, menghayati cerita dan seluk-beluk era sebelum Perang Kemerdekaan di Jakarta.
Setiap langkah menyingkap satu lapisan sejarah, mengungkap desain dan signifikansi budaya dari rumah-rumah yang berdiri sebagai saksi bisu masa lalu kota ini.
Dengan melibatkan diri dengan warisan arsitektur Jakarta,wisata jalan kaki ini tidak hanya memberikan apresiasi yang lebih dalam terhadap warisan budaya Jakarta, namun juga berkontribusi pada pelestarian dan perayaan sejarah Menteng yang kaya untuk generasi yang akan datang.
Acara ini sepenuhnya direncanakan dan dilaksanakan oleh Indonesian Heritage Society dengan berkolaborasi bersama Duta Besar Kerajaan Belanda, Lambert Grijns, dan komunitas diplomatik di Jakarta dalam rangka meningkatkan wawasan atas peninggalan sejarah Indonesia.
Tentang Indonesian Heritage Society
Indonesian Heritage Society (IHS) merupakan sebuah yayasan nirlaba yang bermula dari 17 orang relawan pada tahun 1970, yang sekarang telah berkembang menjadi ratusan anggota yang tergabung dalam Friends of IHS. Kami meneruskan warisan misi pendiri kami dalam memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia serta memberikan sumbangan kepada lembaga-lembaga budaya dan pendidikan selama 54 tahun terakhir.
Kegiatan organisasi ini telah berkembang dari fokus awal pada Museum menjadi berbagai Kelompok Studi, Sesi Kuliah, Penjelajahan, dan Tur Warisan yang mengadakan sesi tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di kota besar lainnya.
Organisasi ini juga memiliki 5 komunitas bahasa yang dinamis, yaitu Perancis, Italia, Cina, Korea, dan Jepang, tujuannya untuk pertukaran sosial dan budaya karena keberagaman kebangsaan anggotanya.
Sebagai organisasi budaya, kehadiran IHS sudah dikenal dalam komunitas lokal dan internasional. Kolaborasi kami tidak hanya terbatas pada badan-badan warisan budaya nasional Indonesia, tetapi juga meluas ke museum-museum swasta dan organisasi-organisasi internasional, memberikan akses kami pada jaringan global para ahli tentang Indonesia.***