Oleh: Hj. Ade Yasin, SH, MH
(Calon Bupati Bogor 2018)
Setiap 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Penetapan ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Jika ditilik dari sejarahnya, 25 November juga hari kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Tak bisa disanggah, bahwa guru adalah faktor kunci keberhasilan sebuah sistem pendidikan. Di balik semua kesuksesan profesi apa saja, di sana ada guru. Guru adalah mereka yang membuka jalan, memulai suatu pencarian.
Guru adalah mereka yang membawa api di tengah kegelapan dunia akal budi. Dia yang mengajar, mendorong, mengaktifkan, setia mendampingi, berkomitmen, selalu rela membantu, dan menghantar anak didiknya untuk mencapai posisi tertinggi dalam setiap pencarian.
Guru juga yang membantu muridnya untuk belajar mendengarkan. Setiap pengetahuan dimulai dengan “mendengarkan”. Ya, belajar dengan mendengarkan. Guru mengarahkan, guru mencintai dan juga berjalan bersama.
Bangsa yang besar dibangun mulai dari dalam kelas yakni ketika anak-anak dibimbing untuk memahami kehidupan dari lingkup terbatas. Guru memang hebat. Tiada bandingan. Mereka menciptakan para pejabat, doktor, ilmuwan, masinis, pilot, penyanyi, dan semua profesi apapun. Karena itu, guru sering dijuluki sebagai “petunjuk kehidupan”, mentor, kreator dan aplikator pelbagai regulasi (A guide in times of confusion).
Begitu serius pada profesinya, sering seorang guru melupakan dirinya. Bahkan ia meninggal ketika sedang melayani muridnya. Profesi guru itu luhur karena ia mendidik manusia untuk menjadi lebih manusiawi. Itulah sebabnya seorang guru sangat bahagia ketika melihat muridnya mengalami kesuksesan. Dan murid yang baik pasti tidak akan membanggakan dirinya selain guru yang menginspirasi dia (A strong inspiration).
Guru yang berkomitmen tinggi tidak pernah akan dilupakan, sampai kapanpun. Biarpun tahun-tahun berlalu, namanya dan wajahnya akan tetap membekas pada hati dan pikiran para muridnya. Ia dikenang sepanjang sejarah.
Dewasa ini, murid bisa belajar banyak informasi lewat internet, dan mereka bisa mendapatkan berbagai pengetahuan lewat mediasi teknologi yang canggih. Ini adalah tantangan bagi para guru. Namun, apapun canggihnya teknologi itu, peranan seorang guru tidak tergantikan. Kehadiran guru di kelas mengubah semuanya. Ia menginspirasi segalanya. Guru memiliki tanggungjawab kemanusiaan, karena ia mendidik seorang manusia.
Guru membantu seorang anak mengerti dirinya dan memahami orang lain. Guru adalah juga “Channel” bagi murid tentang sebuah mimpi. Generasi muda berada pada tangan para guru, karena itu tanggung jawab terbesar seorang guru adalah menghantar anak-anak untuk meraih mimpi, mengejar cita-cita, dan mewujudkan idealismenya.
Oleh sebab itu, saya sebagai wakil rakyat telah mendorong agar Pemerintah Kabupaten Bogor memperhatikan betul kesejahteraan para guru. Badan Anggaran DPRD belum lama ini telah sepakat menaikkan tunjangan guru honor Rp1 juta per bulan.
Sedikitnya, ada 23 ribu guru honorer yang bakal mendapat suntikan penghasilan yang bersumber dari APBD 2018. Jika dihitung-hitung, maka setiap bulannya Pemkab Bogor bakal mengeluarkan anggaran Rp23 miliar untuk menggaji guru honor. Atau dalam setahun sedikitnya Rp276 miliar dana APBD yang dianggarkan untuk membiayai tunjangan honorer.
Selain guru honor, tunjangan kesejahteraan untuk guru PNS juga terjadi peningkatan di 2018. Belum lagi perbaikan sarana dan prasarana sekolah. Kita berharap seluruh program pendidikan di Kabupaten Bogor bisa berjalan dengan baik. Semua demi masa depan generasi bangsa ini.
Hai para guru, kamu memang super. Dari kamu dunia menjadi lebih berarti. Selamat Hari Persatuan Guru Republik Indonesia pada 25 November mendatang. Terima kasih. (*)