Friday, 22 November 2024
HomeTravellingBaru Nikah? Begini Tips Mengatur Pengeluaran

Baru Nikah? Begini Tips Mengatur Pengeluaran

BOGOR DAILY-Baru menikah rasanya indah banget ya, gimana nggak, kita hidup bersama orang yang kita cintai. Tapi nice problemnya pengeluaran jadi meningkat. Ada cicilan rumah, biaya listrik, dan tagihan-tagihan lainnya.

Sebagai pasangan baru, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan sesuaikan dengan pasangan. Salah satunya adalah pengelolaan keuangan/ Lalu bagaimana sih seharusnya mengatur keuangan keluarga yang baru dimulai itu?

Prita Hapsari Ghozie SE MCom, perencana keuangan sekaligus CEO ZAP Finance mengatakan, komunikasi adalah hal utama disini. “Komunikasikan dengan baik pada suami atau sang istri tentang masalah keuangan tersebut, serta tentukan siapa manajer keuangan dalam suatu keluarga,” kata Prita dikutip dari HaiBunda beberapa hari lalu.

Dalam membangun rumah tangga perlu sebuah komitmen dan salah satu hal yang terpenting adalah kejujuran (keterbukaan), apalagi tentang kondisi keuangan. Selain kejujuran mengenai sumber pemasukan, perlu saling keterbukaan pula mengenai aset dan utang yang dimiliki.

Beberapa kasus yang sering terjadi adalah utang untuk biaya pernikahan, hingga sudah memiliki beberapa anak, belum juga lunas. Tentunya kita nggak mau kan, tiba-tiba kalau suami sakit atau amit-amit, meninggal, lalu ada penagih utang datang ke rumah. Apalagi kita sama sekali nggak tahu apa-apa mengenai utang-piutang tersebut. Hal itu karena kurangnya komunikasi dan tidak pernah terbuka atau memberi tahu kepada pasangan mengenai jumlah aset dan utang yang dimiliki.

Oleh karena itu keterbukaan di awal sebelum menikah tentang kondisi utang ini sangat penting, termasuk bagaimana angsurannya, apakah menjadi beban atau tanggungan masing-masing, atau bersama. Jadi mulailah saling terbuka dan jujur kepada pasangan mengenai keuangan kita ya, Bun.

Prita menambahkan untuk mengutamakan tujuan keuangan keluarga kita. Misalnya nih untuk dana rumah, apakah kita ingin mengalokasikannya untuk membeli rumah atau mengontrak. Kemudian dana pendidikan anak seperti mulai dari pendidikan di dalam maupun di luar rumah, dari pra sekolah, hingga perguruan tinggi atau sampai strata berapa Anda ingin membiayainya, apakah hingga S2, S3.

Kemudian ada dana liburan atau dana perjalanan rohani. Mungkin kita sekeluarga juga membutuhkan liburan ya, Bun.

Prita mengatakan kalau bisa hindari utang pemakaian kartu kredit. “Hindari utang kartu kredit atau KTA demi belanja yang konsumtif,” tutur ibu dua anak ini.

Jika sudah telanjur utang dengan kartu kredit, lunasi segera utang yang bersifat konsumtif sekecil apa pun itu (terutama kartu kredit), karena selain mempunyai bunga yang besar, utang konsumtif juga akan menggerogroti aset kekayaan kita. Buat komitmen untuk tidak berutang konsumtif dan lunasi tagihan kartu kredit tiap bulannya, Bun.

Lalu, di manakah dana tersebut seharusnya disimpan? Dosen sekaligus penulis ini mengatakan, itu semua tergantung dari siapa ‘manajer’ keuangan keluarga tersebut.

“Namun, ada baiknya suami dan istri sebaiknya punya rekening pribadi untuk belanja kesukaan masing-masing, tanpa mengganggu alokasi pengeluaran bulanan serta investasi keluarga,” kata dosen sekaligus penulis ini.

Prita juga menyarankan, agar suatu keluarga punya dana cadangan. Karena kadang, ada beberapa hal atau keperluan tidak terduga yang amit-amit terjadi pada keluarga kita.

Dana darurat berfungsi sebagai ‘ban serep’ bagi kondisi keuangan. Kejadian-kejadian yang tak terduga bisa saja terjadi dengan keluarga kita yang menyebabkan keluarnya uang yang tak pernah kita anggarkan. Sebagai contoh adalah biaya sakit, kecelakaan, kematian, bantuan keluarga, dan lain-lain.