Wednesday, 27 November 2024
HomeBeritaLepas Kerudung di Depan Umum, Perempuan Irak Langsung Ditangkap

Lepas Kerudung di Depan Umum, Perempuan Irak Langsung Ditangkap

BOGOR DAILY-Aparat Iran menangkap seorang perempuan yang dituduh melawan para ulama dengan tampil di depan umum tanpa mengenakan jilbab yang diwajibkan.

Pengacara Narges Hosseini, nama perempuan tersebut, mengatakan uang jaminan untuk pembebasan sementara kliennya ditetapkan sebesar lima miliar rial atau sekitar Rp 1,3 miliar, yang jelas tidak bisa dipenuhi keluarganya.

Foto Hosseini bersama sedikitnya dua perempuan lain pada Senin (29/01) menyebar secara meluas di internet dan diikuti dengan foto-foto serupa sehari kemudian walau keasliannya tidak bisa dipastikan.

Mereka meniru pose seorang perempuan yang ditahan selama beberapa pekan karena melepas kerudungnya dalam aksi unjuk rasa antipemerintah pada 27 Desember lalu, yang menyebar ke seluruh dunia.

Menurut pengacaranya, Nasrin Sotoudeh -yang terkenal sebagai pengacara hak asasi- keluarga Hosseini mengatakan dia ditahan di penjara Gharchak di pinggiran Teheran.

“Mereka mengatakan merupakan keinginannya untuk ditahan dan saya diminta untuk menjadi pengacaranya. Melihat bahwa hakim tahu kondisi keuangan keluarga, penetapan uang jaminan yang besar memperlihatkan mereka ingin menahannya,” jelas Sotoudeh kepada kantor berita AFP.

Dakwaan atasnya masih belum diketahui. Unjuk rasa antipemerintah akhir tahun lalu berawal dari protes atas kenaikan harga kebutuhan sehari-hari.

Adapun perempuan yang ditangkap karena aksi melepas kerudung pada 27 Desember lalu -yang disebut bernama Vida Movahed dan berusia 31 tahun- dibebaskan Senin 29/01) setelah ditahan selama beberapa pekan.

Dia berdiri di atas satu pilar di pinggir sebuah jalan yang sibuk di Teheran tanpa menggenakan kerudung dan gaun panjang yang diwajibkan oleh Syariat Islam.

Fotonya yang mengibarkan kerudung putih di ujung sebuah tongkat kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Aksi unjuk rasa antipemerintah yang melanda beberapa kota di Iran pada akhir tahun lalu awalnya dipicu oleh kenaikan harga kebutuhan pokok sehari-hari sebelum berkembang menjadi ungkapan kemarahan pada pemerintah.

Belakangan aksi diwarnai aksi unjuk rasa dengan jatuhnya korban sedikitnya 20 jiwa