BOGOR DAILY-Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi disebut belum berhenti menggarap pemilih pemula atau muda. Bentuknya, masuk ke dunia anak muda dan tak berhenti untuk menjadi bagiannya. Menonton Dilan 1990 jadi contohnya. Ada potensi meraih keuntungan di Pemilu 2019.
Datang bersama putrinya Kahiyang Ayu dan menantunya Bobby Nasution, Jokowi, pada Minggu (25/2) siang, menghebohkan seisi bioskop di mal Senayan City, Jakarta. Permintaan selfie terdengar signifikan.
Ia, yang mengenakan kemeja putih lengan panjang, celana hitam, dan sepatu kets merah, menunjukkan tiga tiket film ‘kekinian’, Dilan 1990. Ya, ia hendak menonton film yang diangkat dari novel karya musikus Pidi Baiq.
Film tersebut tengah digandrungi anak-anak muda. Hingga Sabtu (24/2), penontonnya telah mencapai 6 juta dan menjadikannya salah satu film Indonesia yang meraup penontot bioskop terbanyak. Film bertema kisah cinta masa SMA ini masih kalah sedikit dari Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan sikap Jokowi tersebut punya dua makna.
Pertama, menurut Adi, sikap Jokowi itu merupakan karakter bawaan yang ingin selalu membaur dengan masyarakat. Tanpa pandang bulu dan tanpa ada sekat. Dalam hal menonton film Dilan, Jokowi ingin tahu seperti apa film yang tengah digandrungi anak-anak muda.
“Dia mencoba untuk menyelami apa yang sedang disukai generasi milenial,” ucapnya melalui sambungan telepon, Senin (26/2)
Adi melanjutkan, Jokowi juga seakan ingin mematangkan konsistensinya peduli terhadap anak muda. Adi merujuk dari sikap Jokowi yang beberapa kali hadir dalam acara dengan pasar anak muda seperti konser musik. Misalnya, konser We The Fest 2017, di Kemayoran, Jakarta, Agustus 2017.
Kedua, lanjutnya, sikap Jokowi ini juga merupakan naluri politik yang tajam dalam menggarap potensi pemilih. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari langkah Jokowi yang bakal kembali menjadi calon presiden.
“Di saat yang bersamaan dia mendapat insentif elektoral, yaitu chemistry yang terbangun dengan pemilih pemula,” jelasnya.
Menurut Adi, keputusan Jokowi untuk menonton Dilan merupakan upaya yang mujarab untuk menarik perhatian para pemilih pemula yang mencapai 30-35 persen total pemilih.
Kaum muda, kata Adi, cenderung tidak menyukai pendekatan ala elit politik berupa janji-janji kampanye. Terlebih, anak-anak muda pun senantiasa menganggap bahwa politik merupakan suatu hal njelimet.
Para pemilih pemula justru akan lebih tertarik terhadap calon pemimimpin yang ikut menjadi bagian dari mereka secara langsung. Atas dasar asumsi itulah Adi menganggap Jokowi menempuh langkah yang tepat untuk menarik perhatian kalangan pemilih pemula.
“Dengan nonton Dilan, ‘wih, Pak Jokowi kayak kita juga nih.’ Keberbauran itu akan dilihat sebagai keberpihakan kepada anak muda” tutur Adi, menirukan pemikiran generasi muda.
“Ini adalah insting politik yang cukup tajam yang tidak pernah terpikirkan elit politik yang lain,” lanjutnya.
Adi menjelaskan bahwa politik adalah bagaimana merebut persepsi dan bagaimana membangun opini. Jokowi, kata Adi, telah berhasil membangun persepsi dan opini anak-anak muda bahwa dirinya peduli dengan apa yang tengah disukai anak-anak muda.
“Sekarang kan sudah terbangun. ‘Oh, ternyata Pak Jokowi juga suka dengan Dilan,'” ucap dia.
Meski begitu, Adi mengatakan bahwa kalangan muda tidak serta merta langsung menyukai Jokowi yang baru saja turut menonton Dilan. Menurutnya, Jokowi bakal kembali menempuh langkah-langkah serupa. Tentu dalam rangka
“Politik tidak bisa sekali sentuhan, tapi sebagai langkah awal, ini bagus,” katanya.
Berdasarkan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang diserahka kepada KPU, pada akhir 2017, ada 196,5 juta orang yang dipastikan memiliki hak memilih dalam Pemilu 2019.
sumber: cnnindonesia.com