Monday, 10 March 2025
HomeKota BogorPerjalanan Seorang Visual Artist: Berkarya untuk Bogor Melalui Desain Grafis dan Ilustrasi

Perjalanan Seorang Visual Artist: Berkarya untuk Bogor Melalui Desain Grafis dan Ilustrasi

Bogordaily.net – Dunia dan ilustrasi bukan sekadar hobi bagi Bayu Pratama Hadiputra, tetapi juga jalan hidup yang membawanya berkembang, berkontribusi, dan terus belajar.

Lahir di Bogor pada 30 Maret 1992, kini usianya telah menginjak 33 tahun, dan ia semakin terdorong untuk memberikan kontribusi bagi kota kelahirannya serta memotivasi para ilustrator dan desainer grafis di sekitarnya.

Menjadi visual artist bukanlah keputusan yang diambil begitu saja. Sejak kecil, ia memang sudah menyukai bidang seni, salah satunya membuat doodle art.

Ketertarikannya terhadap seni visual semakin mendalam. Dengan hobinya menggambar doodle, ia mempertimbangkan bidang tersebut hingga akhirnya memutuskan kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan jurusan .

Selain mendalami logo, branding, dan poster, ia juga mulai mengajar sebagai asisten dosen.

Awalnya, ia hanya membantu di mata kuliah , tetapi seiring waktu, ia pun ikut menangani berbagai mata kuliah lain, termasuk mata kuliah yang berhubungan dengan event dan kreativitas, seperti Festival Budaya di .

“Sebenarnya, menjadi asisten dosen ini juga memberikan insight dan pelajaran baru buat aku. Untungnya, aku juga orang yang mau belajar dan ingin tahu banyak hal,” ucapnya. Dari pengalaman ini, ia semakin menyadari bahwa dirinya tidak hanya ingin sekadar mendesain, tetapi juga berkontribusi lebih luas, selain di industri kreatif.

Salah satu pencapaian terbesarnya adalah keterlibatannya dalam Bogoria, sebuah konser tahunan di Bogor yang telah diselenggarakan sebanyak empat kali.

“Aku ingin Bogoria selalu ada setiap tahun dan dikenal banyak orang hingga menjadi bagian dari branding Kota Bogor itu sendiri,” ujar sang visual artist.

Selama empat tahun di Bogoria, ia telah memberikan banyak kontribusi di bidang kreatif. Ia berperan sebagai visual artist, desainer, dan creative director. Semua elemen visual, mulai dari poster, banner, hingga konten media sosial, ditanganinya dengan penuh dedikasi.

“Pokoknya aku handle semua yang berbau visual.” Baginya, kebanggaan terbesar adalah melihat karya desainnya hadir di berbagai tempat dan dinikmati banyak orang.

Tak berhenti di situ, ia juga aktif dalam Forum Reka Bogor dan sering berkolaborasi dengan pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor.

Ia kerap diikutsertakan dalam event yang diselenggarakan, misalnya Pasar Kreatif yang sempat diadakan di Botani Square pada akhir tahun. Karyanya juga dapat ditemukan di akun Instagram @disparbudkotabogor, di mana ia turut berkontribusi dalam pembuatan logo.

Sebagai desainer grafis, ia berpikir bahwa setidaknya ia bisa berkontribusi untuk Bogor, meskipun dimulai dari hal-hal kecil.

Selain mengajar dan aktif dalam berbagai event, ia juga memiliki graphic house bernama Tilusoca, sebuah agensi sederhana yang ia dirikan untuk menangani berbagai klien.

Sebelum mendirikan Tilusoca, ia pernah bekerja di agensi desain di Jakarta, tetapi sistem kerja yang melelahkan dan revisi tanpa batas membuatnya memilih jalur freelance.

Sejak 2014, ia lebih fokus bekerja secara remote dan bahkan sempat bergabung dengan perusahaan di Amerika Serikat dari 2013 hingga 2021, sebelum akhirnya mengundurkan diri untuk memberikan peluang bagi generasi baru.

Gaya desainnya banyak dipengaruhi oleh karakter game dan ilustrasi monster. Ia menyukai garis tebal dengan sentuhan doodle art dan karakter bermata tiga yang membuat karyanya memiliki ciri khas tersendiri. Ia mulai mendapatkan klien internasional melalui platform DeviantArt sejak 2011.

“Jadi, selama 2011–2016, aku mostly dapat klien dari luar. Kalau klien lokal, paling hanya dari teman,” ujarnya. Meskipun dibayar dengan nominal yang bisa dikatakan sangat kecil untuk karya seni visual, itu tidak membuatnya enggan untuk mengerjakannya.

“Ya, kita juga sambil mengedukasi mereka dengan menyampaikan secara halus bahwa ke depannya bayarannya kalau bisa jangan segini, ya. Tapi, meskipun bayaran kecil, itu juga bisa jadi portofolio dan word of mouth yang nantinya bisa direkomendasikan ke temannya lagi,” ucapnya.

Menurutnya, word of mouth memiliki kontribusi besar dalam awal kariernya sebagai desainer grafis dan ilustrator.

“Dari klien receh yang cuma dibayar Rp50 ribu, klien UMKM kecil yang brief-nya repot tapi bayarannya minim ya, intinya harus bisa negosiasi juga,” tambahnya.

Menurutnya, menjadi seorang desainer grafis bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi dengan klien.

Selain itu, ia selalu menanamkan prinsip untuk membangun hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk mahasiswa yang ia ajar, karena ia percaya bahwa koneksi bisa menjadi investasi jangka panjang meskipun dimulai dari hal yang sangat kecil.

Sebagai pesan bagi pemula yang ingin terjun ke dunia , Bayu menekankan pentingnya proses dan konsistensi.

“Jangan sampai kehilangan semangat hanya karena melihat pencapaian orang lain. Kita tidak pernah tahu usaha dan perjalanan mereka di baliknya. Yang terpenting adalah terus belajar, memperbanyak relasi, dan selalu berkembang.”

Bayu Pratama Hadiputra adalah bukti bahwa bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga sarana untuk berkarya, berbagi, dan membawa perubahan baik bagi diri sendiri maupun untuk kota yang dicintainya, Kota Bogor.***

Fauzia Ayu Kamila
Mahasiswa

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here