BOGOR DAILY-Punya masa lalu yang kelam dan pernah masuk penjara tak menghalangi seorang bekas napi menata hidup menjadi lebih baik. Ari Harmoko alias Joko ini sudah membuktikannya.
Menyandang status mantan narapidana, Joko tak menyerah dengan status tersebut. Keinginan untuk mengubah nasib dilakukan dengan menggali potensi diri. Usahanya berhasil.
Joko sukses merintis bisnis jasa wedding organizer (WO). Perlahan-lahan dia juga mulai melatih diri dengan mendesain baju.
Dilansir dari Merdeka.com, Rabu 4 April 208, Joko menjalani kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Bogor, Jawa Barat setelah terciduk dalam aksinya bersama komplotan pembobol ATM. Palu hakim menjatuhkan vonis kurungan penjara 2,5 tahun. Hukuman itu bekurang menjadi 14 bulan karena Joko berkelakuan baik selama masa tahanan.
Niat Joko hijrah dari Aceh ke Jakarta awalnya ingin mengubah nasib dengan modal kemampuan menari. Namun dia terjerumus dalam lubang kejahatan.
Selama di penjara, Joko mendapatkan pembinaan pelatihan menari dan desain baju. Pengurus Lapas mendorongnya untuk belajar menari. Mereka sengaja mendatangkan pelatih tari dari luar. Joko dan Napi lainnya belajar menari di Lapas.
“ Saya kan, ditanya sama Bu Kabag Pembinaan Lapas. Saya bilang suka menari, lalu dilatih saat aku di dalam lapas,” kata dia di Jakarta.
Selepas dari lapas, Joko kerap diminta untuk melatih tari di lapas di seluruh Indonesia. Pria ini juga mengisi acara di berbagai instansi pemerintahan.
” Setelah keluar saya pergi ke Pontianak, Kalimantan Barat. Di sana saya membuat sanggar tari dan wedding organizer,” kata dia.
Suatu hari, Joko mendapatkan pesanan membuat kostum untuk Pemilihan Putra Putri Wisata Kalimantan Barat. Dia membuatkan kostum Dayak Kubu yang tinggal di pesisir. Tak disangka, kostum yang dibuatnya ini menjadi baju Dayak terbaik se-Kalimantan Barat. Pria asal Aceh ini mendapatkan penghargaan dari gubernur Kalimantan Barat. Dari situlah, karier Joko di dunia seni dan desain semakin moncer.
Setelah sukses di dunia tari dan desain baju, Joko memberanikan diri membuka bisnis WO bersama teman-temannya, khususnya untuk penyewaan baju pengantin, baju adat, dan tatarias. Banyak orang tertarik dan menyewa baju hasil karya Joko.
“ Jadi, setiap ada yang menyewa baju Rp150 ribu, uang Rp50 ribu untuk yang kerja dan Rp100 ribu untuk sanggar,” kata dia.
Setelah sukses di Pontianak, pria ini melebarkan sayap ke Indonesia bagian timur. Joko merantau ke Nusa Tenggara Timur dan membuka sanggar di Kupang dan Maumere. Sanggar di Pontianak, dikelola oleh teman-teman Joko.
“ Itu sanggar punya saya. Lalu, ada mamanya murid, ikut membantu. Support,” kata dia.
Joko mengaku dalam setahun, dia bisa mendapatkan 20 kali event. Setiap event, dia dibayar hingga Rp23 juta. Sekarang dia memiliki beberapa sanggar tari dan dia mengembangkannya di Jakarta.