Bogordaily.net – Pos Satpam Masjid Agung Kota Bogor diserang orang misterius.
Pagi itu, fajar belum sepenuhnya naik. Langit masih separuh gelap, separuh terang.
Waktu-waktu menjelang Subuh memang punya suasana yang khas—tenang, hening, dan seperti sedang menunggu sesuatu.
Tapi Sabtu, 31 Mei 2025, Subuh di Kota Bogor tidak lagi tenang. Tidak juga hening. Tidak seperti biasa.
Pukul 04.55 WIB. Saat muazin mungkin sudah mengangkat suara mengumandangkan azan. Saat sebagian orang baru selesai menyeduh kopi pagi. Saat sebagian lainnya masih menarik selimut.
Di waktu seperti itu, seseorang—yang tak dikenal, misterius, dan entah dari mana datangnya—tiba-tiba menyerang Pos Satpam Masjid Agung Kota Bogor.
Bukan teror besar, tapi cukup untuk membuat kening berkerut dan dada berdebar. Kaca depan pos satpam itu pecah. Retakannya membentuk pola seperti jaring laba-laba yang marah.
Tidak ada yang tahu pasti siapa pelakunya. Apalagi, motifnya. Polisi menyebutnya: orang tak dikenal. OTK, begitu singkatannya.
Apakah ini sekadar vandalisme biasa? Atau ada pesan yang hendak disampaikan lewat lemparan batu ke sebuah pos kecil di pelataran rumah ibadah?
Pagi itu berubah. Dari seharusnya khusyuk menjadi gaduh. Dari hening menjadi penuh tanda tanya.
Polisi datang tak lama setelah kejadian. Beberapa petugas langsung memasang garis kuning. Olah TKP dilakukan. Kamera dipasang. Jejak dicari.
Namun pertanyaan utama tetap menggantung di udara pagi itu: siapa yang menyerang? Dan untuk apa?
Masjid Agung Kota Bogor bukan bangunan biasa. Ia bukan sekadar tempat ibadah. Ia simbol.
Ia ruang publik yang menyatukan berbagai latar belakang. Dan ketika simbol seperti ini diserang—meski hanya lewat pecahan kaca—kekhawatiran wajar muncul. Karena yang diserang bukan sekadar benda. Tapi rasa aman. Rasa damai.
Saya membayangkan satpam yang berjaga malam itu. Mungkin ia sedang mengantuk. Mungkin sedang berdoa.
Atau malah sedang duduk diam, mengawasi pelataran. Lalu tiba-tiba: brak!—kaca pecah, suara membelah keheningan.
Bisa saja ia kaget, takut, atau malah langsung mengejar. Tapi sayangnya, si pelaku sudah menghilang.
Cepat. Rapi. Seperti tahu harus melakukannya di detik yang tepat, lalu pergi seperti bayangan.
Apakah ini akan menjadi kasus biasa yang menguap dalam laporan polisi? Ataukah akan jadi awal dari cerita yang lebih panjang?
Saya tidak tahu. Tapi saya percaya, setiap kejadian punya jejak. Tinggal bagaimana mau membacanya atau tidak.
Dan pagi itu, jejak peristiwa pos satpam masjid agung Kota Bogor diserang orang misterius baru saja ditinggalkan. Tepat saat fajar menyingsing.***