Bogordaily.net – Ayah Salsabilla Audinna tidak pernah muncul di TikTok. Tidak pula di Instagram.
Tapi, hari-hari ini, nama putrinya lebih ramai disebut ketimbang sang jenderal itu sendiri.
Ia bukan siapa-siapa di dunia selebritas. Tapi jabatannya dulu bukan kaleng-kaleng: Pangdam.
Bahkan sempat jadi Penjabat Gubernur. Pensiunan militer bintang dua: Mayjen TNI (Purn) Achmad Marzuki.
Anaknya, Salsabilla Audinna, memilih jalur lain. Bukan ke militer. Bukan pula ke birokrasi.
Ia memilih kamera depan. Lensa smartphone. Cahaya alami. Estetika visual.
Dan kini, nama Audinna mencuat bukan karena sekadar estetik. Tapi karena keberaniannya membuka luka.
Di dunia yang lebih suka pencitraan, ia justru memamerkan patah hati.
Bukan sembarang kisah putus cinta. Enam tahun hubungan, hancur oleh pengkhianatan.
Ia tak sebutkan semua detail. Tapi cukup bagi netizen untuk menangkap getirnya.
Itulah bedanya generasi dulu dan sekarang. Ayah Salsabilla Audinna memimpin pasukan di medan berat.
Sang anak justru memimpin jutaan perhatian netizen di medan digital.
Saya membayangkan saat Achmad Marzuki masih menjabat Pangdam. Belasan ajudan, protokoler, sopir, ajudan lagi. Kini, ia duduk di jajaran komisaris sebuah perusahaan tambang: PT Pasir Putih Sejahtera.
Dan menariknya, komisaris utamanya siapa? Anak gadisnya.
Begitulah cara keluarga ini menyusun ulang “dinasti”—dari seragam loreng ke helm tambang, dari ruang rapat ke Instagram.
Audinna memang bukan gadis biasa. Pendidikan teknik industri. Lulus dari Undip. Aktif di organisasi. Lalu melompat ke dunia media sosial dan bisnis makanan.
Restorannya di Tebet. Bernama Staple Bonds & Noms. Konsepnya cocok untuk yang suka foto makanan sebelum makan.
Tapi ini bukan sekadar gaya. Ia mengurus sendiri. Datang sendiri. Posting sendiri.
Kontennya rapi. Terorganisir. Seperti laporan logistik di militer—mungkin warisan etos kerja dari sang ayah.
Skandal cinta? Tentu mengguncang. Tapi juga membuka sisi manusiawi dari seorang tokoh media sosial.
Saat orang lain menutup-nutupi luka, Audinna justru menguliti semua. Ia bercerita, menangis, mengaku rapuh—dan justru itu membuatnya terlihat kuat.
Di tengah dukungan netizen, ia tak lari. Tak menghapus akun. Ia tetap posting. Tetap kerja. Tetap endorse.
Dan.m tetap anak dari Mayjen Achmad Marzuki. Ayah Salsabilla Audinna yang barangkali diam-diam ikut membaca komentar netizen itu satu per satu, dalam diamnya yang khas jenderal.
Ia mungkin tak pernah ajarkan anaknya cara menghadapi netizen. Tapi jelas, ia mewariskan satu hal: ketegaran.
Dalam versi yang sangat berbeda. Di medan perang yang juga sangat berbeda.
Dan kini, kita menyaksikan: bagaimana seorang anak jenderal menulis takdirnya sendiri—bukan dengan senapan, tapi dengan kejujuran.***