BOGORDAILY – Cerita humor dan ramalan almarhum Gusdur tak pernah lekang dimakan waktu. Ramalan dan guyonannya itu lah yang membuat banyak orang kangen.
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah kena marah istri kepala protokol Istana.
Itu terjadi saat Gus Dur masih menjadi Presiden Keempat Republik Indonesia.
Kisah itu kemudian ditulis oleh Imam Anshori Saleh, dalam bukunya yang berjudul “Mata Batin Gus Dur, Cerita-Cerita Unik Bersama Sang Kiai”, terbitan Gramedia tahun 2017 lalu.
Dalam buku disebutkan, Gus Dur memang merupakan sosok yang tak mau diatur oleh protokol.
Meski demikian, saat itu Gus Dur benar-benar dibuat tak berkutik oleh seorang istri protokol Istana.
Kisah itu kemudian diceritakan oleh Inayah Wulandari, atau putri bungsu Gus Dur.
“Bapak nggak pernah merasa tinggi hati, misalnya begini, kan ada tuh Kepala Protokol Istana dia cerita. Bapak pernah menelepon dia jam 04.00 WIB pagi sekali,” kata Inayah dalam buku itu.
Menurut Inayah, Gus Dur memang sudah biasa terbangun jam 05.00 WIB.
“Bapak itu mulai terima tamu sambil jalan kaki dan Bapak itu suka mendadak ingin keetemu siapa hari itu dan biasanya telepon protokol,” ujar Inayah.
Padahal saat itu Kepala Protokol baru saja pulang malam.
Gus Dur kemudian menelepon Kepala Protokol tersebut menggunakan nomor ajudannya pada pukul 04.00 WIB.
Selanjutnya yang menjawab telepon tersebut bukanlah sang Kepala Protokol.
Melainkan yang menjawab telepon tersebut adalah istri dari Kepala Protokol.
“Di layar HP muncul nama seorang ajudan. Istrinya mengangkat telepon dengan nada tinggi ‘Siapa ini’?” kenang Inayah.
Gus Dur pun menjawab.
“Abdurrahman,” jawab Gus Dur.
“Mau ngapain?” tanya istri Kepala Protokol sambil bernada tinggi.
“Mau bicara sama Pak Wahyu, ada?” jawab Gus Dur.
Sang istri Kepala Protokol kemudian memberikan jawaban ketus.
“Nggak ada! Tidur Pak Wahyu! Jam segini kok masih telepon saja,” jawabnya ketus sambil menutup telepon.
Gus Dur kemudian menelepon kembali.
“Siapa ini?” tanya istri Kepala Protokol.
Gus Dur lagi-lagi menjawab, yang menelepon adalah Abdurrahman.
“Heh nggak tahu apa jam segini, ini waktunya orang tidur. Kalau perlu besok pagi saja, ganggu orang tidur!” jawab istri Kepala Protokol sambil menutup telepon.
Suara istri protokol tersebut rupanya cukup keras, dan membuat sang suami terbangun.
Sang Kepala Protokol kemudian melihat layar ponsel.
Dia pun kaget bukan kepalang, karena yang meneleponnya barusan adalah Presiden Gus Dur.
“Ma…itu Presiden!” seru sang Kepala Protokol kepada istrinya.
Istrinya juga tak kalah kagetnya.
“Haaaahh!!! Gimana Pak, saya ngomelin Presiden?” ucap sang istri.
Pasca peristiwa itu, Kepala Protokol pun meminta maaf kepada Gus Dur.
Namun, reaksi Gus Dur justru tak terduga.
Gus Dur tak marah, dan malah tertawa.
Tak Digubris Gus Dur, Pesan Para Kiai ini Terbukti Benar saat Dirinya Jatuh dari Kursi Presiden
Meskipun telah tiada sejak beberapa tahun lalu, namun bagi sebagian orang sosok Gus Dur memang sulit untuk dilupakan.
Satu hal yang cukup diingat sebagian orang dari sosok Gus Dur adalah soal sejumlah ramalannya yang seringkali tepat.
Prediksi Gus Dur yang disampaikan pada beberapa tokoh ini terbukti benar-benar terjadi.
Misalnya soal prediksinya sendiri yang akan menjadi seorang presiden.
Itu seperti pernah disampaikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan.
Dilansir dari Tribun Wow, suatu ketika Luhut bertemu dengan Gus Dur, dan mengatakan jika Luhut tak perlu berangkat jadi Duta Besar karena sebentar lagi Gus Dur akan jadi presiden.
Luhut sempat bengong dan tak mempercayai omongan Gus Dur.
“Ndak Pak Luhut betul, ini kyai saya ada sembilan ada dari Lampung, dari, dari manalah gitu. Saya dapat bisikan kalau saya jadi presiden.” ujar Luhut menirukan omongan Gus Dur.
Dalam video tersebut Luhut tertawa kemudian disambut tawa dari khalayak ramai di situ.
“Ah udahlah, dalam hati suka-sukamu lah,” ujar Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut kemudian menyampaikan kalau ia tak mungkin batalkan jadi dubes.
Kemudian Luhut berangkat menjadi dubes pada bulan September.
“Loh kok nama Gus Dur sama Megawati udah mulai hitung-hitungan.”
“Loh kok Gus Dur namanya menang suara.