Wednesday, 23 October 2024
HomeBeritaHai Gaes! Saatnya Beli atau Jual Emas nih?

Hai Gaes! Saatnya Beli atau Jual Emas nih?

BOGORDAILY- Harga emas dunia kembali meroket untuk pertama kalinya sejak tahun 2012 pada Senin pekan ini (9/3/2020). Sayangnya, setelah mencapai level tertinggi harga emas justru melorot lagi hingga 1% ke US$ 1.657,36/troy ons, sebelum mengakhiri perdagangan Senin di level US$ 1.679,6/troy ons, menguat 0,34% di pasar spot, melansir data Refintiv.

Penurunan harga emas masih berlanjut pada Selasa kemarin (10/3/2020) pukul 13:50 WIB, di mana harga emas dunia justru melemah 1,06% di level US$ 1.661,4/troy ons.

Aksi jual di bursa saham menjadi pemicu penguatan tajam harga emas tersebut, sebelum terpangkas akibat aksi profit taking.

Kecemasan akan pelambatan ekonomi global akibat wabah virus corona terus memicu aksi jual di bursa saham global. Senin kemarin indeks Nikkei Jepang jeblok lebih dari 5%, Kospi Korea Selatan lebih dari 4% dan Shanghai Composite China lebih dari 3%.

Kemudian dari Eropa, DAX 30 Jerman, FTSE 100 Inggris dan CAC 40 Perancis, ambles lebih dari 7%. Sementara itu FTSE MIB Italia anjlok lebih dari 11%.

Sementara itu, bursa saham AS (Wall Street) lebih parah lagi, kiblat bursa saham dunia tersebut perdagangannya dihentikan hanya hitungan menit setelah dibuka pada Senin (9/3/2020).

Seperti dikutip dari Reuters, penghentian perdagangan dilakukan karena indeks karena S&P 500 turun 7% dan memicu penghentian otomatis perdagangan selama 15 menit. Ini merupakan penghentian perdagangan pertama sejak krisis 2008-2009.

Di akhir perdagangan, indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing merosot lebih dari 7%. Patut diingat penyebab utama anjloknya bursa saham global adalah wabah virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global. Emas yang merupakan aset aman (safe haven) akhirnya menjadi buruan pelaku pasar, dan harganya pun melesat naik.

Wabah virus corona yang berasal dari kota Wuhan China tersebut kini meluas ke berbagai negara. Di daerah asalnya, penyebaran virus corona mulai melambat, tetapi justru melonjak drastis di negara-negara lain.

Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini hingga Selasa kemarin, virus corona sudah menjangkiti lebih dari 100 negara, dengan jumlah kasus lebih dari 114.000 orang. Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 4.026 orang meninggal dunia.

Pertanyaannya, dengan tekanan corona ini, sampai kapan harga emas naik, lalu apa yang harus dilakukan investor?

Kondisi global saat ini membuat banyak analis memprediksi harga emas akan terus melaju naik di tahun ini. Analis dari bank investasi ternama, Goldman Sachs, memprediksi harga emas bisa menuju US$ 1.750/troy ons jika wabah virus corona terjadi hanya di kuartal I-2020. Tetapi jika wabah tersebut berlanjut hingga kuartal II-2020, Goldman memprediksi emas akan melesat ke US$ 1.850/troy ons.

Sementara itu dalam survei tahunan London Bullion Market Association (LBMA) yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.

James Stell, analis dari HSBC, yang disurvei LBMA memprediksi rata-rata harga emas berada di US$ 1.613/troy ons, dengan level terendah di US$ 1.475 dan tertinggi di US$ 1.705/troy ons.

Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut.

Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.

Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.

Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550/troy ons dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.

 

Harga Emas Antam

Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada perdagangan Selasa kemarin (10/3/2020) akhirnya turun 1,12% sebesar Rp 10.000 menjadi Rp 792.000/gram, dari hari sebelumnya, Senin, yang tembus rekor tertinggi Rp 802.000/gram.

Koreksi emas antam seiring dengan turunnya harga emas spot yang terkonsolidasi dari level US$ 1.700/troy ons karena investor menjual emas mereka untuk menutupi kerugian pada aset-aset saham setelah anjloknya pasar saham dan energi.

Harga emas dunia di pasar spot naik 0,1% menjadi US$ 1.675,40/troy ons, sedangkan emas berjangka AS naik 0,23% menjadi US$ 1.676,90/troy ons pada perdagangan Selasa kemarin, mengacu data Refinitiv.

Harga emas telah naik sebanyak 1,7% dalam sesi volatilitas yang tinggi Senin lalu, namun reli harga menyebabkan aksi ambil untung (taking profit) di logam mulia ini.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam, Selasa, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 79,3 juta dari harga Senin lalu Rp 80,2 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam kemarin ditetapkan pada Rp 767.000/gram, turun dari posisi kemarin Rp 776.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Beberapa faktor yang memengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri. (cnbc)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here