Oleh: Hj. Ade Yasin, SH, MH
(Bupati Bogor/Ketua Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor)
Badan Pangan Dunia (FAO) sudah mengingatkan bahwa pandemi corona telah melumpuhkan berbagai sektor perekonomian sehingga bisa memicu terjadinya krisis pangan di berbagai negara pada April-Mei ini. Artinya, pasar pangan dunia akan makin ketat. Karena itu, pemerintah harus betul-betul lihai mengatur pasokan dan distribusi pangan di dalam negeri.
Kendati demikian, Indonesia memang masih beruntung. Ini karena stok beras masih mencukupi. Suplai beras membanjir karena pada April ini sejumlah daerah sedang mengalami panen raya.
Sampai Agustus nanti, pemerintah memperkirakan ada tambahan produksi sekitar 19,8 juta ton beras. Pasokan beras akan cukup sampai akhir tahun 2020.
Pada Rabu 29 April 2020, kami juga mengecek kesiapan beras di Gudang Bulog, Dramaga, Kabupaten Bogor. Hasilnya, alhamdulilah pasokan beras khususnya untuk masyarakat Kabupaten Bogor tercukupi hingga beberapa bulan ke depan.
Kami juga memesan sebanyak 18.000 ton kepada Bulog untuk dibagikan sebagai bantuan sosial masyarakat terdampak pandemi virus corona (COVID-19).
Beras sebanyak 18.000 ton itu guna keperluan selama tiga bulan. Setiap bulannya sebanyak 6.000 ton dibagikan kepada 200.000 keluarga, dengan jatah masing-masing 30 kilogram beras.
Kami sengaja membagikan bansos ke masyarakat Kabupaten Bogor dalam bentuk beras. Ini tentu berbeda dengan bansos dari pemerintah pusat dan Pemprov Jawa Barat yang dalam bentuk uang tunai.
Kami tak berikan uang tunai karena yang masyarakat butuhkan ialah pangan atau beras. Sementara untuk uang tunai sudah dicover oleh pemerintah pusat dan Pemprov Jawa Barat.
Untuk mendistribusikan beras tersebut, kami meminta pengawalan petugas gabungan dari TNI-Polri. Beras sebanyak 18.000 ton untuk tiga bulan terhitung Mei, Juni dan Juli itu akan disalurkan ke 435 desa dan kelurahan.
Kami juga bersama pemerintah desa, Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas terus melakukan validasi atau koreksi data keluarga penerima manfaat non Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dianggap salah sasaran.
Namun, ditengah masa validasi ini, kami tetap akan menyalurkan bantuan beras ini kepada warga yang memang sudah tervalidasi oleh data sebelumnya.
Bila dikemudian hari terdapat masalah, kami membuka kotak pengaduan melalui nomor 112 atau bisa langsung ke RT, RW, Tim Satgas Siaga Corona (Sisca) tingkat desa, kecamatan hingga tingkat kabupaten.
Jadi silahkan masyarakat mengadu. Apabila nanti masih ada lagi rumah tangga miskin yang belum tersentuh bantuan sosial, Tim Gerak Cepat (Gercep) Kabupaten Bogor yang akan turun memberi bantuan beras.
Tim Gercep ini memang berfungsi sebagai “penyapu”. Mereka nanti akan keliling desa-desa dengan mobil ATM beras untuk mencari rumah tangga miskin yang belum tersentuh bantuan sosial.
Upaya memastikan bansos ini sampai ke yang berhak memang kami anggap sungguh mendesak. Pasalnya, kami juga tidak ingin apa yang terjadi pada warga Serang, Banten pada 20 April lalu juga terjadi di Kabupaten Bogor.
Gara-gara bansos yang terlambat, Yuli Nur Amelia, warga Serang Banten ini meninggal dunia, setelah dua hari menahan lapar. Dia bertahan dengan meminum air galon isi ulang. Keempat anak Yuli, salah satunya masih bayi, juga ditemukan kelaparan.
Suami Yuli, Mohamad Holik, yang hanya menjadi pemulung, tidak lagi memperoleh penghasilan karena kegiatan jual-beli barang rongsokan terhenti. Sejak pemberlakuan PSBB di daerahnya, Holik tidak bisa lagi memulung.
Untuk mencegah insiden tragis seperti Yuli, Pemerintah Kabupaten Bogor khususnya akan proaktif memperbarui data warga yang terkena dampak Covid-19. Sebab jika sudah terjadi, maka tak ada gunanya berdalih macam-macam, apalagi mencoba menghindar, karena hal itu justru akan mengundang antipati dan kecaman publik.
Kami semua di sini ada untuk masyarakat. Mudah-mudahan dengan penyaluran ini masyarakat akan merasa tenang selama PSBB berlangsung. Dan kami juga memohon maaf jika masih ada kekurangan. (*)