Monday, 29 April 2024
HomeKabupaten BogorSuami Meninggal, Ibu Ini Harus Urus 4 Anaknya yang Gila

Suami Meninggal, Ibu Ini Harus Urus 4 Anaknya yang Gila

BOGOR DAILY– Entah mimpi apa Mariam (65), warga Kampung Cisarua, Desa Banyusasih, Kecamatan Cigudeg.  Di usianya yang senja, Mariam justru harus mengurus anak-anaknya yang gila. Sejak suaminya Ruyani (68) meninggal dunia sebulan lalu, Mariam terpaksa berjuang sendirian membesarkan kelima anaknya. Sedangkan putra sulungnya, Opik (29) yang seharusnya bisa jadi tulang punggung keluarga, justru jadi beban Mariam. Sebab sejak usia tujuh tahun Opik sudah men­galami gangguan jiwa.

Tak cuma Opik, bahkan adik-adiknya, Maryati, Mas’ud (11) dan Amdan (10) juga men­galami hal serupa. Keempat anaknya telah dinyatakan seb­agai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) alias gila. Hanya Kosasih (9), anak bungsunya yang tumbuh normal.

Kondisi ini makin mempri­hatinkan ketika melihat eko­nomi Mariam yang murat-marit. Sehari-harinya ia menjadi buruh tani di sawah. Ia juga sering kerja serabutan demi menambah uang untuk biaya sehari-harinya.

Di rumahnya yang sepetak di RT 01/02, kehidupan Mariam amat sederhana. Sebelum berangkat ke sawah, ia harus lebih dulu mengurus empat anaknya yang gila. Termasuk memandikannya satu per satu dan memberi makan keempatnya sebelum diting­gal bekerja seharian. “Ya su­dah jalannya begini. Dijalani saja. Tiap pagi selalu saya mandikan semua sebelum ke sawah,” tutur Mariam.

Di tengah kerja kerasnya, kadang ada keinginan agar keajaiban datang pada keluar­ganya. Ia pun mendambakan memiliki keluarga sempurna. Namun takdir tak dapat dito­lak. “Pengin mah atuh pengin anak saya bisa normal kayak orang-orang. Apalagi saya sudah tua begini,” keluhnya.

Di rumahnya, Mariam pun menceritakan awal mula anak-anaknya menjadi gila. Ia pun tak tahu persis mengapa ke­empat anaknya bisa menjadi gila. Saat hamil anak pertama, ia tidak merasakan kejangga­lan apa pun. Begitu pula saat putranya lahir. Hingga di usia tujuh tahun, putra sulungnya menunjukkan perilaku aneh. “Dia suka cengar-cengir send­iri terus ya begini ini sehari-hari,” tutur Mariam.

Tak cuma Opik, anak perem­puannya, Maryati, juga sama-sama punya gangguan jiwa saat umur lima tahun. Hingga cobaan tak putus sampai lahir anak ketiga, Mas’ud (11) dan ke­empat Amdan (10). “Cuma anak saya yang bungsu yang normal,” tuturnya.

Sementara Ketua RT 01 Hasni mengakui bahwa anak pasangan Mariam dengan almarhum Ruyani sudah sejak lama mengalami gangguan ji­wa. Ia menduga bahwa penya­kit itu merupakan keturunan. Aparatur wilayah sudah penah membawanya ke puskesmas namun tidak ada perubahan.

“Saya prihatin melihatnya, saya juga bingung itu penyakit tu­runan atau memang benar itu mengidap kelainan jiwa. Kita ha­rap dinas kesehatan membantu keempat anak Mariam hingga sembuh kembali,” harapnya.

Menanggapi hal tersebut, Ca­mat Cigudeg Acep Sajidin menu­turkan, pihak kecamatan bersa­ma puskemas sudah mendatangi keluarga Mariam. Namun karena belum memiliki KTP-el, maka tidak bisa dibuatkan kartu BPJS. “Kita urus dulu BPJS-nya, setelah itu baru dibawa ke RS Marzuki Mahdi,” katanya.

Acep menjelaskan, kasus yang terjadi pada keluarga Mariam merupakan penyakit turunan yang memang sering terjadi. Sebelumnya ada dua warga Desa Argapura yang menderita ODGJ dan satu lagi warga Desa Bunar. “Semuanya sudah diba­wa ke rumah sakit dan sembuh, namun tidak lama kemudian kembali sakit,” pungkasnya.