BOGOR DAILY– Entah mimpi apa Mariam (65), warga Kampung Cisarua, Desa Banyusasih, Kecamatan Cigudeg. Di usianya yang senja, Mariam justru harus mengurus anak-anaknya yang gila. Sejak suaminya Ruyani (68) meninggal dunia sebulan lalu, Mariam terpaksa berjuang sendirian membesarkan kelima anaknya. Sedangkan putra sulungnya, Opik (29) yang seharusnya bisa jadi tulang punggung keluarga, justru jadi beban Mariam. Sebab sejak usia tujuh tahun Opik sudah mengalami gangguan jiwa.
Tak cuma Opik, bahkan adik-adiknya, Maryati, Mas’ud (11) dan Amdan (10) juga mengalami hal serupa. Keempat anaknya telah dinyatakan sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) alias gila. Hanya Kosasih (9), anak bungsunya yang tumbuh normal.
Kondisi ini makin memprihatinkan ketika melihat ekonomi Mariam yang murat-marit. Sehari-harinya ia menjadi buruh tani di sawah. Ia juga sering kerja serabutan demi menambah uang untuk biaya sehari-harinya.
Di rumahnya yang sepetak di RT 01/02, kehidupan Mariam amat sederhana. Sebelum berangkat ke sawah, ia harus lebih dulu mengurus empat anaknya yang gila. Termasuk memandikannya satu per satu dan memberi makan keempatnya sebelum ditinggal bekerja seharian. “Ya sudah jalannya begini. Dijalani saja. Tiap pagi selalu saya mandikan semua sebelum ke sawah,” tutur Mariam.
Di tengah kerja kerasnya, kadang ada keinginan agar keajaiban datang pada keluarganya. Ia pun mendambakan memiliki keluarga sempurna. Namun takdir tak dapat ditolak. “Pengin mah atuh pengin anak saya bisa normal kayak orang-orang. Apalagi saya sudah tua begini,” keluhnya.
Di rumahnya, Mariam pun menceritakan awal mula anak-anaknya menjadi gila. Ia pun tak tahu persis mengapa keempat anaknya bisa menjadi gila. Saat hamil anak pertama, ia tidak merasakan kejanggalan apa pun. Begitu pula saat putranya lahir. Hingga di usia tujuh tahun, putra sulungnya menunjukkan perilaku aneh. “Dia suka cengar-cengir sendiri terus ya begini ini sehari-hari,” tutur Mariam.
Tak cuma Opik, anak perempuannya, Maryati, juga sama-sama punya gangguan jiwa saat umur lima tahun. Hingga cobaan tak putus sampai lahir anak ketiga, Mas’ud (11) dan keempat Amdan (10). “Cuma anak saya yang bungsu yang normal,” tuturnya.
Sementara Ketua RT 01 Hasni mengakui bahwa anak pasangan Mariam dengan almarhum Ruyani sudah sejak lama mengalami gangguan jiwa. Ia menduga bahwa penyakit itu merupakan keturunan. Aparatur wilayah sudah penah membawanya ke puskesmas namun tidak ada perubahan.
“Saya prihatin melihatnya, saya juga bingung itu penyakit turunan atau memang benar itu mengidap kelainan jiwa. Kita harap dinas kesehatan membantu keempat anak Mariam hingga sembuh kembali,” harapnya.
Menanggapi hal tersebut, Camat Cigudeg Acep Sajidin menuturkan, pihak kecamatan bersama puskemas sudah mendatangi keluarga Mariam. Namun karena belum memiliki KTP-el, maka tidak bisa dibuatkan kartu BPJS. “Kita urus dulu BPJS-nya, setelah itu baru dibawa ke RS Marzuki Mahdi,” katanya.
Acep menjelaskan, kasus yang terjadi pada keluarga Mariam merupakan penyakit turunan yang memang sering terjadi. Sebelumnya ada dua warga Desa Argapura yang menderita ODGJ dan satu lagi warga Desa Bunar. “Semuanya sudah dibawa ke rumah sakit dan sembuh, namun tidak lama kemudian kembali sakit,” pungkasnya.