Monday, 6 May 2024
HomeKabupaten BogorBesok Digusur, Lahan Relokasi PKL Puncak Belum Siap

Besok Digusur, Lahan Relokasi PKL Puncak Belum Siap

BOGOR DAILYRencana pembongkaran kios pedagang Puncak tinggal menghitung hari. Selasa (5/8), kios-kios milik Pedagang Kaki Lima (PKL) bakal diratakan. Namun lahan relokasi yang dijanjikan pemerintah daerah (pemda) justru tidak ada sampai H-2 penggusuran.

Mulanya pemerintah menjanjikan tiga alternatif tempat relokasi untuk menampung PKL Puncak. Di antaranya tersebar di Taman Wisata Matahari (TWM), The Ranch dan seluruh hotel yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Namun sampai mendekati hari penggusuran, seluruh lahan yang dijanjikan belum siap dihuni pedagang.

Pantauan Metropolitan, dari ketiga lokasi belum terlihat adanya bangunan khusus yang dibuat untuk menampung PKL. Hanya lahan kosong yang dimanfaatkan sebagai tempat parkir di lokasi The Ranch dan TWM. “Masih disiapkan dulu,” kata Tim Koordinator PKL Puncak Bayu Rahmawanto.

Menurut Camat Cisarua ini, terdekat para PKL akan dimasukkan terlebih dahulu ke hotel-hotel yang tergabung dalam PHRI. Namun, itu pun sedang dilakukan penghitungan kapasitas bagi para PKL. Sebab, PHRI hanya menampung PKL komoditas oleh-oleh, buah-buahan dan suvenir. “PHRI juga ada satgasnya kan. Senin (hari ini, red) ada rapat lagi, keputusan akhirnya bagaimana,” ujarnya.

Sementara dua hari jelang pembongkaran, para pedagang oleh-oleh dan buah di wilayah Cibeureum dan Cisarua juga masih bertahan dengan bangunannya. Mereka masih berderet di jalur yang akan dilebarkan bulan ini.

Belum adanya kepastian berapa meter pembangunan jalan akan dilebarkan menyebabkan PKL enggan membongkar lapaknya. Ada juga yang merasa masih ingin mencari penghasilan sehingga memaksa tetap berjualan. “Kita belum mau bongkar, sekarang (kemarin, red) kan weekend, sayang kalau tidak berjualan. Nanti saja pas hari H,” kata seorang pedagang di Cisarua, Dedi.

Namun hal berbeda disampaikan PKL Gadog, Samsul. Menurutnya, ia masih bingung dengan rencana pelebaran jalan yang dilakukan pemerintah. Sebab, dirinya masih beranggapan bahwa lapaknya masih bisa dimanfaatkan untuk berjualan tanpa harus dibongkar secara keseluruhan. “Kalau dilebarin 2 meter, dari jalan yang ada sekarang ditambah trotoar berarti tempat saya masih bisa buka dong. Cuma kena terpalnya saja dan bisa dimundurin. Paling tadinya panjang 2×3 meter jadi 1×3 meter. Di belakang trotoar juga kan berdirinya nanti,” kata dia.

Menurut lelaki yang mengaku sudah berjualan kelontong selama 20 tahun ini, ia pun tak keberatan jika lapaknya harus menjadi kecil. Terpenting, ia dapat berjualan di tempat yang sama atau dekat dengan rumahnya. “Kalau tidak bertahan mau gimana, makan sama apa. Makanya mau tidak mau harus diterusin apapun itu resikonya, ya bagaimana lagi. Lagian lapak saya bukan di Damija,” ucapnya.

Walaupun begitu dirinya tetap membongkar sendiri lapak yang berada di lahan milik SDN Gadog. Alasannya, agar persoalan ini tak membuat ia pusing di kemudian hari. “Dari pada ribet, kita ga mau risi. Sudah dua kali surat masuk ke kita, dari awal Agustus,” tutupnya.

Hal serupa terjadi di lahan relokasi sementara yang berada persis di depan Venue Paralayang. Hingga saat ini, lahan yang masih diisi 51 bangunan liar (bangli) belum dikosongkan oleh warga. Satpol PP Kabupaten Bogor pun baru melayangkan surat peringatan (SP) pertama kepada bangli tersebut. “Pembongkarannya baru rumahnya aja, kalau warung mah belum. Soalnya disinikan banyaknya rumah,” kata Sri, warga yang ditemui di lokasi.

Di lokasi sendiri, aktifitas warga masih berjalan seperti biasa. Belum ada bangunan yang terlihat sudah dibongkar oleh yang menempatinya. Hanya, beberapa warung yang berada persis di pinggir jalan sudah diberi tanda dengan nomor berwarna merah. “Kalau ngebongkar belum ada. Kan nanti disini mah, yang mau dibongkar mah dibawah dulu,” ucap perempuan yang mengaku asli Cisarua ini.

Menurutnya, dari informasi yang didapatnya ada beberapa penghuni rumah yang sudah merelakan bangunannya. Namun, mereka pun masih menunggu sebelum pembongkaran akan dilakukan. “Nanti setelah mau dibongkar saja (keluarnya). Kalau yang masih pengen bertahan kurang tau juga ya, mungkin ada, karena belum ada tempat baru,” ujarnya.