Friday, 19 April 2024
HomeBeritaReferendum Catalonia Bentrok, Barcelona Tinggalkan Spanyol?

Referendum Catalonia Bentrok, Barcelona Tinggalkan Spanyol?

BOGOR DAILY- Pemungutan suara telah dimulai di wilayah Catalonia dalam referendum kemerdekaan yang dilarang oleh pemerintah Spanyol dan pengadilan konstitusi.

Pejabat pemerintah Catalan mengatakan kotak suara sudah disiapkan dan diperkirakan akan melibatkan jumlah pemilih yang besar.

Namun Kementerian dalam negeri Spanyol mengatakan petugas kepolisian mulai mengambil surat suara dan kotak ketika jajak pendapat dibuka.

Madrid telah berjanji untuk menghentikan pemungutan suara yang dinyatakan ilegal oleh pengadilan.

Pada Minggu (1/10/2017) dini hari, puluhan kendaraan polisi Spanyol meninggalkan markas mereka di pelabuhan ibu kota Katalonia, , untuk menindaklanjuti keputusan Madrid.

Laporan terbaru menyebutkan polisi anti huru hara berupaya mendorong calon pemilih keluar dari tempat pemungutan suara di kota tersebut saat pemungutan suara dimulai di lokasi lain.

Ribuan orang pendukung gerakan pemisahan diri telah menduduki sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai pusat pemungutan suara.

Banyak di antara mereka adalah orang tua dan anak-anak. Mereka berada di gedung-gedung itu setelah pelajaran berakhir pada Jumat waktu setempat dan tidur di kantong tidur yang digelar di ruangan olah raga.

Polisi bersikeras bahwa tempat pemungutan suara tidak akan diizinkan dibuka, dan bahwa orang-orang di dalamnya akan diusir sebagaimana dikutip BBC.com, Minggu (1/10/2017).

Di beberapa daerah, petani menempatkan traktor di jalan dan di depan pintu untuk mengamankan pemungutan suara sebagaimana dilaporkan Spanyol. Sedangkan gerbang sekolah ditutup untuk menghalangi aparat.

Surat suara hanya berisi satu pertanyaan: “Apakah Anda ingin Catalonia menjadi negara merdeka dalam bentuk republik?” Ada dua kotak: Ya atau Tidak.

Menjelang pembukaan, pemerintah Katalan mengatakan bahwa para pemilih dapat menggunakan tempat pemungutan suara di manapun jika tempat pemungutan suara mereka ditutup.

Tekanan untuk melakukan penentuan nasib sendiri meningkat selama lima tahun terakhir. Pada pemilihan regional 2015, yang dimenangkan oleh sebuah aliansi partai pro-kemerdekaan, sekitar 40% pemilih masih mendukung partai-partai yang loyal kepada Spanyol.

Polisi memaksa masuk ke tempat-tempat pemungutan suara untuk membatalkan . Bentrokan antara Polisi dan warga pun tak terhindarkan.

Dilansir Reuters, Senin (2/10/2017), Polisi anti huru-hara secara paksa meminta para pemilih untuk pergi dari tempat pemilihan. Termasuk di antaranya wanita dan orang tua.

Pejabat setempat menyatakan lebih dari 460 orang terluka diakibatkan kekerasan pihak Kepolisian. Dari pihak Polisi sendiri dilaporkan ada 12 orang yang mengalami luka-luka.  Perwakilan pemerintah pusat untuk Catalonia, Enric Millo, dalam sebuah konferensi pers menyatakan apa yang dilakukan Polisi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.

“Kami telah dibuat untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kami lakukan,” ujar Millo.