BOGOR DAILY-Meninggalnya pasien obesitas warga Karawang dengan berat badan 310 kilogram, Yudi Hermanto (33) harusnya menjadi warning bagi kita semua bahwa kelebihan berat badan tidak bisa dianggap remeh.
Apalagi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat terdapat 33.510 penduduk kota ini mengalami obesitas. Dari jumlah itu, 24.008 adalah perempuan, sedangkan sisanya 9.502 orang adalah laki-laki.
Sekarang sangat mudah menemukan orang dengan kelebihan berat badan. Bisa di mal, pasar, kantor, sampai sekolah. Laki-laki, perempuan, dewasa, anak-anak, kelompok berada hingga pra sejahtera. Ambil contoh pemandangan di restoran cepat saji Jalan Juanda, Bogor.
Dari hasil penelusuran, saat masuk ke tempat makan itu kemarin siang, ada sekitar 18 pembeli yang antre dan makan. Baru satu jam makan disana, ada 26 orang yang keluar masuk. Sebagian yang datang adalah remaja dan orang dewasa. Diantara jumlah itu, yang bertubuh gempal dan melar sebanyak enam orang.
Menurut Kepala seksi P2PTM, Kesjiwa dan Kesehatan Olahraga Dinkes Kota Bogor, dr Firy Triyanti selain pola hidup tidak sehat, pola makan sangat berpengaruh terhadap kegemukan.
Berdasarkan data yang dimilikanya, dari 361.861 orang yang memeriksakan kesehatannya di seluruh puskesmas Kota Bogor, 10 persen atau33.510 orang terkena obesitas.
“Trennya hampir sama dari tiga tahun kebelakang, yakni penderita obesitas meningkat sebesar 4 persen” ujarnya.
Warga yang terkena obesitas karena indeks masa tubuh (IMT) mereka lebih besar dari angka 25. Sedangkan baiknya IMT orang itu, harus dibawah angka 23. Dia menjelaskan bahwa obesitas adalah faktor risiko untuk terjadinya penyakit tidak menular. “Kalau sudah terjadi penyakit tidak menular, itu mengakibatkan kematian,” tegas Firy.
Dengan obesitas, berarti lemak di dalam darah tinggi, yang lama kelamaan akan mengakibatkan terjadinya penyumbatan di pembuluh jantung. Kemudian bisa berlanjut menjadi gagal jantung ataupun stroke.
Dia mengimbuh ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit tidak menular. Seperti merokok, diet tidak seimbang, kurang aktivitas fisik atau berolahraga, konsumsi alkohol dan juga stres.
Jika sudah demikian, maka akan berdampak pada kondisi fisiologis, berupa hipertensi, hiperglikemia atau ketinggian kada gula darah “Fase akhir dari kondisi tersebut yang jelek berkepanjangan jika tidak diobati akan menjadi penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal, paru kronis, kanker dan psikosis,” bebernya.
Apalagi, di Indonesia menurut sample registration sistem (srs) tahun 2014 membeberkan data penyebab kematian utama disebabkan oleh penyakit stroke (21,1 persen), jantung koroner (12,9 persen), diabetes melitus dengan komplikasi (6,7 persen.
Kalau menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit tidak menular di Kota Bogor adalah penyakit jantung koroner (2,2 persen), stroke (1,5 persen) dan diabetes melitus (2,1 persen). “Jadi kelebihan berat badan jangan dianggap sebagai hal yang biasa dan dibiarkan berlarut-larut karena bisa menyebabkan timbul penyakit tidak menular yang fatalnya menyebabkan kematian,” tutup Firy.
Sumber: Radar Bogor