Tuesday, 18 June 2024
HomeNasionalPerlunya Moderasi Islam di Indonesia

Perlunya Moderasi Islam di Indonesia

Bogor Daily – Selama 4 hari, sejak 26 – 29 Juli 2018, Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) menggelar konferensi di Nusa Tenggara Barat. Konferensi mengambil tema ‘Moderasi Islam dalam Perspektif Ahlussunnah Wal Jama’ah’. Konferensi menghasilkan sembilan kesepakatan, salah satunya melawan sektarianisme, rasisme dan diskriminasi.

Selama hampir 15 menit Pria kelahiran Pancor, Selong, 31 Mei 1972 itu memaparkan pentingnya moderasi Islam di Indonesia. Karena sudah terbukti ketika di suatu negara tidak ada moderasi islam, maka lambat laun negara itu akan melemah. “Bahkan ekstremnya pecah dan hancur. Di Suriah seperti itu, di Irak, Afghanistan juga,” kata TGB

Arab Saudi akhir-akhir ini mulai menyadari perlunya moderasi Islam. Kini perlahan-lahan negara itu mulai mengubah pandangan keagamaannya. Berikut petikan lengkap wawancara khusus dengan TGB tentang moderasi Islam di Indonesia.

Apa pentingnya menggelar konferensi alumni Al Azhar untuk Indonesia?
Cara kita beragama itu menentukan bukan hanya kita secara pribadi, tapi juga menentukan bagaimana kita berbangsa. Oleh karena itu pemahaman keagamaan itu penting, pemahaman keagamaan itu menentukan bagaimana kita berindonesia.
Kalau pemahaman keagamaan kita itu sempit, satu sisi kita mengambil sudut pemahaman agama yang tidak Wasathiyyah, tidak moderat, dan itu ada, di beberapa negara Arab ada, paham-paham seperti itu. Kalau kita mengambil sudut pandang seperti itu, itu pasti akan berkonsekuensi terhadap bagaimana kita berindonesia. Kita di Indonesia ini sangat heterogen, jadi membangun hubungan sosial yang baik itu salah satu yang menentukan dan determinan adalah bagaimana kita memahami agama. Itu sebabnya sejak tahun kemarin, kita melaksanakan konferensi untuk meneguhkan karena sudah ada itu semua di Indonesia. Meneguhkan Wasathiyyah Islam atau moderasi Islam

Atas alasan itu Anda sering mengkampanyekan Islam yang moderat, Islam yang rahmatan lilalamin…
Setiap yang belajar di Al-Azhar pasti mendapatkan pendidikan tentang moderasi Islam. Ketika pulang dari Al-Azhar ya itu yang sering saya suarakan. Kenapa saya suarakan lebih kencang lagi? Karena menurut saya kebutuhan kita di Indonesia terhadap itu semakin penting, semakim terasa, urgensinya itu makin terasa. Kenapa urgensi ini semakin terlihat? Karena terbukti ketika pandangan-pandangan yang tidak sesuai moderasi Islam itu tumbuh di suatu negara maka negara itu lambat laun menjadi lemah. Bahkan ekstremnya pecah dan hancur. Di Syria seperti itu. Di Irak juga seperti itu, di Afghanistan juga, Arab Saudi kita tahu akhir-akhir ini kemudian mereka segera berusaha untuk mengubah pandangan keagamaan. Karena mereka sadar kalau pandangan yang jauh dari moderasi Islam itu tetap kuat di Arab Saudi, bisa-bisa Wassalam juga negara itu. Jadi menurut saya kepentingan kita di Indonesia, kepentingan bangsa, jauh ke depan harus lebih dikokohkan moderasi islam.

Selain alumni Al Azhar, ada tokoh lain yang diundang?
Narasumber kita sangat beragam, kalau tadi misalnya ada Prof Dr Yudi Latif, Prof Dr Amin Abdullah, Bapak KH Afifuddin Muhajir itu mewakili tiga spektrum pemikiran yang berbeda tapi saling melengkapi. Pak Yudi bicara tentang keutuhan pemahaman Pancasila bersama dengan Islam. Kemudian pak Prof Amin Abdullah bicara tentang konsep moderasi Islam dalam politik, kemudian Kiai Afifuddin bicara tentang konsep moderasi Islam dalam hukum. Jadi ini ketiganya komplementatif. Sebelumnya itu para ulama dari beberapa negara. Kita mengundang dari banyak, ada dari Mufti Ukraina, Mufti Australia, ada dari banyak negara.

Kenapa tokoh-tokoh seperti Aa Gym, Abdul Somad, Arifin Ilham tak ikut serta?
Kalau ustaz Somad itu bagian dari kita karena alumni Al-Azhar. Ustad Arifin Ilham saya pikir sama, pandangan kita sama. Aa Gym juga saya pikir sama. Tapi memang konferensi seperti ini kan lebih kepada aspek intelektualnya, akademiknya, aspek pematangan teorinya dan implementasinya.jadi ada makalah-makalahnya, kita memang mengundang para akademisi yang sudah diakui.

Selain karena Anda alumnus Al-Azhar, ada alasan kenapa konferensi ini digelar di NTB, bukan daerah lain?
Saya ingin NTB dikenal sebagai tempat nilai-nilai moderasi itu teramalkan dengan baik dan bisa disebarkan.