BOGORDAILY – Dua harimau sumatera betina menjadi korban tiga pemburu dan penjual organ satwa liar di Kabupaten Pelalawan, Riau. Salah satunya harimau betina dewasa yang tengah mengandung empat janin.
Sengatan jerat tersangka inisial Y membuat harimau sumatera itu tumbang seketika. Dia pun dengan cepat mengeksekusi satwa dilindungi negara itu untuk dikuliti dan diambil tulangnya.
Empat janin yang sedianya menjadi penambah populasi satwa terancam punah itu otomatis menjadi korban keganasan tersangka. Empat janin itu dimasukkan ke dalam wadah agar tidak rusak.
Menurut Kepala Balai Gakkum KLHK Wilayah Sumatera Eduard Hutapea, perburuan induk harimau ini dilakukan tersangka pada Mei lalu. Lokasinya di sebuah hutan di Pelalawan yang masih didiami harimau.
“Harinya dia sudah lupa, kulit induk harimau ini sudah dijual tapi akhirnya bermasalah dengan pembeli. Uangnya belum diterima,” terang pria disapa Edo ini, Selasa (10/12).
Awalnya, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) mengira kulit yang disita tersangka Y merupakan induk dari empat janin yang disimpan. Ternyata itu harimau lain hasil jeratan Y beberapa bulan berikutnya.
Menurut Edo, harimau sumatera ini berjenis kelamin betina juga. Diperkirakan korban tersangka ini masih muda melihat dari ukuran kulit yang disita petugas.
“Ini belum terjual masih dicari pembelinya oleh tersangka SS. Sedangkan TS itu perannya memberi uang atau modal ke Y,” terang Edo.
Pengakuan tersangka, empat janin harimau sumatera disimpan murni untuk tujuan ekonomis dengan harapan suatu hari ada yang minat membeli.
“Tidak ada tujuan lain katanya, dia berpikir nanti ada yang minat setelah pelaku lain mencari pembeli,” ungkap Edo.
Bermalam di Hutan
Dalam kasus ini, tersangka Y mengetahui seluk-beluk hutan tempat berburu dan mengetahui lokasi serta waktu harimau sumatera melintas. Tak jarang, Y sampai bermalam di hutan mencari buruan.
Berangkat dari rumahnya yang tak jauh dari hutan, Y membawa perangkat jerat seperti kawat baja, genset dan travo. Rangkaian jerat tadi lalu dialiri listrik dan Y memantau dari jarak dekat.
“Jadi jerat ini bertegangan tinggi karena dikasih travo juga, dia jaga gensetnya,” kata Edo.
Lokasi perburuan Y juga berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dia mengintai jam-jam harimau keluar mencari makan antara pukul 17.00 hingga pukul 20.00 WIB.
“Namun tidak setiap hari dilakukannya karena dia tahu kapan harimau melintas,” sebut Edo.
Pengakuan Y dan dua rekannya, perburuan baru dilakukan pada tahun ini. Dia memanfaatkan konflik harimau sumatera dengan manusia di daerahnya dan mengamati jalur perlintasannya.
“Katanya baru dua kali berhasil menjerat harimau tapi ini masih didalami, bisa saja lebih,” Edo menegaskan.