Thursday, 25 April 2024
HomeBeritaPemain Bali United Ini Korban Perang Timur-Tengah dari Etnis Kurdi

Pemain Bali United Ini Korban Perang Timur-Tengah dari Etnis Kurdi

BOGORDAILY – Pemain  Brwa Nouri punya perjuangan panjang untuk bisa menjadi pesepakbola. Masa kecil Brwa Nouri dilalui dengan berpindah-pindah negara akibat perang di Timur Tengah.

Kedua orang tuanya berasal dari etnis Kurdi yang menetap di Irak. Etnis ini tak hanya berada di Irak, tapi juga di Iran, Suriah, hingga Turki.

Namun hampir semua negara itu tak mengakui keberadaan mereka. Imbasnya, orang-orang Kurdi kerap mendapat penindasan.

Salah satunya di Irak yang pernah membantai etnis Kurdi pada periode 1986-1989. Dilaporkan sebanyak 50 ribu hingga 180 ribu orang tewas dalam genosida yang dikenal dengan operasi anfal.

Genosida itu adalah bagian dari perang Iran-Irak yang pecah pada periode 1980-an. Sebanyak 200 ribu populasi Kurdi di Irak pun mengungsi ke negara lain.

Salah satunya keluarga Nouri yang terpaksa meninggalkan Irak. Nouri pun lahir pada 1987 ketika keluarganya menetap sementara di Iran.

“Saya lahir di Iran karena terjadi perang di Irak. Saat itu Saddam Hussein mengebom dan menghancurkan kota beserta orang-orangnya,” buka cerita Nouri di Youtube .

“Kami juga mengungsi ke Suriah, Yordania, Yunani, Turki, lalu ke Swedia. Jadi, sebenarnya saya tak begitu ingat dengan kehidupan masa muda saya,” ujarnya.

Nouri baru memahami kesulitan yang dialami keluarganya seiring usianya yang semakin bertambah dewasa. Ia sangat mengapresiasi kedua orang tuanya yang memperjuangkan kebebasan keluarga dengan cara mengungsi.

Pada akhirnya mereka menetap di Swedia dan mendapat kehidupan nyaman di sana. Bisa dibilang Swedia adalah negara yang sangat terbuka dengan kedatangan korban-korban perang.

Catatan statistikdatabasen ada 2,6 juta imigram yang datang ke negara ini. Dengan jumlah terbanyaknya berasal dari Suriah (191 ribu) dengan Iraq di tempat kedua (146 ribu).

Nouri pun memulai perjuangannya menjadi pesepakbola di negerinya Zlatan Ibrahimovic itu. Ia dilaporkan sudah menapaki kariernya di sana sejak usia 13 tahun.

Klub pertamanya adalah Vasalunds IF yang jadi tempatnya belajar teknik-teknik dasar sepakbola. Lalu gabung ke AIK Fotboll dan mendapat kontrak profesional pertamanya pada 2004.

“Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan hidup di Swedia. Itu negara yang sangat bagus dan memberikan saya banyak kesempatan,” tuturnya.

“Ada banyak orang (Kurdi) lain yang tak mendapatkan kesempatan seperti saya. Jadi saya sangat bersyukur,” ucapnya.

Dengan latar belakangnya yang begitu kompleks, ia mengaku bingung dengan identitasnya. Orang selalu menganggapnya sebagai imigran dimanapun ia berada, baik itu di Swedia, maupun di Kurdistan yang merupakan daerah otonomi etnis Kurdi di Irak.

Meski tak punya kenangan indah dengan negara asalnya, Nouri tetap menganggap dirinya sebagai orang Irak. Ia tetap bangga dengan identitasnya sebagai orang dari etnis Kurdi.

“Saya merasa orang pribumi dari Irak karena saya adalah orang Kurdi. Meski Kurdi juga ada di Iran, Irak, Suriah, dan Turki,” katanya.

“Saya tak bicara dengan Bahasa Arab, tapi Bahasa Kurdi ketika di rumah. Ayah dan ibu bisa bicara Arab dan Persia juga, tetapi saya tidak.”

“Karena hal itu saya dianggap imigran ketika pulang ke Kurdistan. Ketika saya kembali ke Swedia, mereka juga melihat saya sebagai imigran,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, karier Nouri mulai menjanjikan kala bermain untuk Ostersund. Di sana ia mulai bergabung sejak 2013 hingga 2018.

Di klub itu pula Nouri merasakan bermain di ajang Liga Europa dan tampil melawan klub-klub sekelas Galatasaray hingga Arsenal.

Timnas Irak melihat potensi itu. Mereka pun memanggilnya pada 2016 untuk ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018.

Sebagai orang Kurdi, ini merupakan kesempatan langka. Ia pun begitu bahagia dengan pemanggilan ini.

“Saat pertama gabung, ada banyak sekali perbedaan, mulai dari bahasa dan hal-hal lainnya. Dan kebanyakan mereka juga tak begitu bagus bicara Inggris,” ucapnya.

“Tapi buat saya, tak ada masalah dengan perbedaan. Saya sudah terbiasa dengan hal itu,” ujarnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here