Tuesday, 7 May 2024
HomeBeritaBI Prediksi Inflasi Ramadan Tahun ini Lebih Rendah Dari Biasanya Karena Imbas...

BI Prediksi Inflasi Ramadan Tahun ini Lebih Rendah Dari Biasanya Karena Imbas Corona

BOGORDAILY – Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan inflasi di bulan April sebesar 0,08 persen (mtm), atau 2,67 persen (yoy). (BI) menilai faktor pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pembatasan mobilitas manusia berpengaruh terhadap rendahnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa.

Gubernur (BI), Perry Warjiyo, mengatakan hal tersebut juga yang mendasari inflasi pada Ramadan kali ini akan lebih rendah dari rata-rata historisnya.

“Kalau rata-rata historisnya bisa 0,6 sampai 0,9, ini akan jauh lebih rendah,” bebernya dalam media briefing, Rabu (6/5).

Menurutnya, jika permintaan akan barang dan jasa rendah, maka tekanan inflasinya juga akan lebih rendah. “Karena penanganan dari covid-19 itu mempengaruhi mobilitas manusia, mempengaruhi juga permintaan barang dan jasa,” kata Perry.

Oleh karenanya, lanjut Perry, ini juga mendasari perkirakan inflasi tahun ini akan rendah dan terkendali, dalam sasaran 3 persen ± 1 persen.

BI Sebut Stimulus Pemerintah Bantu Tahan Koreksi Pertumbuhan Triwulan II Lebih Dalam

stimulus pemerintah bantu tahan koreksi pertumbuhan triwulan ii lebih dalam

(BI) melaporkan pada triwulan I 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 2,97 persen (yoy). Melambat dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 4,97 persen (yoy).

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 2,97 persen (yoy) pada triwulan I 2020,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi , Onny Widjanarko dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Jakarta, Rabu (6/5).

Onny menyebut pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan penyebaran Covid-19. Terutama pada penurunan permintaan domestik, di tengah kinerja positif sektor eksternal.

Dari sisi pengeluaran,konsumsi rumah tangga tercatat 2,84 persen (yoy). Jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada triwulan IV 2019 sebesar 4,97 persen (yoy).

Investasi juga tumbuh melambat sebesar 1,7 persen (yoy). Terutama dipengaruhi oleh melambatnya investasi bangunan.

Respons stimulus pemerintah melalui konsumsi pemerintah yang tumbuh 3,74 persen (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik lebih dalam. Selain itu, ekspor neto berkontribusi positif dipengaruhi ekspor yang tumbuh 0,24 persen (yoy) dan impor yang mencatat kontraksi 2,19 persen (yoy).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here