Wednesday, 1 May 2024
HomeBeritaMei-Juni-Juli: Target-target Jokowi Menuntaskan Corona di RI

Mei-Juni-Juli: Target-target Jokowi Menuntaskan Corona di RI

BOGORDAILY – Target mengenai penanganan kasus virus Corona (COVID-19) di Indonesia kembali disampaikan Presiden Joko Widodo ().  ingin kurva Corona melandai di bulan Mei ini.

“Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai sesuai dengan target yang kita berikan, yaitu kurvanya sudah harus turun. Dan masuk pada posisi sedang di Juni, di bulan Juli harus masuk posisi ringan. Dengan cara apa pun,” kata saat membuka rapat kabinet paripurna seperti disiarkan akun YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (6/5/2020).

ingin semua pihak terlibat dalam penanganan Corona ini mulai dari pemerintah, masyarakat hingga sektor swasta. Menurut , salah salah satu kunci keberhasilan penanganan Corona adalah soliditas antar semua anak bangsa.

“Itu dilakukan tidak hanya oleh Gugus Tugas tapi juga melibatkan seluruh elemen bangsa. Jajaran pemerintahan, organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan, relawan, parpol, dan sektor swasta. Ini yang harus betul-betul didirigeni dan diorkestrasi dengan baik,” ujar dia.

“Saya yakin jika kita bersatu, jika kita disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, semua rencana yang sudah kita siapkan yang lalu bisa mengatasi COVID secepat-cepatnya,” sambung .

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lantas mengingatkan bahwa mereka yang keluar sebagai pemenang adalah negara yang berhasil mengatasi virus Corona. Untuk itu, dia meminta seluruh jajarannya mengerahkan semua kekuatan untuk mengendalikan virus Corona.

“Saya ingin mengingatkan fokus kerja yang paling utama sekarang ini tetap pada mengendalikan COVID secepat-cepatnya. Menurunkan secepat-cepatnya. Saya melihat negara yang akan menjadi pemenang adalah negara yang berhasil mengatasi COVID-19. Untuk itu, semua menteri, kepala lembaga panglima TNI, Kapolri, saya minta mengerahkan semua tenaga dan mengerahkan semua energi, mengerahkan semua kekuatan untuk mengendalikan COVID dan menangani dampak yang menyertainya,” ujar dia.

juga menegaskan pemerintah harus bergerak cepat dalam penanganan Corona ini. Dia menyebut situasi saat ini termasuk kategori luar biasa.

“Dalam mencapai tujuan itu, kita semuanya pemerintah harus bergerak cepat. Karena betul-betul situasinya bersifat extraordinary dan memerlukan kecepatan dan ketepatan,” ujar .

Karena itu, mengatakan pemerintah harus siap untuk diawasi dan dipantau oleh seluruh pihak, termasuk masyarakat.

“Tapi dalam menjalankan tugas ini, pemerintah dan kita semua harus siap untuk diawasi, siap untuk dikontrol. Bukan hanya oleh lembaga negara seperti DPR dan BPK, tetapi juga oleh seluruh masyarakat,” tambahnya.

Pandangan Para Pakar

Menurut pemodelan dari para ahli, keinginan agar kurva melandai di bulan Mei ini bisa tercapai asalkan semua mematuhi aturan physical distancing.

Ada beragam pemodelan matematis yang mendukung keinginan Presiden Jokowi. Pemodelan-pemodelan ini dihasilkan dari data perkembangan kasus Corona di Indonesia pada Maret dan April.

Bahkan pemodelan-pemodelan ini memperkirakan pandemi Corona di Indonesia akan berakhir pada Mei. Ada pula yang memperkirakan kasus Corona juga akan melambat pada bulan itu.

Pakar statistika dan alumni MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) memprediksi pandemi virus Corona di Indonesia bakal berakhir Mei 2020. Analisis ini mengembangkan dari pemodelan teori antrean.

“Dari hasil analisis, pandemi COVID-19 akan berakhir pada 29 Mei 2020 dengan minimum total penderita positif di sekitar 6.174 kasus. Dengan intervensi pemerintah yang berhasil dengan baik, total penderita Corona positif minimal di sekitar 6.200 di akhir pandemi pada akhir Mei 2020,” kata guru besar statistika UGM Prof Dr.rer.nat Dedi Rosadi, SSi, MSc, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom dari Humas UGM, Rabu (1/4/2020).

Pemodelan matematika ini dilakukan Dedi bersama Heribertus Joko dan Dr Fidelis I Diponegoro. Model yang dibuat dinamai model probabilistik yang berdasarkan data nyata atau probabilistik data-driven model (PDDM). Dengan model ini, diperkirakan penambahan maksimum total penderita virus Corona setiap harinya di sekitar minggu kedua April 2020, sekitar 7-11 April 2020.

“Penambahan lebih-kurang 740-800 pasien per 4 hari dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya,” jelas dosen FMIPA ini.

Mengacu pada data yang ada, pandemi Corona ini bakal berakhir sekitar 100 hari setelah 2 Maret 2020 atau sekitar 29 Mei 2020.

Ada hitung-hitungan pemodelan lain yang mendukung keinginan Jokowi, yakni riset gabungan yang dibuat oleh pakar dari berbagai universitas dan tim SimcovID.

Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini berasal dari ITB, Unpad, UGM, Essex and Khalifa University, University of Southern Denmark, Oxford University, ITS, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana.

Peneliti membagi prediksi berdasarkan tiga level intervensi sebagai berikut:
1. Tanpa intervensi: Penyebaran virus dibiarkan tanpa penanganan.
2. Mitigasi (mulai 15 Maret 2020): Memperlambat penyebaran. 50 persen populasi diam di dalam tempatnya, 50 persen populasi bisa bepergian.
3. Supresi (jika mulai 12 April 2020): Menekan laju penyebaran. Karantina wilayah. Hanya mengizinkan 10 persen populasi yang bisa bepergian.

Untuk kasus Indonesia, pada saat itu belum masuk ke level supresi. “Indonesia cenderung mitigasi keras, belum supresi,” kata Nuning Nuraini, peneliti matematika epidemiologi ITB yang ikut serta dalam riset ini, menjawab pertanyaan detikcom, Kamis (9/4/2020).

Namun, ketika memasuki level supresi, puncak Corona akan muncul pada akhir April hingga awal Mei 2020. Artinya, pertengahan Mei kasus Corona di Indonesia sudah mulai melambat alias angka kasus turun. Berikut ini rinciannya:

1. Tanpa intervensi
– Jumlah kematian: 2,6 juta
– durasi epidemi sejak intervensi: 4-5 bulan
– puncak kasus aktif: 55 juta (tengah Mei 2020)
– puncak kebutuhan ICU: 6 juta

2. Mitigasi (mulai 15 Maret 2020)
– Jumlah kematian: 1,2 juta
– durasi epidemi sejak intervensi: 10-13 bulan
– puncak kasus aktif: 5,5 juga (awal Juli 2020)
– puncak kebutuhan ICU: 600 ribu

3. Supresi (jika mulai 12 April 2020)
– Jumlah kematian: 120 ribu
– durasi epidemi sejak intervensi: 6-7 bulan
– puncak kasus aktif: 1,6 juta (akhir April-awal Mei 2020)
– puncak kebutuhan ICU: 180 ribu

Penelitian dengan draf bertanggal 6 April 2020 ini didasarkan pada data sampai 31 Maret 2020. Hasil pemodelan ini ketika itu belum melalui penelaahan sejawat (peer review).

Bukan hanya melalui model matematika, prediksi Corona turun atau bahkan berakhir di bulan Mei pun disampaikan oleh para pakar.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof Amin Soebandrio, sempat menyebut wabah Corona diperkirakan usai pada pertengahan April hingga Mei.

“Banyak yang membuat prediksi perjalanan wabah di Indonesia. Terus terang prediksi labnya agak sulit sekarang karena penyebabnya multifaktorial. Saya pribadi memprediksi puncaknya akan terjadi dalam waktu dua-tiga minggu ke depan.Setelah itu diharapkan jumlah kasusnya akan menurun. Pertengahan puasa, mungkin pertengahan April ke Mei akan mencapai puncak,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Prof dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), mengatakan akhir wabah Corona di Indonesia bergantung pada tingkat kepatuhan dan perilaku masyarakat. Ia memprediksi antara Mei dan Juni apabila didukung oleh perilaku masyarakat yang baik.

“Bergeser, tergantung perilaku masyarakat, yang dulu sudah bikin kan akhir April. Iya mungkin Mei, Juni, ya apalagi kalau mudik nanti bergeser lagi, ya kalau terus bergeser begitu beban kita, beban pelayanan kesehatan nggak sanggup, tenaga kesehatan juga sudah banyak yang jadi korban, ya kan,” ungkapnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here