Saturday, 20 April 2024
HomeBeritaPembukaan Sekolah Harus Menunggu COVID-19 Terkendali

Pembukaan Sekolah Harus Menunggu COVID-19 Terkendali

BOGORDAILY – Perancis telah menemukan setidaknya terdapat 70 kasus COVID-19 baru di sekolah-sekolah yang diizinkan dibuka kembali pekan lalu. Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer, dilansir dari Business Insider, kasus-kasus tersebut telah terdeteksi dalam minggu pertama siswa kembali ke sekolah.

Blanquer-pun menyebut kasus tersebut ‘tak terhindarkan’. Menurutnya ‘hampir semua’ kasus baru tersebut bersumber dari luar sekolah. Sementara di Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan keputusan sekolah kembali dibuka merupakan wewenang Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

Dalam Rapat Dengar Pendapat melalui konferensi video dengan Komisi X DPR RI, Rabu (20/5), Nadiem juga menyatakan sudah menyiapkan berbagai skenario terkait jalannya pendidikan di tengah pandemi. Namun ia tak merinci detail skenario tersebut.

Anggota Komisi X DPR, Andreas Hugo Pareira menyatakan pembukaan kembali sekolah-sekolah baru bisa dimulai jika wabah telah berhasil dikendalikan. Dalam situasi COVID-19 belum berakhir memulai kembali tahun ajaran baru sangat berisiko bagi para murid.

“Kalau masih wabah seperti ini sangat riskan untuk memulai tahun ajaran,” ujarnya pada detikcom, Kamis (21/5).

Karena itu menurut Andreas, Kemdikbud harus menyiapkan skenario-skenario dalam membuka agenda tahun ajaran baru. Skenario optimistis, artinya wabah ini akan mereda di bulan Mei. “Kalau Juni (COVID-19) berakhir, maka Juli 2020 bisa dimulai tahun ajaran baru 2020-21,” ujar politisi PDIP itu.

Sedangkan untuk skenario pesimis, wabah ini baru menurun sekitar September-Oktober 2020, dan berakhir Desember. Sehingga tahun ajaran baru dimulai Januari 2021.”Namun dua skenario ini tingkat kemungkinan pelaksanaannya, tergantung pada tingkat kepatuhan dan disiplin warga bangsa ini mematuhi protokol COVID-19,” ujar Andreas.

Dia juga menegaskan pembukaan kembali sekolah kini bukan masalah pendidikan. Namun sudah jadi persoalan kesehatan. “Kemdikbud harus mempertimbangkan dan mendengar masukan dari Gugus Tugas Nasional yang diberi tugas oleh pemerintah dalam penanggulangan masalah pandemi ini,” ujar Andreas.

Sementara itu, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti menyatakan membuka sekolah pada untuk tahun ajaran baru 2020/2021 harus dipertimbangkan matang oleh pemerintah. Persoalan ini menyangkut keselamatan guru dan terutama jutaan anak-anak Indonesia yang menjadi peserta didik dari PAUD sampai SMA/sederajat.

“Apalagi jika mengingat kondisi terakhir di mana pasar, mal, dan bandara penuh sesak disaat seharusnya kita menjaga jarak dan tetap berada di rumah demi memutus penyebaran dan penularan COVID-19,” ujar Retno pada detikcom, Kamis (21/5).

Menurut Retno, negara seperti China membuka sekolah setelah dinyatakan tak ada lagi pertambahan kasus COVID-19 selama 10 hari. Setelah resmi dibuka pun para guru yang akan mengajar sudah menjalani isolasi dahulu selama 14 hari sebelum sekolah dibuka. “Jadi pembukaan sekolah benar-benar dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat dengan persiapan yang matang,” katanya.

Namun menurut Retno, persiapan yang matang pun tak menjamin sepenuhnya penyebaran COVID-19 bisa ditekan. Beberapa negara di Eropa yang memiliki sistem kesehatan baik dan membuka sekolah juga persiapan matang dan protokol kesehatan ketat ternyata masih menimbulkan klaster baru di lingkungan sekolah.

Karena itu, Retno memahami kekhawatiran orang tua murid untuk mengizinkan anak-anak kembali ke bangku sekolah dalam situasi pandemi yang belum sepenuhnya teratasi. Untuk kondisi seperti ini dia meminta sekolah untuk memfasilitasi murid-murid yang memilih belajar dari rumah ketimbang kembali ke sekolah. “Alasan orang tua sangat jelas, mereka menjaga keselamatan putra atau putrinya,” kata Retno.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here