Friday, 29 March 2024
HomeBeritaNadiem Berbicara Risiko Menyeramkan PJJ dan Kebijakan 'Selalu Salah'

Nadiem Berbicara Risiko Menyeramkan PJJ dan Kebijakan ‘Selalu Salah’

BOGORDAILY – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  merasa berada dalam posisi sulit karena selalu disalahkan soal kebijakan pembelajaran di masa pandemi COVID-19. Meski begitu tujuannya jelas, mengembalikan anak-anak sekolah ke pembelajaran tatap muka yang aman.

Mas Menteri menyampaikan gagasan, peringatan, hingga curhatnya di webinar ‘Sistem Pendidikan di Tengah Pandemi COVID-19' yang diselenggarakan oleh DPD Taruna Merah Putih Jawa Tengah, Minggu (30/8/2020) malam.

Dalam diksusi ini, hadir Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, serta Ketua Umum DPP Taruna Merah Putih Maruarar Sirait. Hadir pula para guru, orang tua murid, hingga siswa sekolah. Nadiem menjelaskan ide dasarnya, yakni tidak ingin memperpanjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang selama ini banyak dilakukan via online.

“PJJ itu situasi yang tidak ideal, bukan hanya di Indonesia tapi bahkan juga di negara maju juga sama. Ini menimbulkan isu psikososial anak-anak, stres orang tua, adaptasi yang terlalu cepat bagi guru untuk format baru, tekanan biaya kuota, keterbatasan TIK (Teknolgi Informasi dan Komunikasi), dan berbagai macam isu lainnya,” kata Nadiem.

Bahkan, ada risiko besar yang menghantui anak-anak sekolah generasi pandemi COVID-19 saat ini. Mereka bisa mengalami keterputusan pembelajaran. Dampaknya diprediksi bakal serius tapi baru terasa di masa depan.

“Ada risiko krisis pembelajaran dan lost generation, ini risiko yang cukup menyeramkan,” kata Nadiem.

Di masa pandemi COVID-19 ini, Nadiem memutuskan agar sekolah-sekolah di zona kuning boleh menggelar pembelajaran tatap muka. Dia ingin nantinya semua sekolah bisa aman kembali belajar tatap muka.

“Prioritas kami di Kemdikbud yang terpenting adalah bagaimana mengembalikan ke sekolah tatap muka seaman mungkin. Itu adalah prioritas kita. Prioritasnya bukan untuk memperpanjang PJJ, tapi prioritas yang terpenting adalah bagaimana kita bisa secara aman mengembalikan anak-anak kita ke pembelajaran tatap muka,” kata Nadiem.

Saat menjawab pertanyaan dari Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Muhdi mengenai risiko pembelajaran tatap muka, Nadiem mengemukakan bahwa semua metode ada risikonya. Namun justru karena semua ada risikonya, Nadiem merasa selalu disalahkan ketika memutuskan kebijakan. Nadiem sedikit curhat soal posisi sulitnya.

“Posisi saya luar biasa sulitnya, Pak. Buka sekolah salah, tutup sekolah salah,” kata Nadiem.

Masalah pembukaan atau penutupan sekolah tatap muka sebenarnya tidak hanya diputuskan sepihak oleh Nadiem seorang, namun juga lintas kementerian. Namun dalam kondisi ini, Nadiem tampil terdepan menjadi pihak yang paling mudah disalahkan.

“Ini posisi saya luar biasa sulit. Dan (sebenarnya) ini kan empat kementerian, bukan cuma saya saja (yang terkait pembukaan atau penutupan sekolah tatap muka). Saya menjadi salah satu corongnya untuk menjelaskan ke masyarakat, karena posisi saya Kemendikbud,” kata Nadiem dengan santai sembari tersenyum.

Kini, mau tidak mau PJJ lewat cara belajar daring (online) harus dijalani. Nadiem bakal menyalurkan Rp 9 triliun untuk bantuan kuota internet untuk siswa, guru, mahasiswa, hingga dosen. Khusus untuk pendidikan dasar dan menengah, Nadiem menginstruksikan para kepala sekolah agar segera mengisi data pokok pendidikan (Dapodik) siswa, supaya siswa-siswi yang benar-benar berhak mendapat kuota gratis tidak ada yang tercecer. Waktunya ditunggu hingga 11 September.

“Saya tahu ada deadline yang sangat mepet, tapi kami pastikan ada cukup waktu dan ada selalu cukup waktu perbaikan ke depannya. Memang, kami di Kemdikbud harus mengejar tanggal supaa semua bergerak,” kata Nadiem.

Lantas bagaimana dengan yang tidak punya gawai (gadget) berupa ponsel pintar, tablet, atau laptop? Nadiem menginstruksikan sekolah-sekolah untuk menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membeli gawai.

“Tentunya dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) bisa digunakan sekolah untuk membeli smartphone, tablet, maupun laptop sehingga bisa dipinjamkan ke anak-anak,” kata Nadiem.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here