Thursday, 2 May 2024
HomeBeritaKebun Akar Pohon di Pamijahan, Ajarkan Kehidupan Nenek Moyang Pada Anak-Anak

Kebun Akar Pohon di Pamijahan, Ajarkan Kehidupan Nenek Moyang Pada Anak-Anak

BOGORDAILY – Zaman memaksakan manusia untuk terus berkembang, merubah pola hidup, serta merubah kebiasaan, namun berbeda dengan Kebun Akar Pohon, mereka malah mempertahankan budaya-budaya dan kebiasaan zaman dahulu.

Berawal dari kepedulian terhadap zaman yang semakin berkembang semakin melupakan budaya dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang dahulu kala, Kebun Akar Pohon mengedukasi anak.

Kebun Akar Pohon merupakan wadah edukasi anak-anak sekolah mulai dari sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di Desa Cibitung Wetan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor untuk bagaimana cara bertahan hidup dengan cara melestarikan kehidupan orang kampung seperti bertani, berkebun, merawat alam dan memfilter zaman yang semakin modern.

Kebun ini berada di tengah sawah yang jauh dari keramaian hiruk pikuk kehidupan kota yang membuat anak-anak sekolah tersebut tidak tersekat dengan sawah-sawah dan hutan belantara.

Menurut pemilik Kebun Akar Pohon, Yuda Sukmana, Kebun Akar Pohon ini bertujuan untuk anak-anak agar tetap bertani, berkebun sambil bermain agar tertanam dalam diri mereka bahwa alam bisa menghidupi dirinya.

“Kita edukasi mereka agar cinta kepada alam dan tidak melupakan budaya-budaya yang ada di kampung, seperti bertani dan bercocok tanam,” kata Yuda.

Ia bersama temannya Teguh, sudah lebih dari 2 tahun mengajarkan bagaimana menanam dan merawatnya dari awal menanam hingga memanen.

Tidak hanya bercocok tanam yang mereka ajarkan kepada anak-anak tersebut, namun mereka juga mengajarkan agar anak-anak yang datang ke Kebun Akar Pohon gemar membaca buku, karena menurutnya, minat baca orang Indonesia sangat amat rendah.

“World’s Most Literate Nations Ranked mencatat bahwa Indonesia menempati posisi ke-60 dari 61 negara sebagai negara yang paling rendah dalam minat membaca,” ungkapnya.

Anak-anak tersebut diajarkan tidak hanya membaca buku, tapi juga diajarkan untuk membuat karya sastra seperti cerita pendek dan puisi.

Tidak hanya itu, Yuda dan Teguh pun mengajarkan anak-anak untuk melestarikan alat musik tradisional khususnya dari Sunda yang mana alat-alat tersebut sudah hilang dari ingatan masyarakat Sunda kebanyakan.

“Kita ajarkan juga cara memainkan Karinding, Celempung, dan beberapa alat Sunda lainnya agar mereka merasakan langsung alat-alat musik tradisional yang ada di Tatar Sunda ini,” ungkapnya.

Berkonsep jadul membuat anak-anak betah dan nyaman berada di sana hingga sore hari. Permainan-permainan yang sudah mulai tergerus zaman pun masih dilestarikan disana.

Ia berharap kepada semua masyarakat agar tidak menghilangkan apa yang telah diajarkan nenek moyang pada zaman dahulu.

“Jangan sampai majunya zaman, menghilangkan jati diri orang Indonesia yang kehidupannya seorang petani dan nelayan. Alam sudah memberikan semuanya, tinggal kita rawat saja,” jelasnya. (Egi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here