Saturday, 27 April 2024
HomeBeritaRefleksi Akhir Tahun: Pandemi, Ada Bahagia Dibalik Bencana

Refleksi Akhir Tahun: Pandemi, Ada Bahagia Dibalik Bencana

bogordaily.net, Ada Bahagia
(Refleksi Akhir Tahun)

Ada seorang kawan. Sama seperti saya, profesinya berdagang.

Rajin sekali dia. Buka toko jam 9 pagi , tutup jam 8 malam. Setiap hari, termasuk hari Minggu. Begitu terus sepanjang tahun. Hanya di hari Lebaran, tokonya tutup beberapa hari.

Tokonya sangat ramai. Jadi setelah tutup toko, dia tidak bisa langsung pulang, perlu waktu 1 atau 2 jam lagi di dalam toko membereskan nota penjualan , memeriksa barang masuk yang belum sempat dibongkar siang hari, dan lain lain lagi. Lalu pagi pagi sekali sebelum ke toko, dia menyiapkan barang dulu di gudang untuk di bawa ke toko. Sudah terbayang kan, bagaimana sibuknya hari hari teman saya itu?

Sekarang, ayo kita bandingkan dengan rutinitas saya. Toko saya tidak besar, dan tidak terlalu ramai. Ada lima orang pegawai yang membantu saya. Dua diantaranya, keponakan istri saya. Karena ada yang bisa dipercaya mengurus toko, saya bisa datang dan pulang kapan saja saya mau.

Suatu kali, siang hari saat mengobrol via telepon , si teman bertanya pada saya, ” Lagi di mana?”
Saya jawab, ” Baru bangun tidur siang nih.”

“Wah, enak sekali…!?” Katanya lagi. Ada nada iri yang saya dengar.

Teman saya itu memang pantas cemburu. Andaikata dia menawarkan bertukar posisi, saya 105 % tidak akan mau. Meskipun uangnya banyak, tapi hidupnya membosankan. Dari pagi sampai malam, kerjanya hanya mendengarkan denting mesin kasir. Saya berani taruhan, kalau beradu banyak banyakan foto traveling, saya pasti menang.

Lalu datang. Dua minggu semua toko harus tutup. Hanya apotek, toko sembako dan beberapa sektor vital yang boleh beraktifitas. Kemudian ditambah 2 minggu lagi, genaplah satu bulan saya di rumah saja. Tak berpenghasilan, tapi bertambah gendut.

Tapi teman saya itu, tetap buka tokonya. Kucing kucingan dengan Satpol PP yang berjaga. Satu pegawainya berjaga di depan pintu. Bila ada kabar akan ada razia, tokonya tutup dulu sebentar. Setelah kondisi dirasa aman, tokonya dibuka lagi.

PSBB lalu diakhiri. Pemerintah juga tidak mau ekonomi pingsan lalu mati. semua toko boleh buka lagi sampai malam. Tapi orang orang juga lebih senang di rumah setelah maghrib . Karena sepi, toko toko pun semuanya tutup sore. Toko teman saya juga ikut tutup, mungkin takut dirampok kalau buka sendirian.

Iseng iseng , saya telpon teman saya, bertanya khabar. Dia bilang, sekarang hidupnya sudah lebih enak. Bisa santai di rumah sore sore. Menonton TV bersama keluarga. Pada getar suaranya, saya mendengar kegembiraan dan kebahagiaan.

Syukurlah, ini sudah mengingatkan dia untuk mundur sedikit ke belakang.
Menyadarkan pikiran, saat pandemì ini percuma juga punya banyak uang. Tidak bisa dipakai jalan jalan ke luar negri , tidak bisa makan enak di restoran. Dibelikan mobil mewahpun tidak bisa dipakai keluyuran . Ketakutan berhasil mengalahkan nafsu mengejar uang.

Saya yakin, bukan hanya teman saya itu yang berubah cara pandangnya tentang hidup gara gara musibah ini.

Semoga saja, setelah wabah Corona berlalu, orang orang ini tidak lupa, lalu kembali ke kebiasaan lama. Berlomba lomba berlari tanpa henti, tanpa tahu garis finishnya ada di mana.

Karena sejatinya, manusia dilahirkan tak punya apa apa. Harta, tahta dan kuasa yang didapat semasa hidup , tak ada satupun yang bisa dibawa saat ajal menjemput.

Hanya satu yang boleh kita bawa menemani di liang lahat, yaitu secarik kain kafan atau baju kesayangan, karena agama dan etika yang melarang kita dikuburkan seperti bayi telanjang.

Selamat Tahun Baru 2021.
Semoga Covid – 19 cepat berlalu.

Ditulis oleh Johnny Pinot.
Tinggal di Bogor.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here