Saturday, 27 April 2024
HomeBeritaBadut-Badut Lampu Merah, Mengais Rezeki di Balik Kostum Panas Dan Pengap

Badut-Badut Lampu Merah, Mengais Rezeki di Balik Kostum Panas Dan Pengap

BOGOR DAILY – Namanya Satria (tidak pakai Baja Hitam), umurnya sebentar lagi 17 tahun. Setiap pagi, dia belajar di Pesantren dekat rumahnya, di daerah Sindang Barang Jero. Orang orang menyebutnya SBJ , supaya mudah.

Tidak seperti teman teman sebayanya, dia tak bisa pergi bermain setelah pelajaran berakhir. Pulang ke rumah sebentar , lalu makan siang. Tak berlama lama langsung dia pergi berjalan kaki ke tempat penyewaan kostum milik AM, mengambil baju . Dia kebagian kostum Teletubbies warna merah. Harga sewanya Rp.20 rb satu hari penuh.

Ada banyak baju di sana. Tiap penyewa sudah ada jatahnya, tidak boleh ganti ganti. Karena sewanya murah, perawatannya juga seadanya. Baru dicuci setelah berhari hari dipakai. Itu alasan penyewa tidak boleh berganti ganti kostum.

Hari ini kebetulan cuacanya mendung, tapi tetap saja dia kegerahan berjam jam terkurung di balik kostum Teletubbies. Sesekali dia duduk dan membuka tutup kepala saat lampu merah berganti hijau dan mobil mobil melaju.

Bila seruan sholat asar bergema, dia berhenti dulu membadut. Ada mushola kecil di sebelah resto cepat saji Mc Donald. Ke sana dia melangkah, menunaikan ibadah 5 waktunya.

” Setelah Asar, nanti dilanjut lagi sampai sebelum Maghrib. Itu namanya 2 x turun om,” katanya.

” Kalau hari Minggu, saya bisa 3 x turun, karena mulainya dari pagi,” lanjut Satria.

Nanti sore sebelum gelap, Satria kembali lagi ke rumah pak AM, mengembalikan kostum sekalian membayar sewanya. Bos kostum ini ternyata baik hati juga. Bila cuaca hujan, Satria boleh membayar sekedarnya saja, bahkan kadang kadang tidak perlu membayar.

Lain lagi kisah pak Dedi. Sehari harinya dia menjadi Kapten Amerika berbaju biru, lengkap dengan tamengnya.
Kostumnya kelihatan lebih baru. Sewanya lebih mahal sedikit. Rp 20 rb hari hari biasa, dua kali lipat di akhir pekan dan hari libur.

“Kenapa tidak bikin sendiri aja sih pak kostumnya?” Tanya saya.

“Mahal pak, ga kebeli,” jawab pak Dedi. Hasil menjadi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Tak bersisa untuk ditabung.

Bapak satu anak ini masih mengontrak rumah di daerah Cimanggu. “Bayarnya sebulan Rp. 700 rb, kira kira 1 juta dengan listrik dan lainnya, ” lanjutnya.

Profesi baru dilakoni Dedi selama 2 bulan. Sebelumnya, dia pernah menjadi gojek online tapi tidak bertahan lama. Persaingannya sangat ketat katanya, hanya 1 atau 2 orderan didapat tiap hari.

Sebelumnya lagi, Dedi bekerja sebagai salesman produk produk P&G. Saat wabah corona mulai merebak, dia berhenti bekerja di situ.

Di tengah tengah perekonomian yang melambat karena pandemi, dia terombang ambing berganti ganti pekerjaan untuk menghidupi keluarga.

Entah berapa lama lagi, dia harus menjadi jalanan, menghibur pengendara mobil dan motor yang menunggu warna lampu merah berubah hijau.
(JP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here