Bogordaily.net – Pemerintah Kabupaten Bogor ngotot memperjuangkan jalur Puncak 2 untuk mengatasi kemacetan di kawasan wisata daerahnya itu, dibanding menerima bantuan bantuan program Buy The Service (BTS) angkot menjadi bus.
Program Buy The Service (BTS) yang merupakan sistem pembelian pelayanan oleh pemerintah kepada pihak operator angkutan umum diyakini Pemerintah Kabupaten Bogor bukan solusi bagi ekosistem transportasi dan ekonomi di daerahnya.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Ade Yana mengatakan permasalahan macet bukan dengan cara konversi angkot menjadi bus.
Namun dengan cara pembuatan jalur puncak II untuk memecah konsentrasi kendaraan yang akan menuju Cianjur dan Bandung.
“Jadi malah saya cenderung terlalu resiko karena sama dengan membangunkan macan lagi tidur. solusi kemacetan puncak itu kata Bupati yaitu bangun jalur Puncak II harga matinya,” ujar Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Ade Yana kepada wartawan, Senin 5 April 2021.
Ade Yana menyampaikan dalam program BTS tersebut nantinya sebanyak 556 angkot di wilayah puncak akan digantikan oleh Bus untuk mengatasi kemacetan di jalur Puncak.
“Memang saat ini ada 556 angkot yang beroperasi di puncak. Kalau diganti jadi bus, ibaratnya konversi, nanti akan jadi gejolak lagi di bawah, tiga angkot diganti satu bus, tapi dari tiga supir cuma satu yang jadi supir bus, itu kan masalah,” katanya.
Kemudian persoalan transportasi di Jalan Raya Puncak, menurut Ade Yana, itu sudah baik dan teratur, karena selama ini anak buahnya di Dishub Kabupaten Bogor yang menangani langsung masalah Puncak.
Selanjutnya Ade Yana menjelaskan, penyebab utama dari macetnya jalur puncak adalah tingginya volume kendaraan yang didominasi oleh kendaraan pribadi.
“Namun infrastruktur jalan masih tidak bisa memenuhi kebutuhan kendaraan,” katanya.***