Thursday, 9 May 2024
HomeBeritaMenkopUKM Dorong 1000 Penyadap Nira Banyumas Berkoperasi Pasarkan Gula Semut

MenkopUKM Dorong 1000 Penyadap Nira Banyumas Berkoperasi Pasarkan Gula Semut

Bogordaily.net – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meresmikan berdirinya , yang beranggotakan sekitar 1000 penyadap nira yang memproduksi , di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu sore (25/9).

Di acara yang juga dihadiri Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Sigit P Kumala, Teten mengakui, desa binaan Astra melalui Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) tersebut terbilang sangat bagus.

“Diawali dengan produksi yang kini sudah mampu diolah secara higienis dengan aneka rasa seperti rempah-rempah, empon-empon, dan sebagainya,” ucap MenkopUKM.

Bahkan, di sela-sela acara penyerahan bantuan program Desa Sejahtera Astra (DSA) dan Kick-Off Pelatihan Manajemen Usaha dan Keuangan, serta penandatanganan MoU YDBA dan SayurBox.

Teten juga menyebutkan bahwa bila satu produk sudah mampu dipasarkan dengan baik, maka potensi produk lainnya bakal mudah terangkat.

“Hal ini yang bisa ditiru dan diterapkan di daerah lain,” tegas Teten.

Untuk meningkatkan kapasitas usahanya, Teten menyarankan agar suplai bahan baku perlu dikonsolidasi melalui koperasi.

Semut
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meresmikan , yang beranggotakan sekitar 1000 penyadap nira yang memproduksi , di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Sabtu sore (25/9). (Istimewa/Bogordaily.net)

“Kelembagaan koperasinya akan terus kita perkuat,” tandas MenkopUKM.

Terlebih lagi, lanjut Teten, kelapa kini tengah menjadi tren aneka produk di seluruh dunia dan mulai menyisihkan produk kelapa sawit.

“Karena potensi gula kelapa sedang meningkat, maka Pemda setempat perlu banyak melakukan peremajaan pohon kelapa,” ulas Teten.

Dalam kesempatan yang sama, Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Supomo menjelaskan bahwa, pihaknya melakukan fungsi inkubasi berupa pendampingan bagi koperasi yang baru saja berdiri ini.

“Yang membina para penyadap nira dilakukan koperasi, dan sudah berjalan dengan baik. Tugas LPDB-KUMKM adalah memberi pendampingan untuk koperasinya,” kata Supomo.

Tujuannya, lanjut Supomo, agar mampu mengelola potensi menjadi produk berdaya saing tinggi hingga menembus pasar global.

“Potensi ke arah sana sangat memungkinkan. Kita sudah lakukan untuk asal Purworejo yang sudah ekspor,” ungkap Supomo.

Berawal Dari Poktan

Sementara itu, Ketua Akhmad Sobirin menjelaskan, proses peningkatan kapasitas penyadap nira dan kualitas gula semut memakan waktu dua tahun. Semua ini diawali saat terbentuk Kelompok Tani (Poktan) Manggar Jaya Desa Semedo.

“Suatu hari, saya membaca gula semut diminati pasar internasional dan bernilai jual tinggi. Saya meyakini ini peluang meningkatkan kesejahteraan keluarga dan orang di kampung halaman saya yang mayoritas menyadap dan mengolah gula kelapa,” ujar lulusan Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

Sobirin pun menggali potensi pemasaran gula semut untuk memastikan produk penyadap nira dari desanya terserap pasar.

Ia memperluas jejaring di komunitas dan mengikuti berbagai gelaran kewirausahaan.

Setahun berjalan, pada 2013, Poktan Manggar Jaya mulai menggapai harapan menembus pasar internasional.

Saat itu, permintaan dimulai dari 5 ton gula semut perbulan. Rata-rata, kelompok tani Manggar Jaya yang lantas berkembang melibatkan 50 keluarga penyadap nira mampu memproduksi 24 ton gula semut dalam 1 bulan.

Yang pasti, perlahan namun pasti Desa Semedo telah mampu membuang label sebagai desa terpencil dan tertinggal menjadi wilayah organisasi penyadap nira yang inovatif.

Kisah manis gula semut Desa Semedo pun tersiar dan mendapat apresiasi dari lembaga pemerintah maupun swasta.

Sobirin misalnya, sebagai penggerak mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2016 di bidang kewirausahaan dari Astra.

Semut
Produksi gula semut, di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas. (Istimewa/Bogordaily.net)

Dua tahun berselang, giliran Desa Semedo jadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat bidang kewirausahaan bertajuk Kampung Berseri Astra.

Kini, Kelompok Tani binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) tersebut telah melebar menjadi 10 desa di 5 kecamatan.

Pada 2018, baru ada di 3 desa. Bahkan, mereka sudah membentuk ke dalam satu wadah koperasi bernama yang beranggotakan 1000 orang petani gula semut.

Berkat bimbingan YDBA pula, produksi gula semut dan gula kelapa sudah mampu mencapai 100 ton perbulan.

“Pendapatan petani juga meningkat tajam, dari hanya Rp 50 ribu perhari menjadi Rp 200 ribu perhari, atau rata-rata Rp 3 juta perbulan,” kata Sobirin.

Yang jelas, 95% produksi gula semut dipasarkan di Amerika dan Eropa. Sedangkan 5% sisanya, dibuat untuk produk inovasi Semedo Manise, produk kemasan gula semut dalam aneka rasa semisal jahe, rempah, jahe kayu manis.

“Produk ini khusus dipasarkan di online marketplace, juga di minimarket-minimarket dan supermarket,” pungkas Sobirin. Adv

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here