Friday, 29 March 2024
HomeBeritaMenilik Pembuatan Cincau Hitam di Bogor, Es yang Banyak Diburu Saat Ramadan

Menilik Pembuatan Cincau Hitam di Bogor, Es yang Banyak Diburu Saat Ramadan

Bogordaily.net – Bulan Suci Ramadan 1443 Hijriah sudah tiba. Di bulan penuh berkah ini banyak makanan maupun minuman diburu oleh masyarakat untuk disajikan di saat berbuka puasa, mulai dari mie, bihun, gorengan hingga aneka ragam minuman es. Salah satu minuman es yang banyak di buru saat bulan Ramadan ialah .

sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun, banyak warga yang sedang menjalankan ibadah puasa mencarinya untuk di sajikan saat berbuka.

Untuk mencari minuman es tersebut sangat mudah dicari, karena banyak pedagang yang menjajakan menjelang buka puasa.

Nah, Ingin tahu seperti apa dan bagaimana cara membuat dari tempat produksinya? Bogordaily.net akan mengulasnya hanya untuk anda.

Kali ini, Bogordaily.net ingin mengulas soal pengolahan Hitam yang diproduksi oleh putra daerah asli warga Kabupaten Bogor, tepatnya di Kampung Pasir Ipis RT 15/RW 04, Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya.

Pemilik pabrik Hitam, Dede Sumantri menceritakan pengalamannya. Ia mengatakan, hitam buatannya sudah menjadi usaha turun temurun dari orang tuanya sejak lebih dari 10 tahun yang lalu.

Kemudian, ia mengaku memang dengan datangnya bulan suci Ramadan menjadi berkah baginya. Sebab, banyak pedagang yang memesan untuk kembali dijual kepada masyarakat.

Selain itu, dalam memproduksi di bulan Ramadan ini dirinya dibantu oleh 4 orang pekerjanya.

“Iya alhamdulillah, kalau di bulan puasa ini lumayan banyak yang pesan, sehari bisa 200 boks atau kaleng. Tapi ini enggak tentu, karena kan saya juga melihat daya ekonomi masyarakat yang berukuran ,” kata Dede Sumantri kepada Bogordaily.net, Selasa, 5 April 2022.

Anak muda berusia 30 tahun ini menambahkan, meski pesanan di bukan Ramadan ini lebih meningkat, tetapi dirinya mengeluhkan dengan adanya kondisi pandemi yang terjadi saat ini. Sebab, kata dia, berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Belum lagi, lanjut Dede, bahan baku untuk yang naik signifikan.

“Kalau bahannya dari Purbalingga dan di sini hanya produksi saja. Tetapi bahan-bahan bakunya mahal, seperti tepung tapioka yang biasanya Rp170 ribu, sekarang Rp240 ribu per bal atau per karung, dan belinya juga susah harus PO (Purchase Order),” jelasnya.

Masih kata Dede, hitam buatannya itu dipasarkan di beberapa tempat, seperti Leuwiliang, Ciampea dan Pasar Anyar Kota Bogor.

“Meski bahan bakunya naik, tapi kita untuk jualnya masih stabil, masih normal. Kita tidak bisa menaikan begitu saja, soalnya kan daya beli masyarakat berkurang,” ucapnya.

Dede hanya berharap kepada pemerintah untuk kembali menstabilkan harga bahan .

“Ya, harapan saya mah normal kembali biar ada lebihnya, soalnya kita kan musiman. Kalau enggak produksi bagaimana nasib pekerja, bisa nganggur lagi seperti sebelum-sebelumnya,” tutup Dede.*

(Heri Supriatna)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here