Sunday, 19 May 2024
HomeBeritaPerhatikan! Mengenal Gejala dan Cara Mengatasi Kleptomania

Perhatikan! Mengenal Gejala dan Cara Mengatasi Kleptomania

Bogordaily.net – Banyak orang dengan kleptomania menjalani kehidupan dengan rasa malu yang tersembunyi karena mereka takut untuk mencari perawatan mental. Lantas, seperti dan cara mengatasi kleptomania?

Kleptomania dipahami sebagai sebuah kondisi di mana seseorang memiliki kecenderungan untuk mencuri.

Lantas, seperti apa sesungguhnya kondisi kleptomania?

Kleptomania merupakan salah satu jenis gangguan kontrol impuls, yang termasuk dalam kategori penyakit mental. Gangguan tersebut melibatkan kegagalan berulang untuk melawan impuls hingga desakan, untuk bertindak dengan cara yang berbahaya.

Sulit untuk mengetahui dengan pasti berapa banyak orang yang mengalami gangguan ini karena kondisi tersebut melibatkan kerahasiaan dan penipuan. Di sisi lain, kleptomania tampaknya lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.

Penyebab Kleptomania

Para peneliti masih melihat kemungkinan hubungan antara gangguan kontrol impuls yang dapat memicu kleptomania, dan bahan kimia tertentu di otak yang disebut neurotransmitter.

Neurotransmitter selama ini membantu sel-sel saraf di otak untuk saling mengirim pesan. Kondisi ketidakseimbangan bahan kimia ini dapat memengaruhi cara otak mengendalikan impuls. Saat ini, diyakini bahwa stres yang kronis dapat memicu perilaku impulsif.

Di sisi lain, penderita kleptomania juga sering mengalami gangguan mental lain, termasuk depresi, kecemasan, gangguan makan dan gangguan penyalahgunaan zat. Hal ini menunjukkan potensi adanya hubungan antara gangguan-gangguan tersebut dengan perkembangan kleptomania.

Dikutip dari laman Healthline, sejumlah faktor dapat berkontribusi terhadap kondisi kleptomania. Di antara faktor yang dapat menyebabkan kleptomania adalah:

1. Memiliki penyakit mental lain, termasuk gangguan bipolar, gangguan kecemasan, gangguan penggunaan zat, atau gangguan kepribadian.

2. Memiliki masalah kadar serotonin yang rendah, sehingga menyebabkan peningkatan perilaku impulsif

3. Memiliki hubungan dengan gangguan kecanduan, karena mencuri bisa melepaskan aliran dopamin yang menjadi pemicu orang kecanduan

4. Ketidakseimbangan dalam sistem opioid otak, yang mengontrol desakan

5. Riwayat keluarga kleptomania atau kecanduan

6. Trauma kepala, seperti gegar otak

7. Trauma psikologis, terutama di usia muda juga bisa berkontribusi pada perkembangan masalah yang memicu kleptomania.

8. Rendahnya kontrol dari keluarga juga dapat menyebabkan anak-anak gemar mencuri dan bisa berujung pada kleptomania.

- Kleptomania

Beberapa yang dapat muncul dan menandakan kondisi kleptomania, sebagaimana dilansir laman Mayo Clinic, adalah sebagai berikut:

  • Tidak mampu menolak dorongan kuat untuk mencuri barang yang tidak dibutuhkan.
  • Merasakan ketegangan meningkat, kegelisahan atau gairah untuk mencuri.
  • Merasakan kesenangan, kelegaan atau kepuasan usai mencuri.
  • Merasa bersalah, menyesal, membenci diri sendiri, malu atau takut usai mencuri.
  • Kembalinya desakan dan pengulangan siklus kleptomania.
  • Pencurian dilakukan secara spontan, biasanya tanpa rencana dan bantuan orang lain.
  • Gemar mencuri di tempat-tempat umum, seperti toko, supermarket (sebagian kasus).
  • Barang yang dicuri tidak memiliki nilai, karena si pencuri sebenarnya bisa membelinya
  • Barang curian biasanya disimpan, tidak pernah digunakan.
  • Barang curian juga mungkin disumbangkan atau diberikan ke orang lain.
  • Mungkin juga barang curian dikembalikan ke tempat asalnya
  • Dorongan untuk mencuri bisa datang dan pergi atau berubah dari waktu ke waktu.

Cara Mengatasi Kleptomania

Perlu diingat, bahwa kleptomania adalah kondisi gangguan mental, serta bukan cacat karakter. Jadi, dekati mereka tanpa menyalahkan atau menuduh.

Perawatan medis selama ini juga sudah tersedia untuk membantu meminimalkan hasrat penderita kleptomania untuk mencuri dan hidup tanpa kecanduan mengambil barang orang lain.

Oleh karena itu, jika merasa memiliki kecenderungan kleptomania, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here