Bogordaily.net– Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan frekuensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi di Indonesia. Terkait hal itu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Komisi IV Kabupaten Bogor, H. Teguh Widodo pun buka suara.
“Yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor bersama dengan dinas terkait terutama pasti mitigasi yakni dengan melakukan pemetaan daerah-daerah bencana. Lalu dibentuk masyarakat sadar bencana,” kata Teguh Widodo kepada Bogordaily.net.
Menurut Teguh, masyarakat dibentuk untuk sadar bencana artinya bukan hanya sadar harus lari tetapi sadar untuk mengantisipasi.
“Antisipasi di sini itu seperti menyiapkan peralatan dan sadar ketika melakukan pertolongan pertama seperti itu,” kata Teguh.
Sebelumnya, BPBD Kabupaten Bogor juga telah membuat alat sensor dini untuk mendeteksi getaran tanah di sejumlah titik di Bojong Koneng, Kabupaten Bogor dengan menggunakan alat sederhana.
“Sensor juga harus belajar dengan yang lain seperti sensor-sensor tsunami mengenai keefektifannya. Jika sudah efektif, masyarakat juga harus disadarkan agar tidak timpang tindih,” ujarnya kepada Bogordaily.net.
Menurutnya, pemasangan sensor jangan hanya dipasang tetapi masyarakat juga harus sadar tanggap terhadap bencana. Jika sensor dipasang tetapi masyarakat tidak sadar bencana, kata dia hal tersebut nanti hanya jadi kebutuhan proyek. Dirinya pun melanjutkan tidak ingin jika hal tersebut terjadi.
“Ya betul, sensor itu butuh dipasang tetapi masyarakat juga butuh disadarkan. Intinya kita dukung pemasangan sensor tetapi masyarakat juga harus di edukasi,” terangnya sekali lagi.
Sementara itu sebelumnya Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan berdasarkan data bencana banjir di wilayah Jabodetabek per kabupaten/kota saja, dalam kurun waktu 2021-2022, Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 181 kejadian. Angka itu dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya di Jabodetabek.
“Kabupaten Bogor ini adalah dengan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi paling tinggi di Indonesia, tidak hanya di Jabodetabek,” kata Abdul Muhari, Selasa, 11 Oktober 2022 lalu.(Mutia Dheza Cantika)
Copy Editor: Riyaldi
Simak Video Lainnya dan Kunjungi Youtube BogordailyTV