Saturday, 18 May 2024
HomeBeritaSosok Sastrawan Remy Sylado, Pelopor Puisi Mbeling

Sosok Sastrawan Remy Sylado, Pelopor Puisi Mbeling

Bogordaily.net – Kabar duka datang dari penyair pelopor , novelis dan sastrawan budayawan besar Indonesia, menghembuskan napas terakhirnya pada Senin, 12 Desember 2022 di RSUD Tarakan Jakarta.

Kepastian meninggalnya suami dari Emmy Louisa Tambayong ini disampaikan langsung oleh putranya yang akrab disapa Gembul.

“Sekitar 40 menit lalu meninggalnya Hari ini masih rembukan antara pihak keluarga dan gereja. Kemungkinan baru akan dimakamkan, besok. Hari ini masih disemayamkan di rumah,” kata Gembul membenarkan kepergian papa tercintanya.

Remy Sylado sendiri memiliki nama asli Japi Panda Abdiel Tambajong. Sastrawan nyentrik yang lahir pada lahir 12 Juli 1945 ini juga merupakan dosen, novelis, penulis, penyanyi, aktor dan mantan wartawan Indonesia keturunan Minahasa, Sulawesi Utara. Selamat Jalan Mas Remy!

Dikutip dari Tribunn, (12 Juli 1945 – 12 Desember 2022), yang lebih dikenal dengan nama pena , adalah seorang sastrawan, dosen, novelis, penulis, penyanyi, aktor dan mantan wartawan Indonesia keturunan Minahasa, Sulawesi Utara.

Nama Lengkap : Japi Tambayong
Nama Singkatan : alias 23761
Nama Panggilan : Dova Zila, Alif Danya Munsyi, Juliana C. Panda, Jubal Anak Perang Imanuel
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, Sulawesi Selatan, 22 Juli 1945
Nama Ayah : Johannes Hendrik Tambajong
Nama Ibu : Juliana Caterina Panda
Pendidikan/Karier :

  • SD Karangasem Semarang
  • SMP Katolik Semarang
  • SMAN Solo
  • Akademi Kesenian Surakarta
  • Akademi Teater Nasional Indonesia
  • Seminari Teologia Baptis, Semarang
  • Wartawan Sinar Harapan (1963-1965)
  • Redaktur Harian Tempo, Semarang (1965-1966)
  • Redaktur Majalah Aktuil, Bandung (1970-1975)
  • Redaktur Majalah Top (1973-1976)
  • Redaktur Majalah Jayagiri (1979-1980)
  • Mendirikan grup drama Padepokan Teater, Jakarta (1980)
  • Kontributor Majalah Adam & Eva (1976-1977)

Karier

Remy Sylado

Remy mengawali kariernya sebagai seorang penulis ketika dirinya berusia 18 tahun. Tahun 1963, ia menjadi seorang wartawan dari surat kabar Sinar Harapan. Ia juga banyak menulis kritik, puisi, cerpen, dan novel.

Pada tahun 1965, Remy telah menjadi redaktur Harian Tempo Semarang sampai tahun 1966. Ia lanjutkan kariernya menjadi redaktur Majalah Aktuil di Bandung pada tahun 1970.

Selain berkarier sebagai jurnalis, Remy juga aktif mengajar di Akademi Sinematografi Bandung sejak 1971 dalam mata kuliah Estetika dan Dramaturgi.

Selain berkesenian, Remy juga banyak diundang untuk mengisi ceramah teologi. Secara khusus, ia mendalami teologi kontekstual dan teologi apologetik.

Remy dan

Dengan mementaskan drama Genesis II, kemudian Exsodus II, dan Apocalypsis II melalui Dapur Teater 23761 garapannya, Remy mengenalkan istilah “mbeling” yang menjadi simbol perlawanan terhadap apa yang sudah ada.

Gerakan mbeling sebagai perlawanan budaya lewat teater juga diakui Remy sebagai reaksi terhadap W.S. Rendra dengan teaternya yang berpandangan bahwa perlawanan terhadap budaya mapan harus dilakukan dengan sikap urakan.

Kata “urakan” menurut pandangan Remy yang dikemas dalam pentas teaternya, lebih berkonotasi negatif: tidak sopan, tak tahu aturan, dan kurang ajar. Maka Remy mengenalkan istilah “mbeling” yang menurutnya lebih berkonotasi positif.

Walaupun sebenarnya tetap berkesan nakal, kata “mbeling” berasosiasi dengan pengertian pintar, mengerti sopan-santun, dan bertanggung jawab.

Gara-gara pementasan Genesis II itu, Remy diintrogasi polisi Bandung selama hampir dua minggu. Namun hal itu justru mendorongnya untuk tetap menggunakan istilah “mbeling” dan menjelaskan konsep di belakangnya sebagai budaya tandingan.

Karya Tulis

  • Orexas.
  • Gali Lobang Gila Lobang.
  • Siau Ling
  • Ca-Bau-Kan (Hanya Sebuah Dosa), 1999.[2]
  • Kerudung Merah Kirmizi, 2002.
  • Kembang Jepun, 2003.
  • Parijs van Java, 2003.
  • Menunggu Matahari Melbourne, 2004.
  • Sam Po Kong, 2004.
  • , 2005.
  • Rumahku di Atas Bukit
  • 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing
  • Drama Musikalisasi Tarragon “Born To Win”
  • Novel Pangeran Diponegoro
  • 9 Oktober 1740, Oktober 2005.
  • 123 Ayat tentang Seni
  • Drama Sejarah 1832 [3]
  • Kamus Isme-Isme

Film

  • 1986 Tinggal Sesaat Lagi
  • 1987 Akibat Kanker Payudara
  • 1989 Dua dari Tiga Laki-laki
  • 1990 Taksi
  • 1990 Blok M
  • 1991 Pesta
  • 1992 Tutur Tinular IV (Mendung Bergulung di Atas Majapahit)
  • 2009 Capres
  • 2015 Bulan di Atas Kuburan
  • 2016 Senjakala di Manado

Sinetron

  • Mahkota Majapahit (1994).***

 

Copy Editor: Riyaldi

 

Simak Video Lainnya dan Kunjungi YouTube BogordailyTV

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here