Saturday, 4 May 2024
HomeKabupaten BogorMengenal Sejarah Talek Pecak Silat Cimande 

Mengenal Sejarah Talek Pecak Silat Cimande 

Bogordaily.net adalah salah satu aliran pencak silat tertua di Indonesia. Aliran beladiri ini merupakan warisan leluhur Kampung Babakan Tarikolot, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Asal-usul aliran Cimande sendiri belum diketahui secara pasti. Namun, menurut beragam literasi termasuk keterangan para Sesepuh Cimande, aliran Penca atau ini diciptakan dan dikembangkan di Tanah Sunda oleh Abah Khaer atau Abah Kahir pada abad awal ke-17.

Sebagai seorang ulama, Abah Khaer menjadikan sebagai sarana dakwah.

Berkat petualangannya terutama di wilayah Jawa Barat, beragam aliran pencak silat yang aslinya berasal dari aliran pun berkembang di setiap wilayah, termasuk melahirkan jawara-jawara tangguh melegenda di Nusantara bahkan sampai luar negeri.

Ciri Khas dan Talek

Pencak Silat Aliran Cimande berbeda dengan kebanyakan aliran lainnya. memiliki ciri khas tersendiri dalam gerakannya maupun dalam karakteristik dan filosofinya.

Aliran Cimande memiliki Marwah yang mengajarkan nilai-nilai spiritual, seperti kesabaran, ketekunan, dan keberanian, yang kesemuanya diikat dengan Talek Cimande.

Jika pun di wilayah lain berkembang berbagai perguruan silat beraliran Cimande, hal itu telah terjadi modifikasi.

Ilmu memiliki doktrin yang ditanamkan kepada setiap calon muridnya melalui prosesi ijab kabul patalekan.

Doktrin ini kemudian berfungsi sebagai sandi tata-krama, tata-dharma (kode etik), serta falsafah hidup yang harus dipegang teguh dan setia terhadap talek tersebut.

Rumusan kode etik tersebut dikenal dengan istilah Talek Cimande yang di dalamnya terkandung nilai-nilai agung kemanusiaan, keluhuran budi pekerti, serta keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Suci.

Prosesi ijab kabul Patalekan ini dirangkaikan dengan ritual Keuceuran. Secara harfiah Keuceur atau Peureuh berarti meneteskan obat ke dalam mata calon murid menggunakan daun Sirih.

Isi Talek

1. Harus Tltaat dan taqwa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

2. Jangan melawan kepada ibu dan bapak serta wong atuo karo (orang yang lebih tua).

3. Jangan melawan kepada guru dan ratu (pemerintah).

4. Jangan judi dan mencuri.

5. Jangan riya takabur dan sombong.

6. Jangan berbuat zina.

7. Jangan bohong dan licik

8. Jangan mabuk-mabukan dan menghisap madat.

9. Jangan jahil menganiaya sesama makhluk Allah.

10. Jangan memetik tanpa izin mengambil tanpa meminta.

11. Jangan suka iri hati.

12. Jangan suka tidak membayar hutang.

13. Harus sopan santun rendah hati ramah tamah dan saling menghargai sesama manusia.

14. Berguru Penca Cimande bukan untuk kesombongan, ugal-ugalan tetapi untuk mencari keselamatan dunia.

Sejarah Talek

Dewan Kasepuhan Perguruan Pencak Silat Aliran Cimande (PPSAC), Didih Supriyadi, mengemukakan, berdasarkan sejarahnya pertama kali Abah Khaer menciptakan belum diberi Talek.

“Abah Khaer menciptakan baru gerakannya saja. Setelah itu ia menitipkan gerakan Silat Cimande ke Eyang Rangga karena Abah Khaer punya tugas syiar, tidak menetap di satu tempat. Kemudian hasil dari pesantren Eyang Rangga menghasilkan Talek yang diterapkan dalam gerakan sehingga aliran memiliki ruh. Gebyarnya aliran terjadi pada zaman Abah Haji Abdul Somad,” ungkapnya.

Didih Supriyadi yang akrab disapa Bah Didih ini menegaskan bahwa Pencak Silat Cimande sebetulnya media syiar para wali dalam rangka menyebarkan agama Allah SWT. Bukan untuk memperkaya tapi untuk saling menolong, silaturahim, memperbanyak saudara.

“Maka kalau mau belajar Pencak Silat Cimande wajib ditalek dulu, dikeuceur dulu, dipeureuh dulu pakai air dan tanah. Kalau misalnya malam ini ada orang yang mau dikeuceur maka wajib dilaksanakan pada saat itu. Jangan sampai menunggu lain waktu atau menunggu yang lain. Sebab, kuatir jika orang tersebut diberikan taufik hidayah ingin ditalek ke jalan yang benar terus ditolak bagaimana kalau balik lagi (ke jalan yang salah),” ujarnya.

Pada zaman dahulu prosesi Talek ini hanya diterapkan bagi calon murid yang telah aqil baligh atau berusia dewasa 17 tahun ke atas.

Dengan perkembangan zaman teknologi yang makin canggih maka syiar dan pelestarian Pencak Silat dan seni budaya Cimande dilakukan sejak anak usia dini. “Untuk usia dini minimal hafal taleknya,” ucapnya.

Arti Cimande

Pencak silat aliran Cimande telah berkembang bukan saja di tataran Sunda, Jawa Barat. Akan tetapi telah menyebar hingga ke pelosok Nusantara dan luar negeri.

Tidak dipungkiri, banyak pula di Nusantara perguruan-perguruan pencak silat yang mengatasnamakan Cimande atau terdapat embel-embel Cimande.

Menurut Bah Didih, Pencak Silat Cimande asli akan tetap berbeda dengan aliran lainnya.

“Karena kenapa, selain setiap dasar gerakannya mengandung filosofi dan Talek, Cimande juga memiliki makna tersendiri. Yakni cai iman anu hade, ciri manusia anu hade. (air iman yang baik, ciri manusia yang baik). Itu menurut leluhur Cimande. Jadi, manusia yang baik pasti berbuat kebaikan. Maka kata orangtua dulu mengistilahkan, kalau berjalan di jalan sempit jangan ketinggalan berbelok. Artinya apa, jangan ketinggalan berbuat baik,” ungkapnya.

Baca juga : Sejarah dan Asal Usul Kapal Pinisi yang Jadi Google Doodle

Tanamkan Nasionalisme

Selain menanamkan nilai-nilai ibadah, Talek Cimande juga mengajarkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme serta tetap menjaga Pancasila dan UUD 1945.

“Pancasila dan lagi kebangsaan selalu kami kumandangkan baik dalam setiap latihan atau acara-acara akbar. Dan tentunya aturan-aturan pemerintah diterapkan karena kita tidak bisa lepas dan semua sudah digariskan dalam Talek,” tandasnya.

Didih mengemukakan bahwa tantangan penerapan dan pelestarian seni budaya Cimande, Talek, Pencak Silat Cimande maupun warisan leluhur Cimande lainnya jauh lebih berat pada era saat ini.

Hal ini dampak dari derasnya arus budaya luar yang masuk hampir ke setiap sendi kehidupan masyarakat.

“Kami sangat terbuka bagi nonmuslim atau warga dari luar negeri yang mau belajar. Karena kita yakin, semua agama tidak mengajarkan kejelekan,” tukasnya.

Regenerasi dan Pelestarian

Sesepuh Cimande sangat berharap masyarakat, kalangan orangtua, hingga para pemimpin bangsa selalu mencintai dan melestarikan seni budaya leluhur demi kepentingan regenerasi.

“Pemimpin harus cinta dulu kepada budaya yang dipimpin. Jangan sampai terbalik, masyarakatnya mencintai seni budaya pemimpinnya tidak, akan hancur, karena budaya adalah martabat suatu bangsa. Saya masih optimistis, saat ini saja di Cimande ada 12 lingkung seni yang setiap minggunya terdapat sekitar 100-an murid yang berlatih,” tutupnya.

Apresiasi Perhatian Pemerintah

Belum lama ini, tepatnya pada 2 Desember 2023, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor menggelar Riksa Budaya Jawa Barat.

Perhelatan Akbar ini dalam rangka ‘ngamumule' atau memelihara, menjaga, dan melestarikan seni budaya Cimande.

Kegiatan yang diikuti 220 lebih pesilat Cimande serta melibatkan sanggar-sanggar seni budaya tersebut, selain menampilkan gerakan Pencak Silat aliran Cimande juga menyuguhkan beragam seni budaya seperti rampak kendang, calung, hingga wayang golek.

Tokoh masyarakat Cimande sekaligus Dewan Kasepuhan PPSAC, Moch. Sudarma, mengaku bangga atas apresiasi yang diberikan oleh Pemprov Jabar, Pemkab Bogor, termasuk DPRD Jabar sehingga semua pesilat dan budayawan Cimande dapat ‘manggung'.

“Saya sangat bangga dan tidak mengira bisa terlaksana acara Riksa Budaya Jawa Barat ini. Saya mengira tadinya, ah cukup dengan telah diraihnya Pencak Silat Aliran Cimande masuk sebagai WBTB, warisan budaya tak benda dari pemerintah. Tapi ternyata acara ini terlaksana mendapatkan support luar biasa,” ungkap Moch. Sudarma.

Karenanya, tokoh Cimande yang akrab disapa Uwa Dama ini mengaku makin semangat, untuk terus melakukan berbagai kajian agar beragam warisan leluhur Cimande lainnya mendapatkan pengakuan atau WBTB.

“Karena selama ini baru lisan dan gerak. Tapi seni budaya warisan leluhur Cimande lainnya belum, seperti Parebut Seeng, Adu Bincurang, Keuceuran, dan Pengobatan Patah Tulang, semuanya ada sekitar empat kajian lagi,” sebutnya.

Uwa Dama menjelaskan bahwa, penghargaan Pencak Silat Tradisi yang diberikan oleh UNESCO pada tahun 2019 yang disusul oleh penghargaan Pencak Silat Aliran Cimande dari Kemendikbudristek pada 2022 mensyaratkan, agar kegiatan pelestariannya terus dilakukan serta terdokumentasikan dengan baik.

“Kalau tidak bisa dicabut. Makanya saya bangga sekali dengan adanya acara seperti Riksa Budaya Jawa Barat ini,” imbuhnya.

Baca juga : https://bogordaily.net/2023/12/google-doodle-tampilkan-pinisi-hari-ini-7-desember-2023/

“Saya berharap generasi muda mencintai seni budayanya, khususnya seni budaya Cimande. Saya tidak bangga kedatangan banyak bule ke Cimande, tapi saya lebih bangga jika anak-anak bisa mempraktikkan gerakan aliran Cimande. Mudah-mudahan juga perhatian pemerintah akan lebih lagi, misalnya membangun monumen atau tugu Cimande serta memperbaiki akses serta penataan kampung Cimande,” harapnya.

Jurus-Jurus Dasar Silat Cimande

1. Kelid

2. Selup

3. Pamonyet

4. Tungkup Selup

5. Serong Gigir

6. Tangkeupan

7. Bolang-Baling

8. Timpah Sabeulah

9. Timpah Dua

10. Buang Kelid Dibeulah

11. Sambeuran

12. Kelid Timpah Pamonyet

13. Pangerodan

14. Teke

15. Tewak Teke

16. Tewakan

17. Tewak Jero

18. Turugtug

19. Ajulan

20. Kelid timpah Potongan

21. Koreh Pamonyet

22. Timpah Tilu

23. Pakalah. (Acep Mulyana)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here