Wednesday, 8 May 2024
HomeOpiniPerjalanan Seru Menuju Kampung Seni Edas yang Tidak Terlupakan

Perjalanan Seru Menuju Kampung Seni Edas yang Tidak Terlupakan

Penulis: Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University

Bogordaily.net  Perjalanan kami menuju merupakan sebuah petualangan yang penuh liku-liku. Setiap momen memberikan pelajaran berharga dan kegembiraan tersendiri bagi kami.

Dimulai dari janji bertemu di depan Mall Lippo Ekalokasari Plaza pada hari Sabtu pukul 13.00, saya dan teman – teman telah merencanakan kunjungan kami ke .

Sebelumnya, saya telah menghubungi pemilik kampung seni tersebut, Pak Ade Suarsa, untuk memastikan kesediaannya pada hari dan jam yang telah kami sepakati. Namun, perjalanan kami tidak dimulai dengan mulus.

Setelah berkumpul di depan Mall Lippo Ekalokasari Plaza, kami merencanakan untuk makan siang terlebih dahulu.

Salah satu teman saya merekomendasikan makan bakso yang dekat dekat saja agar tidak jauh dan membuang waktu.

Lalu kami pun menuju mobil dan mulai mencari bakso, setelah sekitar 5 menit perjalanan, kamu melihat bakso di food court milik perusahaan PDAM Tirta Pakuan Bogor.

Namun, tidak ada parkiran mobil dan sangat dekat dengan jalan raya, akhirnya kami mutar balik dan mulai mencari tempat makan bakso yang lain. Saya pun merekomendasikan untuk makan bakso bening yang biasa saya makan di depan baby house dekat Mall Lippo Ekalokasari yang ternyata akhir – akhir ini viral di media sosial Tiktok karena rasanya yang enak.

Ketika perjalanan menuju ke sana ternyata bakso tutup dan tidak ada sama sekali gerobak bakso yang biasa ada di sana. Akhirnya kami mulai berdebat dan teman-teman mulai menyoraki saya karena rekomendasi saya gagal karena baksonya tutup. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan sambil menahan kesal karena sudah kelaparan.

Ketika kami sudah menyerah untuk membeli bakso, ternyata teman saya melihat ada bakso cabang lain yang tidak jauh dari tempat bakso yang pertama. Yaitu di sebelah tempat penjualan furniture Dekoruma.

Lalu kami tertawa dan senang karna perut lapar kami akhirnya bisa terisi oleh bakso yang dari tadi kami inginkan. Setelah parkir kami mulai berjalan dan duduk di tempat duduk yang disediakan, kami mulai memesan bakso sesuai dengan keinginan masing-masing.

Sambil menunggu baksonya dihidangkan kami mulai berbincang terkait hal apa saja yang akan kami lakukan di sana. Setelah selesai makan bakso, disana kami pun memesan es duren segar di dekat tempat makan kami memakan bakso.

Dengan harga Rp15 ribu kami sudah bisa menikmati es duren yang lezat dan tentunya membuat kami kenyang. Setelah merasa kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju dengan semangat yang membara.

Perjalanan penuh tawa dan obrolan ringan semakin memperkaya pengalaman kami. Di perjalanan kami berbincang sambil mendengarkan playlist dengan lagu lagu favorite kami. Sesampainya di tempat tujuan kami memarkirkan mobil di seberang gang menuju . Tepatnya di depan jejeran ruko – ruko karena tidak memiliki lahan untuk parkir mobil.

Kami turun lalu menyebrang dan mulai berjalan memasuki gang kecil dengan belokan yang lumayan banyak. Kami berjalan melewati beberapa rumah warga dan mulai turun melewati jalanan menurun yang lumayan terjal dan curam.

Akhirnya kami sampai di depan sanggar seni edas. Walaupun tampilan luarnya seperti tidak luas dan kecil, tetapi dalamnya sangat nyaman dan menarik. Karena ada panggung kecil untuk pertunjukan dan ada gong yang cukup besar di samping kanannya.

Meskipun tampak sederhana, tetapi pesona kampung seni itu terasa begitu kuat begitu memasukinya.

Ketika mulai memasuki sanggar seninya, ada tempat duduk dari kayu dan anyaman bambu yang sangat nyaman dan ada tempat pelatihan menari dengan kaca yang sangat besar. Lalu ada juga hiasan – hiasan dari anyaman bambu dan beberapa hiasan khas sanggar seni edas yang unik. ini bangunannya dominan memakai bambu dan kayu.

Kami langsung disambut hangat oleh Pak Ade Suarsa, pemilik . Kami diberi kesempatan untuk mewawancarai beliau tentang sejarah, keunikan, dan harapan ke depannya .

Percakapan kami dengan Pak Ade memberi sudut pandang yang dalam tentang arti keberadaan dalam melestarikan budaya lokal.

“Harapan saya ingin mengajak pihak ketiga untuk support dan mempromotori akses jalan menuju . Akses menuju Kampung Edas sangat sulit akibat dari longsoran tanah karena letak Kampung Seni Edas yang berada di bawah tebing. Dengan adanya akses jalan yang baik, saya ingin Kampung Senin Edas memberikan servis terbaiknya untuk para pengunjung yang ingin melihat dan mempelajari kesenian di sini,” ujar Ade Suarsa.

Setelah melakukan wawancara, kami juga diajak untuk melihat alat musik tradisional dan kerajinan tangan khas Edas yang dibuat oleh para pengrajin di kampung seni tersebut. Anak-anak dan remaja yang sedang berlatih menari tarian tradisional juga memberikan kami pengalaman yang luar biasa dan menginspirasi.

Setelah puas menikmati keindahan Kampung Seni Edas, kami merasa bahwa perjalanan ini telah memberi kami banyak inspirasi dan pelajaran berharga.

Kami meninggalkan kampung seni itu dengan hati yang penuh dengan kehangatan dan semangat untuk melestarikan budaya lokal yang kaya akan warisan seni dan keindahan. Perjalanan kami bukan hanya sekadar kunjungan, tetapi juga sebuah pengalaman yang akan kami kenang selamanya.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here