Bogordaily.net– Krisis yang memincu kerusuhan di Sri Lanka terus memburuk. Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa dikabarkan mengundurkan diri di tengah krisis tersebut.
“Perdana menteri sudah mengirimkan surat pengunduran dirinya ke presiden,” kata seorang pejabat Sri Lanka dikutip CNN Indonesia dari Reuters.
Namun, hingga kini belum ada keterangan resmi, baik dari Mahinda maupun Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Mahinda merupakan adik kandung Gotabaya. Sejumlah pihak, termasuk demonstran dan anggota parlemen dari partai berkuasa, sudah mendesak Mahinda untuk mundur sejak krisis mulai membara bulan lalu.
Ia sempat menolak dengan alasan mengantongi dukungan parlemen pada akhir April lalu. Saat itu, ia menegaskan tak akan mengundurkan diri meski desakan warga kian besar.
“Mayoritas anggota parlemen menginginkan saya. Mungkin ada beberapa yang ingin saya mundur. Orang harus sabar mengatasi krisis ini,” ujar kata akhir April lalu.
Ia juga menegaskan tak mungkin ada pemerintahan sementara tanpa dirinya sebagai perdana menteri.
Masyarakat dan sejumlah anggota parlemen terus menuntut Mahinda mengundurkan diri. Tuntutan terus disuarakan hingga memicu aksi demonstrasi yang menewaskan salah satu demonstran, akibat tembakan polisi.
Diberitakan sebelumnya Sri Lanka menghadapi krisis besar mulai dari ekonomi hingga politik karena pinjaman yang melambung hingga salah kaprah mengelola finansial negara yang diperburuk pandemi Covid-19.
Pada Februari lalu, Sri lanka hanya memiliki cadangan US$2,31 miliar atau sekitar Rp33 triliun tetapi harus membayar utang sebesar US$4 miliar atau sekitar Rp57 triliun pada 2022.
Krisis valuta asing, lonjakan harga makanan, obat-obatan hingga bahan bakar membuat Sri Lanka semakin terpuruk. Kolombo sampai mengajukan bantuan dana ke IMF.
Kekurangan mata uang asing juga membuat Sri Lanka tak mampu membayar impor penting. Salah satunya bahan bakar yang menyebabkan pemadaman listrik selama 13 jam.
Di tengah kesulitan ekonomi yang mencekik, pemadaman listrik membuat warga semakin menderita. Mereka lalu ramai-ramai turun ke jalan dan menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Rajapaksa.***