BOGOR DAILY-Baru-baru ini Kota/Kabupaten Bogor raih penghargaan Kota Layak Anak (KLA) dari pemerintah pusat. Namun, kasus pembuangan bayi di wilayah ini justru marak terjadi. Baru pekan lalu warga menemukan mayat bayi di Kampung Kukupu, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor. Kini giliran warga Cileungsi yang dibuat geger dengan penemuan bayi laki-laki di kebun pisang. Fenomena ditemukannya bayi setiap minggu ini pun jadi sorotan.
Bayi merah yang masih terlilit tali pusar ditemukan warga Perumahan Nusa Indah Cileungsi, Kabupaten Bogor, Selasa (22/8). Bayi laki-laki itu berada dalam kardus yang sengaja dibuang di tepi kebun pisang. Beruntung, saat ditemukan bayi itu masih bernapas.
Seorang warga, Andi, mengaku menemukan bayi itu saat hendak berangkat kerja. Saat itu ia melihat ada sesuatu yang bergerak dari dalam kardus. “Pas dibuka ternyata isinya bayi masih hidup, tali pusarnya pun masih menempel,” kata Andi. Ia pun langsung meminta tolong warga sekitar kompleks untuk menolong bayi malang tersebut. “Kasihan banget, kayaknya sengaja dibuang sama orang tuanya,” katanya.
Saat ini bayi malang itu sudah mendapat pertolongan warga sekitar. “Tadi dibawa ke dukun beranak untuk dibersihkan, sekarang ada di rumah warga,” ungkap Kapolsek Cileungsi AKP Jaka Mulyana. Kasus penemuan bayi ini bukan pertama kali terjadi. Setiap minggunya ada saja mayat bayi yang ditemukan.
Sebelumnya di Rancabungur, Kabupaten Bogor, mayat bayi perempuan yang masih lengkap dengan ari-ari ditemukan warga di tepi Sungai Cisadane di Kampung Wates, RT 01/03, Desa/Kecamatan Rancabungur (9/8).
Seminggu setelahnya, di Kota Bogor, penemuan sesosok mayat bayi juga mengejutkan warga Kelurahan Cilendek Barat, RT 03/16, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, (14/8). Hingga pekan lalu kasus yang sama juga kembali terulang. Jumat (18/8), warga Kampung Kukupu, Kelurahan Cibadak, Tanahsareal, juga menemukan jasad bayi di selokan.
Menurut keterangan Kapolsek Tanahsareal Kompol Muis Effendi, bayi itu ditemukan warga saat hendak membuang sampah sekitar pukul 16:00 WIB. “Mayat bayinya juga ditaruh di kardus,” tutur Kompol Muis.
Tercatat ada lima kasus pembuangan bayi yang terungkap. Termasuk bayi laki-laki yang dibuang di atas bagasi mobil di Jalan Pangeran Sohiri Tanahbaru, Kecamatan Bogor Utara, (3/8).
Maraknya kasus ini jadi perhatian banyak kalangan. Mulai dari tokoh agama, tokoh pemuda hingga anggota dewan. Ketua PC NU Kabupaten Bogor Romdoni mengaku prihatin atas fenomena yang terjadi di Bogor. Sebab, bayi merupakan makhluk yang belum memiliki dosa dan berbanding terbalik dengan kedua orang tuanya. “Terlepas dibuang ini karena malu akibat hubungan gelap atau faktor ekonomi, menurut saya ini perbuatan biadab. Bayi memerlukan orang tua,” kata Romdoni.
Sementara Ketua Umum Masyarakat Cinta Bogor (MCB) Bagus Karyanegara menilai terjadinya fenomena ini diakibatkan pergaulan anak muda ke arah bebas. Sehingga, hal inilah yang perlu diantisipasi semua pihak, baik itu melalui pemahaman dan pendidikan mengenai di luar batasan. Lalu dengan memperkuat keagamaan agar anak-anak dibuat lebih dekat dengan keimanannya. Serta komunikasi yang dijalin orang tua dengan anak-anak mereka harus dilakukan secara baik. “Ketiga hal itu sangat penting dilakukan, khususnya melakukan pembinaan terhadap anak-anak muda,” kata Bagus.
Dirinya pun tak ketinggalan mengingatkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang belum lama ini mendapat penghargaan KLA dari pemerintah pusat. Sebab, selama ini tindak asusila yang terjadi di tempat umum dan lain sebagainya tidak mendapat pengawasan ketat dari pemerintah daerah. “Belum lama ini di taman, tindak asusila sempat terdengar dan pengawasannya itu perlu ditingkatkan. Belum lagi di tempat kos-kosan. Makanya peran serta aparatur wilayah harus disinergikan agar mereka bisa menguasai wilayah dan bisa cepat tanggap untuk mencegah dari sejak dini,” ujarnya.
Terpisah, anggota Komisi D DPRD Kota Bogor Eka Wardana menilai kejadian ini bisa terjadi karena pemerintah kurang memberi perhatian dan pencerahan kepada masyarakat tentang hidup sehat dan tidak menyimpang. Sehingga, inilah yang perlu ditekankan agar seks bebas di usia remaja dapat terkurangi dan tak lagi terjadi. “Kegiatan membangun jiwa entertainer mereka ini harus dikembangkan. Tujuannya agar muda-mudi tidak diberikan kegiatan luang untuk berbuat hal-hal negatif,” tutupnya.