Bogordaily.net – Rencana politisi senior Fadli Zon, untuk melakukan penulisan ulang sejarah Indonesia memicu diskusi hangat di ruang publik. Wacana ini mengemuka setelah pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp9 miliar untuk proyek penulisan sejarah nasional baru. Respons masyarakat pun beragam, dari yang mendukung hingga mencemaskan potensi distorsi sejarah.
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pertamina, Muhammad Nur Ahadi, M.I.Kom., menilai bahwa wacana ini bukan hal yang mengejutkan. Menurutnya, sejarah merupakan disiplin ilmu yang dinamis dan selalu terbuka untuk interpretasi, seiring munculnya bukti-bukti empiris terbaru.
“Sejarah itu sesuatu yang akan terus berkembang, karena kita berusaha menjelaskan masa lalu berdasarkan bukti-bukti empiris. Munculnya gagasan Pak Fadli Zon yang menyebut Indonesia sudah memasuki masa early history sejak megalitikum, itu memicu diskusi yang menarik di kalangan akademisi,” ujar Ahadi.
Ia menilai, selama penulisan ulang dilakukan dengan pendekatan akademik yang ketat dan tidak bermuatan politis, maka proses tersebut bisa memperkaya pemahaman sejarah bangsa. Ahadi juga menekankan bahwa keterbukaan informasi di era sekarang memungkinkan adanya fungsi kontrol yang kuat dari kalangan akademisi dan publik.
“Kalau ada penulisan sejarah yang bertolak belakang dengan kaidah keilmuan, pasti akan disorot. Kita sudah punya banyak profesor sejarah di Indonesia, belum lagi sorotan dari dunia internasional,” tambahnya.
Salah satu potensi positif dari revisi sejarah ini, kata Ahadi, adalah munculnya kembali peran-peran kelompok yang selama ini diabaikan dalam narasi sejarah arus utama, seperti kontribusi etnis Tionghoa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, atau sosok kontroversial seperti Tan Malaka.
“Tan Malaka sering dipersepsikan negatif karena dikaitkan dengan komunisme. Padahal beliau tokoh sentral dalam gagasan kemerdekaan Indonesia. Fakta-fakta baru bisa membantu mengoreksi persepsi yang keliru,” ujarnya.
Meski demikian, Ahadi menegaskan pentingnya pengawasan terhadap arah dan hasil proyek ini. Ia berharap dana yang besar tersebut dapat menghasilkan produk sejarah yang berbobot dan bermanfaat luas.
“Harapan saya, muncul kajian-kajian ilmiah yang bisa divalidasi, dan banyak buku sejarah baru yang memperluas wawasan kita. Tapi kalau hasilnya kecil, barulah patut kita kritisi,” ujarnya.***
Kelompok 7 Mahasiswa Komunikasi Universitas Pertamina