Friday, 29 March 2024
HomeKota BogorSehari Tiga Wanita Aborsi. Waduhhh....

Sehari Tiga Wanita Aborsi. Waduhhh….

BOGORDAILY – DARA takut di ra­himnya menjadi aib kelu­arga. Ia bersama sang pacar pun akhirnya sepakat untuk menggugurkan sang janin dengan cara pintas. Hampir setiap hari ia menggali info untuk meniadakan sang bayi, sampai akhirnya pilihan ter­tuju pada obat yang dijual bebas di pasaran.

“Dulu aku takut ketahuan orang tua, jadi aku gugurin pakai obat keras untuk lam­bung. Setelah cari-cari, baru dapat info kalau bisa gugurin pakai obat lambung itu,” un­gkap Dara yang masih duduk di bangku kelas XII.

Dia mengaku membelinya di sebuah apotek di kawasan Gunungputri. Satu butirnya ia beli seharga Rp50 ribu. “Butuh empat tablet yang harus diminum sampai ­nya keluar,” tutur dia.

yang ada tak lantas keluar. Dara mengaku harus menunggu waktu sekitar tiga jam sampai perutnya berkontraksi. Meski dihantui rasa bersalah, ia mengaku tak punya pilihan lain. “Setelah tiga jam baru kerasa, lalu setelah itu muncul flek sep­erti sedang haid. Tiap malam nggak bisa tidur, kepikiran sama si ,” tutur Dara.

Tak hanya Dara yang melakukan aksi nekat terse­but, sumber Metropolitan pun mengaku pernah men­datangi klinik di bi­langan Kota Bogor. Mulanya, Sri (25) mengaku datang ke seorang dukun beranak untuk mengeluarkan si , namun usahanya gagal. Ramuan yang diminumnya tak juga ampuh membuat si keluar. Sampai akh­irnya ia mendatangi klinik . “Sekali aborsi saya bayar Rp5juta. Waktu itu usia kandungannya sudah empat bulan,” bebernya.

Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), terjadi 1,5- 2 juta kasus aborsi. Dari hasil survei, 30 persen kasus kematian ibu disebabkan karena aborsi.

Informasi yang dihimpun, di wilayah Bogor jumlah kematian ibu yang tercatat Dinas Kesehatan (Dinkes) sebanyak 90 kasus pada 2015. Di antaranya, 69 kasus di Kabupaten Bogor dan 21 kasus di Kota Bogor.

Jika merujuk pada SDKI, maka ada 27 kasus aborsi yang menyebabkan ibu ke­hilangan nyawanya. Jumlah itu belum ditambah dengan kasus yang terjadi selama 2016 serta kematian ibu yang tidak terdata dinas.

Bila ada penambahan mini­mal 10 persen dari jumlah kasus aborsi, maka dalam sebulan minimal ada tiga wanita yang meninggal gara-gara aborsi.

Hal ini juga dibenarkan Sekretaris Dinas Kesehat­an Jabar, Uus Sukmara. Ia mencatat beberapa penye­bab kematian ibu di Jawa Barat, salah satunya karena aborsi “Selain karena perda­rahan, hipertensi dalam kehamilan, juga abortus (keguguran),”terangnya

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bo­gor Rubaeh, membenarkan jika aborsi menjadi salah satu penyumbang angka ke­matian ibu. Namun, hingga saat ini belum ada laporan kematian terkait aborsi di Kota Bogor.

“Untuk kasus kematin aki­bat aborsi angkanya belum ada yang pasti. Di Kota Bogor sendiri tidak ada yang mel­aporkannya. Saat ini kasus kematian ibu dan anak lebih dominan disebabkan karena pendarahan dan hiperten­si dalam kehamilan.” kata Rubaeah kepada Metropoli­tan, kemarin.

Saat ditanya soal mudahnya mendapatkan obat aborsi di apotek maupun online, dirinya mengaku rutin melakukan monitoring atau pengawasan ke apotek-apotek. Penyuluhan dan pembinaan pun dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) melalui edukasi kepada siswa-siswa lewat sekolah.

“Masalah aborsi biasanya lekat dengan pergaulan be­bas. Makanya kami koordi­nasi dengan Disdik memberi­kan penyuluhan ke siswa-siswa tingkat SMP dan SMA. Untuk mahasiswanya kami bekerjasama dengan Univer­sitas Pakuan (Unpak), UIKA, dan IPB,” terangnya.

Rubaeah pun mengimbau agar tidak ada masyarakat yang melakukan aborsi. Se­lain dilarang, praktik pengguguran dapat menyebabkan kema­tian karena seringkali dilaku­kan tidak sesuai prosedur.

“Kalau sudah terlambat menstruasi lebih baik segera datang ke sarana kesehatan terdekat untuk mengetahui penyebabnya, apakah kare­na hamil atau ada hal lain. Jangan melakukan aborsi,” pesan Rubaeah.

Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Kota Bogor Dodi Se­tiawan mengaku prihatin dengan pergaulan saat ini. Menurutnya, perlu ada pen­gawasan yang lebih ekstra jika obat menggurkan memang mudah didapatkan siapapun. Sebab, secara tidak lang­sung, kondisi tersebut ikut menjaga keberlangsungan praktik pengguguran selama ini.

“Orang tua menjadi ben­teng pertama dalam pen­gawasan anak. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan pun harus terus melakukan edukasi kepada remaja terkait efek buruk pergaulan bebas, ter­masuk aborsi,” ujar Dodi.

Anggota Komisi D DPRD Kota Bogor lainnya pun an­gkat bicara. Ahmad Romd­honi dengan tegas mengutruk praktik aborsi ilegal yang ma­sih saja terjadi. Musababnya, praktik pengguguran jelas dilarang agama karena menghilangkan nyawa sang bayi dan mengan­cam nyawa sang ibu.

“Apalagi pelaku aborsinya akibat pergaulan bebas atau hamil di luar nikah, dosenya dobel. Pelaku aborsi ilegal dan yang membantu pros­esnya harus diproses secara hukum,” tegas Romdhon.
(bdn/mtro)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here