Wednesday, 24 April 2024
HomeBeritaNgeri, Rizal Ramli Bicara Soal Gap Antara Visi, Strategi, Personalia dan Demokrasi...

Ngeri, Rizal Ramli Bicara Soal Gap Antara Visi, Strategi, Personalia dan Demokrasi Kriminal

BOGORDAILY.net – Gap antara Visi, Strategi, Personalia dan Demokrasi Kriminal merupakan sumber kebobrokan. Apa Jalan Keluarnya ? Pemimpin bangsa Dr. ” yang juga Menko Ekuin era Presiden Gus Dur menilai ada inkonsistensi dari visi, misi dan personalia.

Begawan ekonomi itu mengatakan praktik yang terjadi di Indonesia, visi sering kali dibuat bagus hanya sebagai modal untuk berkampanye. Sementara, ketika dieksekusi dengan strategi sering kali tidak nyambung.

Sejauh ini, kinerja Jokowi masih jauh dari harapan masyarakat Indonesia.

Hal ini disebabkan, kata Rizal, pemerintah sibuk dengan hutang yang terus berbunga.

“Karena terperangkap oleh ekonomi neo-liberal boros utang berbunga tinggi, yang harus dibayar dengan pemotongan-pemotongan subsidi dan kenaikan harga. Ada disparitas yang luar biasa antara visi, strategi dan personalia,” kata Rizal, Rabu (29/1/2020).

Belum lagi, kata ia, kesibukan Jokowi yang membagi-bagi “kue” untuk partai pendukungnya.

“Personalia hanya bagi-bagi untuk pendukung politik dan finansial. Samasekali bukan untuk nencapai misi dan laksanakan strategi,” ucapnya.

“Visi hanya alat kampanye, alat untuk mendapat dukungan politik. Strategi gak nyambung untuk mencapai visi. Kemudian, penunjukkan personalia (orang untuk mengeksekusi) kgak ada hubungannya, ini hanya thank you note untuk yang memberikan dukungan politik, thank you note kepada yang nyumbang. Itu lah kenapa Indonesia sulit maju, walaupun paling kaya di Asia, tapi selalu jadi negara yang missed opportunity,” kata Rizal

“Pada kenyataannya justru ada inkonsistensi dari visi, misi dan personalia,” ungkapnya lagi.

Dalam konteks tata kelola pemerintahan dan BUMN, RR menilai ahlak saja tidak cukup dimiliki oleh para pimpinan pemerintah dan bos BUMN untuk membenahi perusahaan pelat merah tersebut. Sebab, yang lebih dibutuhkan, menurut pandangannya, adalah konsistensi antara pemaparan visi dengan implementasi strategi,”ujarnya ketika berbicara di program Indonesia Lawyer's Club yang tayang di tvOne pada Selasa malam (11/2).

Dalam konteks BUMN,rumus agar BUMN bisa berkembang maju dan bebas dari korupsi sangat sederhana dalam pandangan Rizal. Itu semua merupakan perpaduan antara visi, strategi dan personel yang sinkron.

Lalu, apa saran dari Rizal supaya permasalahan korupsi di BUMN bisa tuntas?

1. Rizal bingung Indonesia punya visi agar berdaulat pangan, tapi strateginya malah impor
: BUMN Sulit Maju, karena Visi dan Strategi Gak NyambungIDN Times / Larasati Rey
Salah satu contoh bentuk ketidak konsistenan visi dengan strategi dalam pembangunan BUMN yakni soal membangun kedaulatan pangan. Idealnya sebagai negara yang ingin berdaulat di bidang pangan, maka Indonesia harus bisa memenuhi kemampuannya sendiri.

“Tapi, strateginya malah impor jor-joran, sehingga nanti petani enam bulan kalau belum bisa panen karena terlalu panas baru bisa nanam bulan Januari dan panen bulan Mei atau Juni. Saat itu Bulog (Badan Urusan Logistik) belum punya uang, dan kalau dibiarkan bisa-bisa petani kita akan susah,” kata Rizal yang sempat duduk sebagai Kepala Bulog itu.

Ia menilai strategi yang dijalankan justru terbalik dengan visi yang selama ini disampaikan ketika berpidato agar bisa dipilih oleh rakyat. Contoh lain yang ia ambil yakni soal impor garam. Rizal mengatakan petani garam mengeluh karena komoditas itu diimpor terlalu banyak.

“Petani garam itu nangis, karena harusnya yang diimpor hanya dua juta ton, tetapi malah ada ekstra impor satu juta ton,” kata dia.

Soal Referendum Papua, Minta Pemerintah Introspeksi

Komoditas gula pun mengalami nasib serupa. Yang didukung oleh pemerintah yakni mengimpor gula rafinasi.

Sementara, SDM yang dijadikan pemimpin BUMN itu justru orang-orang yang diuntungkan dari praktik impor tersebut.

“Selama Indonesia tetap inkonsisten seperti ini, maka kita akan sulit untuk menjadi the best,” katanya menegaskan.

Baca Juga: : Rakyat Indonesia Gak Butuh Ibu Kota Baru, Tapi Presiden

2. menyebut sistem di Indonesia tidak menginginkan SDM dengan kualitas terbaik duduk sebagai pemimpin

Hal lain yang dikritik oleh Rizal yakni mengenai kemampuan birokrat di Indonesia. Sistem yang berlaku di Indonesia justru sering kali tak menempatkan orang-orang dengan kemampuan terbaik di posisi . Padahal, ada begitu banyak para pejabat yang memiliki kemampuan mumpuni.

“Tetapi, they not come forward ke atas karena sistem di kita tidak mencari yang terbaik untuk tugas apapun. Yang ditempatkan adalah yang mendukung dan memberikan sumbangan ketimbang mencari sosok yang terbaik,” ujarnya.

Ia menilai apabila Indonesia bisa menerapkan itu, maka RI bisa menjadi negara yang hebat di masa depan.

Waduh… Sebut ada Menteri Raja Impor, Siapa Ya?
3. Politik uang dinilai Rizal menghancurkan upaya untuk membangun Indonesia

Sayangnya, sesuatu yang ideal di Indonesia tidak akan bisa terwujud karena dipengaruhi oleh politik uang. Menurutnya, titik episentrum dari semua perbuatan korupsi di Indonesia adalah politik uang.

“Oleh sebab itu kita biayai saja partai politik oleh negara seperti di Eropa, Australia dan Selandia Baru. Biaya yang dibutuhkan tidak banyak hanya Rp6 triliun satu tahun. Partai itu nyolong ramai-ramai saya prediksi bisa mencapai Rp70 triliun,” kata Rizal.

Ia optimistis dengan parpol dibiayai oleh negara maka orang-orang yang memiliki kualitas baik bisa muncul.

“Selama yang mendominasi adalah politik uang, gak usah mimpi deh yang aneh-aneh, survived aja udah lumayan,” kata dia lagi.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here